SUMUTPOS.CO – Lahar dingin Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, mulai turun ke desa-desa di sekitarnya. Kemarin malam, Desa Sukameriah yang berada di radius tiga kilometer dari kawah dilanda banjir lahar dingin. Belum ada laporan kerusakan akibat banjir lahar dingin tersebut, karena desa tersebut kosong ditinggal mengungsi oleh penduduknya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, banjir lahar dingin terjadi di sungai-sungai sekitar desa Sukameriah. “Komunikasi radio antar petugas di lapangan menginformasikan penyebabnya adalah hujan deras di hulu sungai,” tutur Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kemarin.
Peristiwa letusan Sinabung memang terjadi bersamaan dengan datangnya musim hujan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan jka potensi banjir lahar dingin dalam beberapa waktu ke depan masih besar. Terutama, selama Sinabung belum berhenti bererupsi.
Sutopo menuturkan, hingga saat ini jumlah pengungsi Sinabung masih berjumlah 17.321 jiwa (5.836 KK) dan tersebar di 31 pos penampungan. Mereka berasal dari 23 desa di radius lima kilometer dari kawah Sinabung. Konsentrasi pengungsi paling banyak ada di di Los Tigabinanga Kabanjahe, yakni 2.438 jiwa (898 KK). Konsentrasi berikutnya ada di kemudian Uka Jahe 1(473 KK) dan Los Desa Sembagas (782 KK).
“Untuk masa tanggap darurat Sinabung diperpanjang hingga Sabtu (7/12) mendatang,” lanjut peneliti senior BPPT itu. Aktivitas Sinabung yang masih tinggi membuat Pemkab Karo tidak mengambil risiko memulangkan warganya ke rumah. pihak Pemkab menunggu rekomendasi PVMBG untuk menetapkan kondisi berikutnya.
PVMBG sendiri melaporkan jika sejak Sabtu (30/11) hingga Minggu (1/12) siang kemarin terjadi 61 kali gempa vulkanik dalam. Selain itu, kemarin juga terjadi empat kali gempa tektonik jauh dan tremor 0,5 “ 3 milimeter. Hembusan asap dari kawah Sinabung mencapai 400 meter. Abu tampak sedang sampai tebal, sedangkan tekanan sedang. Hal tersebut mengindikasikan aktivitas tinggi pada gunung setinggi 2.460 meter itu. (byu/jpnn)
SUMUTPOS.CO – Lahar dingin Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, mulai turun ke desa-desa di sekitarnya. Kemarin malam, Desa Sukameriah yang berada di radius tiga kilometer dari kawah dilanda banjir lahar dingin. Belum ada laporan kerusakan akibat banjir lahar dingin tersebut, karena desa tersebut kosong ditinggal mengungsi oleh penduduknya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, banjir lahar dingin terjadi di sungai-sungai sekitar desa Sukameriah. “Komunikasi radio antar petugas di lapangan menginformasikan penyebabnya adalah hujan deras di hulu sungai,” tutur Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kemarin.
Peristiwa letusan Sinabung memang terjadi bersamaan dengan datangnya musim hujan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan jka potensi banjir lahar dingin dalam beberapa waktu ke depan masih besar. Terutama, selama Sinabung belum berhenti bererupsi.
Sutopo menuturkan, hingga saat ini jumlah pengungsi Sinabung masih berjumlah 17.321 jiwa (5.836 KK) dan tersebar di 31 pos penampungan. Mereka berasal dari 23 desa di radius lima kilometer dari kawah Sinabung. Konsentrasi pengungsi paling banyak ada di di Los Tigabinanga Kabanjahe, yakni 2.438 jiwa (898 KK). Konsentrasi berikutnya ada di kemudian Uka Jahe 1(473 KK) dan Los Desa Sembagas (782 KK).
“Untuk masa tanggap darurat Sinabung diperpanjang hingga Sabtu (7/12) mendatang,” lanjut peneliti senior BPPT itu. Aktivitas Sinabung yang masih tinggi membuat Pemkab Karo tidak mengambil risiko memulangkan warganya ke rumah. pihak Pemkab menunggu rekomendasi PVMBG untuk menetapkan kondisi berikutnya.
PVMBG sendiri melaporkan jika sejak Sabtu (30/11) hingga Minggu (1/12) siang kemarin terjadi 61 kali gempa vulkanik dalam. Selain itu, kemarin juga terjadi empat kali gempa tektonik jauh dan tremor 0,5 “ 3 milimeter. Hembusan asap dari kawah Sinabung mencapai 400 meter. Abu tampak sedang sampai tebal, sedangkan tekanan sedang. Hal tersebut mengindikasikan aktivitas tinggi pada gunung setinggi 2.460 meter itu. (byu/jpnn)