25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Penderita Migrain Berisiko Lebih Besar Terjangkit Parkinson

Penderita Migrain Berisiko Lebih Besar Terjangkit Parkinson. Foto: Istimewa
Penderita Migrain Berisiko Lebih Besar Terjangkit Parkinson. Foto: Istimewa

SUMUTPOS.CO- MIGRAIN adalah salah satu penyakit yang banyak dialami orang. Sakit kepala sebelah (migrain) yang terjadi pada banyak orang biasanya diatasi dengan obat sakit kepala untuk menyembuhkannya. Migrain biasanya dianggap sepele karena dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya.

Walaupun sakit migrain dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya, tetapi yang sering menderita sakit ini perlu untuk berhati-hati karena ada penelitian baru yang berpendapat kalau penderita migrain lebih beresiko terhadap penyakit parkinson.

Orang yang berusia paruh baya biasanya rentan terhadap migrain, nah mereka inilah yang berkemungkinan lebih besar mengembangkan penyakit parkinson.

“Migrain adalah gangguan otak yang paling umum pada pria dan wanita dan migrain telah sering dikaitkan dengan dengan penyakit serebrovaskular dan jantung,” kata peneliti Dr. Ann Scher, seperti dilansir laman Daily Mail, Minggu (2/11).

“Dengan adanya temuan ini maka akan menambah satu lagi alasan penelitian yang diperlukan untuk memahami, mencegah dan mengatasi kondisi tersebut,” kata Dr. Scher lebih lanjut.

Gejala migrain seperti menguap berlebihan, mual dan muntah yang diduga terkait dengan stimulasi reseptor dopamin. Namun menurut ahli penyakit parkinson, Profesor David Burn, orang-orang yang menderita migrain tidak perlu khawatir dengan penelitian baru ini.

“Meskipun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa migrain bisa menimbulkan dua kali lipat risiko Parkinson di kemudian hari, namun risiko ini masih sangat rendah,” kata Profesor Burn lebih lanjut.

“Saat ini hubungan antara migrain dengan resiko parkinson sangatlah kecil. Namun jika penelitian lebih lanjut menegaskan hal ini maka migrain dapat dimasukkan sebagai salah satu dari sejumlah gejala peringatan dini yang digunakan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko lebih tinggi mengembangkan Parkinson,” pungkasnya.(fny/jpnn)

Penderita Migrain Berisiko Lebih Besar Terjangkit Parkinson. Foto: Istimewa
Penderita Migrain Berisiko Lebih Besar Terjangkit Parkinson. Foto: Istimewa

SUMUTPOS.CO- MIGRAIN adalah salah satu penyakit yang banyak dialami orang. Sakit kepala sebelah (migrain) yang terjadi pada banyak orang biasanya diatasi dengan obat sakit kepala untuk menyembuhkannya. Migrain biasanya dianggap sepele karena dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya.

Walaupun sakit migrain dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya, tetapi yang sering menderita sakit ini perlu untuk berhati-hati karena ada penelitian baru yang berpendapat kalau penderita migrain lebih beresiko terhadap penyakit parkinson.

Orang yang berusia paruh baya biasanya rentan terhadap migrain, nah mereka inilah yang berkemungkinan lebih besar mengembangkan penyakit parkinson.

“Migrain adalah gangguan otak yang paling umum pada pria dan wanita dan migrain telah sering dikaitkan dengan dengan penyakit serebrovaskular dan jantung,” kata peneliti Dr. Ann Scher, seperti dilansir laman Daily Mail, Minggu (2/11).

“Dengan adanya temuan ini maka akan menambah satu lagi alasan penelitian yang diperlukan untuk memahami, mencegah dan mengatasi kondisi tersebut,” kata Dr. Scher lebih lanjut.

Gejala migrain seperti menguap berlebihan, mual dan muntah yang diduga terkait dengan stimulasi reseptor dopamin. Namun menurut ahli penyakit parkinson, Profesor David Burn, orang-orang yang menderita migrain tidak perlu khawatir dengan penelitian baru ini.

“Meskipun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa migrain bisa menimbulkan dua kali lipat risiko Parkinson di kemudian hari, namun risiko ini masih sangat rendah,” kata Profesor Burn lebih lanjut.

“Saat ini hubungan antara migrain dengan resiko parkinson sangatlah kecil. Namun jika penelitian lebih lanjut menegaskan hal ini maka migrain dapat dimasukkan sebagai salah satu dari sejumlah gejala peringatan dini yang digunakan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko lebih tinggi mengembangkan Parkinson,” pungkasnya.(fny/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/