27 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Edy: Sumut Itu Unik

Triadi Wibowo/Sumut Pos-
Balon Gubsu Edy Rahmayadi dan Balon Wagubsu Musa Rajeckshah foto bersama manajeman Sumut Pos Grup saat berkunjung ke Graha Pena Medan, Jumat (2/2).

Ia mengaku selalu terbuka terhadap pemberitaan media. Asalkan selama yang disampaikan tidak mengada-ngada dan menganalisa sendiri informasi yang diperoleh. “Mengklarifikasi bukan berarti melakukan suatu kepastian dan memaksakan kehendak. Tapi marilah kita berpikir panjang dalam menjalin suatu hubungan. Saya dan Pak Ijeck bisa hancur karena pemberitaan, karena begitu pentingnya media ini. Marilah kama-sama kita bergandeng tangan,” ujar Edy.

Edy pun mengakui, dengan APBD Sumut Rp13 triliun takkan cukup membangun provinsi yang didalamnya ada 33 kabupaten kota. Karena bicara letak geografis, Sumut terbilang unik dibanding provinsi lain di Indonesia. “Kalau saya di Jawa Timur, pakai Gojek saja mungkin sudah bisa keliling di sana. Tapi kalau di Sumut dengan 33 kabupaten/kota, ganti ban 5 kali pun tak sampai-sampai,” kata Edy sambil berguyon yang disambut tawa awak redaksi Sumut Pos dan Posmetro Medan.

Disamping siap untuk dikritik, mantan Pangkostrad yang juga Ketum PSSI juga mengaku kerap dibilang kasar dan galak. Namun Edy menepis bahwa sikapnya itu lantaran ia berasal dari militer. “Yang dari militer kan bukan saya saja. Pak SBY juga militer. Malah lebih kalem dari Pak Jokowi. Persoalannya, mungkin (gaya dan sikap) saya, ya memang seperti ini. Saya juga nggak ngerti kenapa dibilang kasar. Sampai mamak saya juga manggil saya, katanya ‘kok kamu kata orang galak?’ Siapa yang bilang galak mak?’ Kalau sama mamak saya mana berani galak,” guyon Edy lagi.

“Tapi semua ini takkan terjadi dan  semuanya kembali pada kepercayaan. Kuncinya di situ. Apapun yang dibilang semua akan mental bila tidak ada trust.  Saya harus katakan benar kalau itu benar, dan salah kalau itu salah. Saya tahu contoh riil, bagaimana mempermainkan kebenaran dan kesalahan,” imbuh dia.

Untuk itu, ia mengajak perlunya sejak awal menyatukan persepsi serta jujur demi membangun Sumut bermartabat. “Terlepas kami tidak dipilih dalam pilkada nanti, yang jelas saya dan Pak Ijeck butuh keterpaduan dengan semua pihak. Media punya peran untuk itu. Saya bersama Pak Ijeck minta maaf kalau baru sekarang bisa sampai sini. Sebab saat saya tinggalkan Sumut tahun 80, (Sumut Pos) belum ada,” ungkap pria kelahiran Sabang tersebut.

Triadi Wibowo/Sumut Pos-
Balon Gubsu Edy Rahmayadi dan Balon Wagubsu Musa Rajeckshah foto bersama manajeman Sumut Pos Grup saat berkunjung ke Graha Pena Medan, Jumat (2/2).

Ia mengaku selalu terbuka terhadap pemberitaan media. Asalkan selama yang disampaikan tidak mengada-ngada dan menganalisa sendiri informasi yang diperoleh. “Mengklarifikasi bukan berarti melakukan suatu kepastian dan memaksakan kehendak. Tapi marilah kita berpikir panjang dalam menjalin suatu hubungan. Saya dan Pak Ijeck bisa hancur karena pemberitaan, karena begitu pentingnya media ini. Marilah kama-sama kita bergandeng tangan,” ujar Edy.

Edy pun mengakui, dengan APBD Sumut Rp13 triliun takkan cukup membangun provinsi yang didalamnya ada 33 kabupaten kota. Karena bicara letak geografis, Sumut terbilang unik dibanding provinsi lain di Indonesia. “Kalau saya di Jawa Timur, pakai Gojek saja mungkin sudah bisa keliling di sana. Tapi kalau di Sumut dengan 33 kabupaten/kota, ganti ban 5 kali pun tak sampai-sampai,” kata Edy sambil berguyon yang disambut tawa awak redaksi Sumut Pos dan Posmetro Medan.

Disamping siap untuk dikritik, mantan Pangkostrad yang juga Ketum PSSI juga mengaku kerap dibilang kasar dan galak. Namun Edy menepis bahwa sikapnya itu lantaran ia berasal dari militer. “Yang dari militer kan bukan saya saja. Pak SBY juga militer. Malah lebih kalem dari Pak Jokowi. Persoalannya, mungkin (gaya dan sikap) saya, ya memang seperti ini. Saya juga nggak ngerti kenapa dibilang kasar. Sampai mamak saya juga manggil saya, katanya ‘kok kamu kata orang galak?’ Siapa yang bilang galak mak?’ Kalau sama mamak saya mana berani galak,” guyon Edy lagi.

“Tapi semua ini takkan terjadi dan  semuanya kembali pada kepercayaan. Kuncinya di situ. Apapun yang dibilang semua akan mental bila tidak ada trust.  Saya harus katakan benar kalau itu benar, dan salah kalau itu salah. Saya tahu contoh riil, bagaimana mempermainkan kebenaran dan kesalahan,” imbuh dia.

Untuk itu, ia mengajak perlunya sejak awal menyatukan persepsi serta jujur demi membangun Sumut bermartabat. “Terlepas kami tidak dipilih dalam pilkada nanti, yang jelas saya dan Pak Ijeck butuh keterpaduan dengan semua pihak. Media punya peran untuk itu. Saya bersama Pak Ijeck minta maaf kalau baru sekarang bisa sampai sini. Sebab saat saya tinggalkan Sumut tahun 80, (Sumut Pos) belum ada,” ungkap pria kelahiran Sabang tersebut.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/