Jalan yang Belum Dibuka Tinggal 10 Kilometer Lagi
LUBUKPAKAM-Jalan lain Medan-Berastagi ternyata bukan rencana isapan jempol. Dinas Pekerjaan Umum Pemkab Deliserdang ternyata sudah memulainya. Dari 55 kilometer jalan yang direncanakan, sudah 45 kilometer yang dibuka. Dan, jika nanti sudah menyambung semua, maka Medan-Berastagi dipercayai hanya memakan waktu 50 menit.
Setidaknya hal ini diungkapkan Kepala Dinas PU Pemkab Deli Serdang Ir Faisal melalui Kepala Bidang Jalan dan Jembatan, Khairum Rizal, Senin (3/4).
“Untuk saat ini, kondisi jalan yang telah dibuka sepanjang sekitar 45 km, sebagian masih pengerasan. Bila rencana pembukaan 10 km yang masih tersisa, pada triwulan kedua ini terlaksana, maka kondisi jalan yang masih pengerasan akan ditingkatkan dengan pengaspalkan. Sehingga bila seluruh jalan diaspal diharapkan jarak tempuh Medan-Karo hanya sekitar 50 menit,” jelas Khairum Rizal.
Dia menjelaskan, sejatinya sudah hampir empat tahun secara bertahap Dinas PU Pemkab Deliserdang membuka ruas jalan tersebut. Jalan itu nantinya memiliki lebar delapan meter. Untuk sepuluh kilometer yang beluim dibuka, nantinya akan dibangun 4 jembatan. Jalan itu nantinya akan tembus perbatasan Karo dengan Dusun Sembekan II Desa Rumah Bacang Kecamatan Kutalimbaru.
Sebenarnya, kata Khairum, pihaknya telah berulang kali mengajukan rencana pembuatan ruas jalan itu. Namun, usulan itu tidak pernah terealisasi bahkan selalu ditolak. Kini, setelah ada pernyataan Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, pihaknya langsung semangat. “Bila diambil ahli Provinsi, tentu kita akan berterima kasih. Soalnya provinsi dan pemkab akan sama sama bertanggung jawab soal jalan itu,” katanya.
Secara terpisah, anggota DPRD Deliserdang, Mbergap Sembiring, merespon positif rencana pemerintah provinsi tersebut. “Kami berharap rencana itu terelalisasi segera,” katanya.
Disebutkannya, bila ruas jalan itu terlaksana, maka sarana infrastruktur di sana akan terkena imbasnya. Bahkan, perekonomian warga di Kecamatan Kutalimbaru yang selama ini statis dipastikan akan berkembang.
Sambutan baik juga disampaikan Pemkab Karo. ‘Itu memang sudah sangat dibutuhkan, mengingat jalan yang saat ini sudah tidak layak lagi. Kita harapkan wacana ini akan terealisasi dan tidak mendapat banyak halangan,” kata Kabid Humas Pemkab Karo, Jhonson Tarigan
Jalan Jadi Dua, Pertumbuhan Ekonomi Tidak Signifikan
Tanggapan berbeda malah muncul dari para pengamat. Sebut saja Prof Bachtiar Hassan Miraza, Dosen Perencanaan Wilayah Pascasarjana USU. Menurutnya, menambah jalur bukanlah cara terbaik untuk meningkatkan perekonomian rakyat. “Pembangunan fasilitas ini baik, tetapi akan menelan biaya yang sangat besar, kalau bisa kenapa tidak digunakan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, dana yang sangat besar untuk penambahan jalan akan lebih baik bila digunakan untuk masyarakat, misalnya dengan pembangunan fasilitas kerajinan tangan. Atau, kalau memang untuk infrastruktur, lebih baik bila digunakan untuk memperbaiki jalan tujuan Tebingtinggi, Kisaran, dan Rantauprapat. “Jalur jalan ini sangat penting, karena merupakan jalan lintas, selain itu pergerakkan ekonomi juga ditunjang dari jalan ini. Lebih baik, dana tersebut dialihkan untuk memperbaiki jalan ini,” ungkapnya.
Dia menegaskan, bahwa jalan baru ini nantinya bukan hal yang mudah untuk dilakukan bila hanya bertumpu pada APBD. Tetapi, bila ditunjang dnegan APBN akan ada kesempatan untuk membangunnya. Selain dana, kebenturan lain yang akan ditemui saat pembangunan ini adalah geografis tanah yang tidak mendukung, sehingga akan sangat sulit untuk pembangunan jalan ini bila tidak menggunakan teknologi. “Minimal waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan jalur baru ini adalah 5 tahun, acuan saya pada pembangunan jalan Jakarta-Bandung via Cipularang, geografisnya hampir sama, berbukit dan berjurang,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak, menyatakan bahwa pembangunan jalan ini sangat bagus. Pertumbuhan ekonomi menurutnya juga akan bagus, walau tidak terlalu besar. Karena adanya jalur baru tersebut, akan ada wilayah yang dibuka, sehingga secara tidak langsung akan membuat masyarakat akan berpindah kedaerah pembangunan jalan itu sendiri. “Akan ada pemukiman, yang secara langsung akan ada kegiatan ekonomi. Pasti ada pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak besar,” lanjut Ishak.
Pengamat ekonomi dari Nommensen, Parulian Simanjuntak juga menyatakan hal yang sama, bahwa pembangunan jalan baru ini tidak signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Karena yang akan ada kegiatan ekonominya ini merupakan jalan lintas yang tidak memiliki pajak, dan lain sebagainya. “Inikan hanya jalan lintas, jadi orang hanya akan numpang lewat, singgah sebentar, lalu pergi lagi. Tetapi bila ini menjadi sebuah daerah tetap, dan ada industri, baru akan memberikan sumbangan yang cukup besar,” ujar Parulian. (btr/wan/ram)