Dia tidak mempersoalkan Djarot pernah menjadi gubernur DKI Jakarta. Edy mengatakan dia sendiri merupakan pemimpin di lingkungan TNI yang memimpin dari Sabang sampai Merauke. “Saya kan pimpin dari Sabang dari Merauke. Bidang pemerintahan ini nanti kami pelajari. Tapi, saya orang Sumut, insyaallah saya tahu Sumut,” ujarnya.
Karena itu, Edy mengaku tidak ada strategi khusus jika nanti Djarot benar-benar maju lewat partai berlambang banteng moncong putih. “Tidak ada, Djarot maju, kami sama-sama (bertarung),” katanya.
Hal serupa dikatakan Gubernur Sumatera Utara Teuku Erry Nuradi, juga tidak gentar dengan kehadiran calon-calon penantangnya dalam pilgub Sumut. Dia yakin bisa memenangi pertarungan melawan penantang seperti Edy Rahmayadi dan Djarot Saiful Hidayat. Dia yakin karena sudah dikenal warga Sumut.
”Kita sudah lahir di sana (Sumut, Red), sekolah di sana, pernah jadi kepala daerah di sana, dan hampir setiap hari bertemu dengan ribuan orang di sana. Saya yakin akan menang, ya. Saya yakin sekali,” ujar Erry setelah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Erry saat ini belum mendapatkan calon wakil gubernur yang akan mendampinginya. Sebelumnya, memang ada nama Ngogesa Sitepu, tapi ternyata mengundurkan diri lantaran alasan kesehatan. ”Kalau kita bicara wakil, tentu harus ada dukungan dari partai pendukung,” imbuh dia. Erry sudah mengantongi dukungan dari Partai Nasdem, PKB, dan PKPI.
Terkait dengan dukungan Partai Golkar yang belakangan dicabut, Erry menuturkan masih terus menunggu perkembangan hingga tanggal pendaftaran 8 Januari mendatang. Dia menilai, dukungan yang ditarik dan diberikan kepada calon lain adalah zig-zag politik. ”Ada zig-zag seperti itu. Saya kira itu bagian dari dinamika saja lah. Yang pasti, nanti tanggal 8, ketika pendaftaran, kita bisa tahu calon siapa didukung partai mana,” ungkap dia.