Korban Anak Ketua Fraksi Partai Golkar
TEBINGTINGGI-Rekaman video kekerasan berdurasi 0,28 menit sesama siswi pelajar beredar di Tebingtinggi. Dalam rekaman itu, seorang korbannya adalah anak seorang Ketua Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Tebingtinggi, Mahyan Zuhri (46) warga Jalan Tusam Kelurahan Deblotsundoro Kota Tebingtinggi.
Pelaku pemukulan kedua pelajar perempuan itu merupakan kakak beradik, Silvia Wirda Lubis (17) dan Naziah Ulfa Lubis (15) pelajar kelas XI Perguruan Ir H Juanda Kota Tebingtinggi yang tinggal di Kampungbicara Jalan Seibahbolon Kelurahan Pelita Kota Tebingtinggi. Sementara yang menjadi korban, selain Widi Aprilia Cahyani (15) siswi SMA Negeri 1 kelas XI Kota Tebingtinggi adalah temannya, Pola Azurah Saragih (16) siswi kelas XI SMA Tandean Kota Tebingtinggi.
Lokasi pemukulan terhadap pelajar itu terjadi di tiga lokasi. Pertama di lokasi perkuburan China di Jalan Baja, selanjutnya di Jalan Baja Simpang Marbun, dan di Jalan Syek Beringin dekat Sekolah SMP Negeri 7 Seisegiling, Kota Tebingtinggi. Kejadian kekerasan sesama pelajar itu berlansung Kamis (11/10) sekira pukul 16.00 WIB dan direkam melalui Blackberry Masengger (BBM).
Widi Aprilia Cahyani ketika ditemui,Kamis malam (1/11) mengaku terkejut begitu mengetahui aksi kekerasan yang dialaminya itu direkam. Bahkan rekaman videonya sudah beredar luas di kalangan pelajar. Terakhir menurutnya kejadian tersebut hingga sampai terdengar oleh kedua orangtuanya. “Kejadian ini sebelumnya kami rahasiakan bersama temannya, Pola, tetapi salah seorang guru memberitahukan bahwa pelajar itu adalah saya kepada orang tuaku, videonya marak beredar di kalangan pelajar melalui BBM (blackberry messenger, Red),”bilang Widi.
Kejadian itu bermula, Kamis (11/10) sekira pukul 15.00 Wib, Widi saat itu sedang berada di rumah temannya Pola, kemudian karena sudah janjian bertemu di rumah Pola, datang keempat temannya, Sylvia Wirda dan Naziah Ulfa bersama Elsa Alfi Chaniago (17) siswi kelas XII SMA Djuanda Kota Tebingtinggi dan Nazma Balatif (17) Siswi SMK Negeri 1 Kota Tebingtinggi. Perbincangan keempat siswi itu dengan kedua korban ternyata mengarah kepada perasaan tidak senang yang datangnya dari Sylvia Wirda dan Naziah Ulfa (kakak beradik), Sylvia dan Naziah menuduh Widi dan Pola telah menghina ibunya di sebuat jejaring tweeter dengan bahasa kasar.
“Katanya Pola membuat status di tweeternya, kemudian kukomentari, dalam komunikasi kami berdua di tweeter itu, Pola ada menuliskan bahasa luntang bang, sebenarnya luntang itu bahasa gaul yang artinya wanita panggilan (pelacur).Tetapi menanggapi komentar twiter itu, Sylvia merasa kalau bahasa itu seakan-akan ditujukan kepada ibunya, padahal Sylvia sendiri tidak mempunyai akun di tweeter,Sylvia dapat cerita adanya bahasa luntang itu dari teman kami yang ikut memberikan komen di status tweeternya si Pola,”kata Widi.
Masih penuturan Widi,makanya ketika Sylvia mengajak bertemu di rumah Pola rupanya hanya untuk melampiaskan emosinya akibat miskomunikasi. Kasus ini sesuai laporan korban tertuang dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) Nomor: 62/X/2012/Padang Hilir.
Ayah korban (Widi) Ketua Fraksi DPRD dari Partai Golkar,Mahyan Zuhri mendapat informasi dari salah satu guru bahwa kekerasan pelajar yang terekam dan beredar luas di kalangan pelajar salah satu korbannya adalah anaknya,langsung membuat pengaduan ke Mapolsek Padang Hilir Kota Tebingtinggi,Kamis (25/10) lalu. “Saya langsung membuat laporan ke polisi,dengan kejadian ini saya meminta ketegasan pihak kepolisian untuk menangani kasus ini secara tuntas,”bilang Mahyan yang tergolek lemah di RS Sri Pamela,Kota Tebingtinggi.
Sementara Kapolsek Padang Hilir,AKP Watshon Nasution membenarkan kejadian perkelahian antara pelajar SMA itu. Kini pihaknya menunggu mediasi perdamaian antara kedua belah pihak.Pelaku tidak ditangkap karena masih berstatus pelajar, tetapi apabila upaya perdamian menemui jalan buntu,polisi akan mengambil tindakan tegas. (mag-3)