31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Gundaling Longsor, 9 Orang Tewas

LONGSOR: Warga berjalan di antara tebing yang longsor di Gundaling II Jalan Ikuten, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (1/12). Dalam peristiwa tersebut sedikitnya 9 orang warga tewas akibat tertimbun tanah.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
LONGSOR: Warga berjalan di antara tebing yang longsor di Gundaling II Jalan Ikuten, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (1/12). Dalam peristiwa tersebut sedikitnya 9 orang warga tewas akibat tertimbun tanah.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

SUMUTPOS.CO – Berastagi-Belum lagi usai bencana erupsi Sinabung, Tanah Karo kembali diuji. Sembilan orang dinyatakan tewas akibat longsor di Berastagi, kemarin. Enam orang berasal dari satu keluarga, satu orang lainnya bocah berusia delapan tahun, dan dua lagi adalah ibu dan anaknya yang masih berusia 2,5 tahun. Semuanya tewas akibat longsor yang terjadi setelah hujan deras melanda daerah tersebut sejak Sabtu (30/11).

Seperti diberitakan Sumut Pos, ibu yang bernama Leni (23) dan anak lelakinya (Ikmal) yang masih berusia 2,5 tahun tertimbun longsoran tanah pada Sabtu malam (baca edisi Minggu 1/12). Mereka tertimbun di dalam rumah kontrakan mereka. Lingkungan Bawah Tambak, Jalan Kolam, Kelurahan Gundaling I, Berastagi, Sabtu ( 30/11) sekira pukul 19.00 WIB. Hingga pukul 20.00 WIB, keduanya belum juga ditemukan.

Baru pada pukul 21.15 WIB, keduanya berhasil dievakuasi. Posisi keduanya berpelukan. Bahkan, dari gesture Leni, tampak dia sedang menyusui Ikmal. Kedua korban ditemukan oleh warga yang mengevakuasi tertimbun tanah setinggi 2 meter lebih, terhimpit kulkas dan tertahan di dinding yang memisahkan rumah korban dengan tetangga. Dengan bersusah payah, tim harus terlebih dahulu mengangkat tanah yang menumpuk rumah tanpa ampun. Korban diketahui terakhir dibawa pihak keluarga ke Rantauprapat, Labuhanbatu.

Selain ibu dan anak itu, 6 orang sekeluarga, mulai dari kakek, nenek, anak, dan cucu,warga Jalan Lingkar Kaliaga-Udara, Lingkungan II Kelurahan Gundaling II , Berastagi  Sabtu ( 30/11) sekira pukul 21.30 WIB juga ditemukan tewas berdampingan. Para korban di tepian jurang itu dikenali sebagai Maruli Silaban ( 65) dan istri , Siti Boru Nababan ( 60), Marolop Silaban (25), Limra Boru Silaban (30) dan dua orang anaknya, Bella Kasih Boru Manik ( 4) dan Junaidi Pardingotan Manik (2,5). Keenam orang ini tinggal serumah di bawah rumah anak perempuan Maruli yang berada lima meter di atasnya.

Dari keterangan yang berhasil dihimpun dari Daniel Fernando Sijabat (17), cucu Maruli yang selamat, kejadian yang merenggut nyawa orang-orang yang ia cintai dimulai saat hujan deras yang mengguyur Berastagi pelan-pelan berhenti. Ia yang tinggal di rumah sendirian (di atas rumah kakeknya) mendengar suara gemuruh besar. Tanpa pikir panjang lajang belasan tahun ini melompat keluar.

“Kulemparkan piring makan malamku tadi sambil kupaksa keluar pintu. Waktu terseret tanah aku sempat minta tolong dan menyuruh oppungku keluar dari rumahnya. Tapi aku nggak tahu kemudian,” aku Daniel dini hari kemarin di depan rumah tetangga, tempat opung, tulang, tante dan itonya terbujur kaku berselimut kain seadanya.

Saat Daniel tersadar, rumah yang ia tempati bersama orangtuanya telah rata dengan tanah. Begitu juga rumah oppungnya dengan beberapa bahagian rumah terlempar ke sejauh  30 meter di sisi parit besar. Nyawa Daniel diketahui tertolong kayu-kayu kecil.

Teriakan Daniel sebenarnya terdengar tetangga lain, Ariston Sidabariba (32) . Dia mengaku setelah mendengar suara di kegelapan malam itu, ia pun bergegas keluar mencari sebab masalah. Tiga pohon di depannya adalah pertama yang terlihat, baru setelahnya Ariston berjalan ke samping, di sanalah baru ia temukan dua rumah yang biasanya tampak sudah rata dengan tanah.

“Amang oiiiii… tolong kami… dimana Oppung Bella…,” ujarnya seraya bergegas melihat dari dekat tempat kejadian. Ariston memperkirakan, pada kejadian itu rumah Daniel yang selamat tersorong tanah setinggi 30 meter baru menimpa kediaman Oppung Bela di bawahnya hingga luluh lantak kemudian.

Lantas, dengan peralatan komunikasi yang ia miliki, dia menghubungi Kepala Lingkungan II, Suratman Ginting. Meski terasa sedikit lama, satu per satu warga dari Jalan Udara dan Camat Berastagi Edison Karokaro serta Kapolsekta Berastagi Kompol Juben MS Sagala dan personel turun ke lokasi.

Tindakan menggali areal yang dinilai menjadi lokasi tertimbunnya para korban pun dilangsungkan. Setelah beberapa dalam mencungkil tanah, Jaya Harahap dkk pun sekitar pukul 23.30 WIB berhasil menemukan 3 dari 6 orang yang diperkirakan tertimbun. Adalah jasad Bella Kasih Boru Manik yang pertama kali dievakuasi pukul 23.37 WIB ke rumah tetangga, baru diikuti neneknya, Siti Boru Nababan dan suaminya Maruli Silaban.

Tangis pun pecah malam itu, bahkan saking tragisnya peristiwa ‘mate sada wari ( mati sehari)’ itu, orang- orang yang berada disana hanya dapat berdoa dengan buliran air tertahan sesak kelopak mata. Tiga jasad dibujurkan di rumah kerabat, sedangkan penduduk dan aparat kepolisian serta TNI terus berupaya mencari tempat lain yang diduga menjadi tempat tiga orang lain tertimbun.

Pada saat ditemukan, satu dari tiga jenazah, yakni Siti Boru Nababan masih terasa panas. Keluarga pun sebenarnya meminta agar ia dilarikan ke RS, namun belum lengkapnya tim medis akhirnya membuat semua jadi buyar. Seiring dinginnya malam, tubuh Boru Nababan pun berasa sama. Sementara di luar sana, tim pencari tampak berusaha keras mengorek tanah yang menjadi titik mereka terakhir.

Usaha keras warga berbuah, dari balik kepingan compact disk (cd) dan rice cooker jasad Marolop Silaban berhasil diangkat dari tanah yang telah berlumpur. Kelihatan sekali kalau korban terkena benturan karena wajahnya membiru dengan handphone berada tak jauh dari genggaman tangannya. Berselang beberapa saat berikutnya, tepat pukul 01.10 WIB, Minggu ( 1/12) dua orang terakhir Limra Boru Silaban  dan Junaidi Pardingotan Manik ditemukan berpelukan. Dari perkiraan, tiga orang pertama posisinya terakhir berada ruang tidur, begitupun dengan dua korban terakhir. Sedangkan, Marolop Silaban kemungkinan besar dekat ruang keluarga, karena tak jauh darinya juga ditemukan kepingan CD.

Usai menemukan keenam korban, warga beserta Kapolsekta Berastagi dan jajaran, Camat Berastagi dan jajaran serta Ka Puskesmas Berastagi mengevakuasi mereka menuju RSUD Kabanjahe di tengah jalan yang licin dan gelap gulita. Setelah dilakukannya visum para korban kemudian diserahkan pihak Kecamatan Berastagi kepada keluarga ke Jalan Samura, Gang Madu, Kabanjahe guna gelar acara peradatan mereka. Rencananya, para korban akan dikebumikan di pekuburan Desa Korpri/Gurusinga Berastagi.

“Harus dikaji ulang nantinya lokasi pemukiman yang berada di lereng seperti ini. Kini para korban telah berada di keluarga mereka,” papar Kompol Juben MS Sagala, Kapolsekta Berastagi.

Pada kejadian longsoran yang menyebabkan 6 orang sekeluarga ini meninggal dunia, juga terdapat kerugian materil yang tidak sedikit. Kemungkinan besar dari 2 rumah yang terbawa longsoran tanah didapati kerugian senilai ratusan juta rupiah. Selain itu, longsoran tanah juga telah menyebabkan 9 ekor babi tewas, sementara 9 ekor lainnya berhasil ditemukan Minggu (1/12).

Selain delapan korban di atas, gadis kecil anak dari pasangan almarhum K Siboro dan Evi Boru Turnip, Rosa Boru Siboro (8) juga ditemukan tewas setelah terseret arus air bandang sewaktu mencuci piring di kamar mandi umum, Lingkungan Listrik Bawah, Kelurahan Tambak Lau Mulgab I Berastagi. Pelajar kelas IV SD Negeri No 4 Jalan Udara Berastagi ini ditemukan warga dan jajaran Polsekta Berastagi tak jauh dari Persabahan Bertah antara Cinur dan lokasi sumber mata air Tirtanadi cabang Berastagi Melas, Minggu pukul 11.00 WIB. (riz/nng/smg/gus/rud)

LONGSOR: Warga berjalan di antara tebing yang longsor di Gundaling II Jalan Ikuten, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (1/12). Dalam peristiwa tersebut sedikitnya 9 orang warga tewas akibat tertimbun tanah.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
LONGSOR: Warga berjalan di antara tebing yang longsor di Gundaling II Jalan Ikuten, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (1/12). Dalam peristiwa tersebut sedikitnya 9 orang warga tewas akibat tertimbun tanah.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

SUMUTPOS.CO – Berastagi-Belum lagi usai bencana erupsi Sinabung, Tanah Karo kembali diuji. Sembilan orang dinyatakan tewas akibat longsor di Berastagi, kemarin. Enam orang berasal dari satu keluarga, satu orang lainnya bocah berusia delapan tahun, dan dua lagi adalah ibu dan anaknya yang masih berusia 2,5 tahun. Semuanya tewas akibat longsor yang terjadi setelah hujan deras melanda daerah tersebut sejak Sabtu (30/11).

Seperti diberitakan Sumut Pos, ibu yang bernama Leni (23) dan anak lelakinya (Ikmal) yang masih berusia 2,5 tahun tertimbun longsoran tanah pada Sabtu malam (baca edisi Minggu 1/12). Mereka tertimbun di dalam rumah kontrakan mereka. Lingkungan Bawah Tambak, Jalan Kolam, Kelurahan Gundaling I, Berastagi, Sabtu ( 30/11) sekira pukul 19.00 WIB. Hingga pukul 20.00 WIB, keduanya belum juga ditemukan.

Baru pada pukul 21.15 WIB, keduanya berhasil dievakuasi. Posisi keduanya berpelukan. Bahkan, dari gesture Leni, tampak dia sedang menyusui Ikmal. Kedua korban ditemukan oleh warga yang mengevakuasi tertimbun tanah setinggi 2 meter lebih, terhimpit kulkas dan tertahan di dinding yang memisahkan rumah korban dengan tetangga. Dengan bersusah payah, tim harus terlebih dahulu mengangkat tanah yang menumpuk rumah tanpa ampun. Korban diketahui terakhir dibawa pihak keluarga ke Rantauprapat, Labuhanbatu.

Selain ibu dan anak itu, 6 orang sekeluarga, mulai dari kakek, nenek, anak, dan cucu,warga Jalan Lingkar Kaliaga-Udara, Lingkungan II Kelurahan Gundaling II , Berastagi  Sabtu ( 30/11) sekira pukul 21.30 WIB juga ditemukan tewas berdampingan. Para korban di tepian jurang itu dikenali sebagai Maruli Silaban ( 65) dan istri , Siti Boru Nababan ( 60), Marolop Silaban (25), Limra Boru Silaban (30) dan dua orang anaknya, Bella Kasih Boru Manik ( 4) dan Junaidi Pardingotan Manik (2,5). Keenam orang ini tinggal serumah di bawah rumah anak perempuan Maruli yang berada lima meter di atasnya.

Dari keterangan yang berhasil dihimpun dari Daniel Fernando Sijabat (17), cucu Maruli yang selamat, kejadian yang merenggut nyawa orang-orang yang ia cintai dimulai saat hujan deras yang mengguyur Berastagi pelan-pelan berhenti. Ia yang tinggal di rumah sendirian (di atas rumah kakeknya) mendengar suara gemuruh besar. Tanpa pikir panjang lajang belasan tahun ini melompat keluar.

“Kulemparkan piring makan malamku tadi sambil kupaksa keluar pintu. Waktu terseret tanah aku sempat minta tolong dan menyuruh oppungku keluar dari rumahnya. Tapi aku nggak tahu kemudian,” aku Daniel dini hari kemarin di depan rumah tetangga, tempat opung, tulang, tante dan itonya terbujur kaku berselimut kain seadanya.

Saat Daniel tersadar, rumah yang ia tempati bersama orangtuanya telah rata dengan tanah. Begitu juga rumah oppungnya dengan beberapa bahagian rumah terlempar ke sejauh  30 meter di sisi parit besar. Nyawa Daniel diketahui tertolong kayu-kayu kecil.

Teriakan Daniel sebenarnya terdengar tetangga lain, Ariston Sidabariba (32) . Dia mengaku setelah mendengar suara di kegelapan malam itu, ia pun bergegas keluar mencari sebab masalah. Tiga pohon di depannya adalah pertama yang terlihat, baru setelahnya Ariston berjalan ke samping, di sanalah baru ia temukan dua rumah yang biasanya tampak sudah rata dengan tanah.

“Amang oiiiii… tolong kami… dimana Oppung Bella…,” ujarnya seraya bergegas melihat dari dekat tempat kejadian. Ariston memperkirakan, pada kejadian itu rumah Daniel yang selamat tersorong tanah setinggi 30 meter baru menimpa kediaman Oppung Bela di bawahnya hingga luluh lantak kemudian.

Lantas, dengan peralatan komunikasi yang ia miliki, dia menghubungi Kepala Lingkungan II, Suratman Ginting. Meski terasa sedikit lama, satu per satu warga dari Jalan Udara dan Camat Berastagi Edison Karokaro serta Kapolsekta Berastagi Kompol Juben MS Sagala dan personel turun ke lokasi.

Tindakan menggali areal yang dinilai menjadi lokasi tertimbunnya para korban pun dilangsungkan. Setelah beberapa dalam mencungkil tanah, Jaya Harahap dkk pun sekitar pukul 23.30 WIB berhasil menemukan 3 dari 6 orang yang diperkirakan tertimbun. Adalah jasad Bella Kasih Boru Manik yang pertama kali dievakuasi pukul 23.37 WIB ke rumah tetangga, baru diikuti neneknya, Siti Boru Nababan dan suaminya Maruli Silaban.

Tangis pun pecah malam itu, bahkan saking tragisnya peristiwa ‘mate sada wari ( mati sehari)’ itu, orang- orang yang berada disana hanya dapat berdoa dengan buliran air tertahan sesak kelopak mata. Tiga jasad dibujurkan di rumah kerabat, sedangkan penduduk dan aparat kepolisian serta TNI terus berupaya mencari tempat lain yang diduga menjadi tempat tiga orang lain tertimbun.

Pada saat ditemukan, satu dari tiga jenazah, yakni Siti Boru Nababan masih terasa panas. Keluarga pun sebenarnya meminta agar ia dilarikan ke RS, namun belum lengkapnya tim medis akhirnya membuat semua jadi buyar. Seiring dinginnya malam, tubuh Boru Nababan pun berasa sama. Sementara di luar sana, tim pencari tampak berusaha keras mengorek tanah yang menjadi titik mereka terakhir.

Usaha keras warga berbuah, dari balik kepingan compact disk (cd) dan rice cooker jasad Marolop Silaban berhasil diangkat dari tanah yang telah berlumpur. Kelihatan sekali kalau korban terkena benturan karena wajahnya membiru dengan handphone berada tak jauh dari genggaman tangannya. Berselang beberapa saat berikutnya, tepat pukul 01.10 WIB, Minggu ( 1/12) dua orang terakhir Limra Boru Silaban  dan Junaidi Pardingotan Manik ditemukan berpelukan. Dari perkiraan, tiga orang pertama posisinya terakhir berada ruang tidur, begitupun dengan dua korban terakhir. Sedangkan, Marolop Silaban kemungkinan besar dekat ruang keluarga, karena tak jauh darinya juga ditemukan kepingan CD.

Usai menemukan keenam korban, warga beserta Kapolsekta Berastagi dan jajaran, Camat Berastagi dan jajaran serta Ka Puskesmas Berastagi mengevakuasi mereka menuju RSUD Kabanjahe di tengah jalan yang licin dan gelap gulita. Setelah dilakukannya visum para korban kemudian diserahkan pihak Kecamatan Berastagi kepada keluarga ke Jalan Samura, Gang Madu, Kabanjahe guna gelar acara peradatan mereka. Rencananya, para korban akan dikebumikan di pekuburan Desa Korpri/Gurusinga Berastagi.

“Harus dikaji ulang nantinya lokasi pemukiman yang berada di lereng seperti ini. Kini para korban telah berada di keluarga mereka,” papar Kompol Juben MS Sagala, Kapolsekta Berastagi.

Pada kejadian longsoran yang menyebabkan 6 orang sekeluarga ini meninggal dunia, juga terdapat kerugian materil yang tidak sedikit. Kemungkinan besar dari 2 rumah yang terbawa longsoran tanah didapati kerugian senilai ratusan juta rupiah. Selain itu, longsoran tanah juga telah menyebabkan 9 ekor babi tewas, sementara 9 ekor lainnya berhasil ditemukan Minggu (1/12).

Selain delapan korban di atas, gadis kecil anak dari pasangan almarhum K Siboro dan Evi Boru Turnip, Rosa Boru Siboro (8) juga ditemukan tewas setelah terseret arus air bandang sewaktu mencuci piring di kamar mandi umum, Lingkungan Listrik Bawah, Kelurahan Tambak Lau Mulgab I Berastagi. Pelajar kelas IV SD Negeri No 4 Jalan Udara Berastagi ini ditemukan warga dan jajaran Polsekta Berastagi tak jauh dari Persabahan Bertah antara Cinur dan lokasi sumber mata air Tirtanadi cabang Berastagi Melas, Minggu pukul 11.00 WIB. (riz/nng/smg/gus/rud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/