MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa hari terakhir Kota Medan dikepung kabut asap yang belakangan diketahui berasal dari lahan gambut di Provinsi Riau yang terbakar. Keberadaan kabut tersebut membuat masyarakat di Kota Medan cemas atas kondisi udara. Masalahnya, di saat seperti ini, alat informasi kondisi udara di Medan malah rusak.
Ya, indeks standar pencemar udara (ISPU) yang terpajang di sejumlah titik sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Seharusnya papan informasi tersebut dapat berfungsi dengan baik agar dapat dimanfaatkan masyarakat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan, Arif Tri Nugroho, mengatakan data pencemaran udara yang ditampilkan pada pada display ISPU sudah tidak dapat dilakukan lagi. Pasalnya, alat pendukung untuk itu sudah tidak lagi berfungsi karena faktor usia.
“Stasion dan display itu sampai saat ini masih tercatat sebagai aset milik Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang diserahkan kepada Pemko Medan pada 2001,” ujarnya di sela-sela kegiatan MTQ ke 47 di Jalan Gaperta, Senin (3/3).
Pria berdarah Sunda ini memaparkan, ada 4 lokasi stasion yang setiap tempat mewakili kawasan sebagai sampel (contoh) keadaan udara di antaranya KIM, Jalan Pinang Baris, Amplas, serta Jalan Stadion Teladan.
Data udara yang ditampung oleh stasion dikirimkan terlebih dahulu kepada server yang ada pada unit pelaksana tugas (UPT) Medan Kota yang ada dilingkungan kantor BLH Medan. Data yang diterima diserver akan diteruskan ke display ISPU, namun celakanya alat untuk mentransper data tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
“Mekanik untuk memperbaiki Ispu harus berasal dari KLH karena alat seperti itu sudah tidak ada lagi,” katanya.
Sikap khawatir masyarakat terhadap kabut asap yang mucul beberapa hari ini diakuinya merupakan sebuah kewajaran untuk itu dia akan mengambil kebijakan dengan menyampaikan hasil data pencemaran udara ke website resmi milik Pemko Medan agar dapat diakses oleh masyarakat.
“Kalau di display hanya orang yang melintas di kawasan tersebut yang dapat melihat kalau kita umumkan datanya di situs resmi, maka semua orang dapat mengaksesnya. Selain di situs saya akan usulkan penyampaian data pencemaran udara akan disampaikan kepada masyarakat melalui monitor-monitor infomasi yang dimiliki oleh Pemko Medan,” jelasnya.
Hasil pencemaran udara melalui kabut asap ini, kata dia, akan disampaikan kepada BLH Provinsi Sumut untuk diteruskan kepada KLH serta Pemprov Riau.
Hal itu dilakukan agar Pemprov Riau mengetahui dampak yang dirasakan masyarakat Kota Medan akibat asap kabut tersebut. ” Kita tidak bisa langsung, harus kordinasi terlebih dahulu dengan BLH Sumut,” urainya.
Kondisi Udara Kategori Sedang
Mantan Kadis TRTB Kota Medan ini menambahkan, pihaknya berencana untuk memiliki stasion serta display ISPU sendiri seperti Kota Surabaya, di mana anggarannya akan ditampung dalam APBD.
“Memang harganya tidak murah untuk satu unit stasion dan display ISPU, yakni berkisar Rp6 miliar. Nanti akan kita coba masukkan dalam P-APBD, kalau ditolak akan kembali diajukan dalam R-APBD 2015,” tegasnya.
Terpisah, Kepala UPTD Laboratorium BLH Medan, Rofi Dharmayanti mengatakan selama bulan Januari dan Februari 2014, pengukuran udara masih dalam kategori sedang. Hasil ini di dapat dari penilaian tentang PM 10 (Debu), Sulurdioksida, Carbon dioksida (asap kendaraan bermotor), ozon, serta nitrogen dioksida. ” Selama dua bulan terakhir kondisi udara di Kota Medan masuk dalam kategori sedang,” katanya.
Kondisi Riau yang dikelilingi kabut asap setelah dihitung masih dalam batas atau status tidak berbahaya. “Kondisi udara di Kota Medan akan tetap baik jika sedang memasuki musim penghujan,” bebernya.
Dari Bandara Internasional Kualanamu, beberapa penerbangan masih terganggu asap yang masih pekat. Senin (3/3) pagi jarak pandang sekitar 1.100-3.000 meter. Humas Airnav, Anton Peranginangin mengungkapkan, banyak pesawat kecil yang mengalami gangguan. Ganggguan ini disebabkan karena pesawat kecil itu berharap kepada jarak pandang. Jika jarak pandang tidak mencapai 5 kilometer maka pesawat tersebut tidak dapat melakukan penerbangan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pesawat kecil seperti Wings Air dan Susi Air mengalami penundaan hingga 3 jam. Susi Air (SI 0140) tujuan Simeulue terjadwal pukul 06.50 WIB kemudian berangkat pukul 09.50 WIB, Susi Air (SI 7170) tujuan Tapaktuan terjadwal pukul 06.20 WIB lalu berangkat pukul 09.00 WIB dan Wings Air (IW 1266) tujuan Gunungsitoli terjadwal pukul 08.15 WIB kemudian berangkat 09.35 WIB.
Manager Airport Duty, Jamal Amri mengatakan penerbangan dengan rute pendek seperti Silangit, Sibolga, Aekgodang, dan Singkil harus ditunda karena Kualanamu diselimuti kabut asap yang pekat. Besar pengaruhnya untuk pesawat kecil jika kabut asap masih pekat karena pesawat tersebut masih menggunakan visual bukan seperti pesawat Boeing yang telah menggunakan Instrument Landing System (ILS).
Sementara itu hasil dari analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) bandara Kualanamu, Mega Sirait mengatakan asap sudah pekat di bandara Kualanamu. Tingkat kepekatan asap sempat bagus namun kabut asap kembali menyelimuti bandara Kualanamu. Selain itu kondisi asap diperkirakan masih bertahan hingga beberapa hari ke depan. Aktivitas pembakaran lahan/hutan itu juga masih tetap berlanjut jika dilihat dari grafik hotspot yang berfluktuasi naik dan turun.
Kendati demikian, dengan cuaca yang tidak mendukung maskapai penerbangan rute pendek seperti Wings Air dan Susi Air tetap menjual tiket kepada calon penumpang. Selain pesawat rute penerbangan pendek, pesawat Boeing juga mengalami pembatalan. Diantaranya Lion Air (JT 0215) tujuan Jakarta pukul 12.25 WIB, Garuda Indonesia (GA 0279) tujuan Banda Aceh pukul 08.45 WIB dan Lion Air (JT 0399) tujuan Jakarta pukul 15.20 WIB. (dik/mag-9/rbb)