Namun ketika disinggung, fasilitas apa yang ditangani Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan melakukan kutipan retribusi kepada wisatawan, Mulia Barus tidak menjawab.
Kepala Bapeda Karo, Nasib Sianturi yang sebelumnya dikonfirmasi wartawan mengaku perbaikan jalan menuju air panas alam itu sudah menjadi skala prioritas.
“Program perbaikan jalan menuju Ndoulu dan Semangat Gunung sudah direncanakan dengan pelebaran jalan. Rencana tersebut sudah disampaikan kepada Dinas Kehutanan Pemprovsu menyangkut ruas jalan tersebut terkena kawasan hutan”, ujar Sianturi.
Namun jawaban itu dinilai Siti Aminah hanya sebagai pembelaan diri saja. Kerusakan jalan menuju Semangat Gunung dan Ndoulu sudah bertahun-tahun terjadi. Kalau pun usulan belum dikabulkan Dinas Kehutanan Pemprovsu, kenapa pemeliharaan atau pun perawatan tidak dilakukan Pemkab Karo sehingga jalan ini bagai tidak bertuan.
Jangan hanya Pemkab Karo mengutip retribusi diutamakan dengan menambah personel tiap hari karena padatnya wisatawan tiap hari berkunjung sementara untuk pemeliharaan dan perawatan jalan untuk menyenangkan wisatawan tidak ada.
“Pemkab Karo seharusnya malu. Masak jalan begitu rusak dan digenangi air hujan membuat para wisatawan mogok dan tidak bisa lintas tetap dibiarkan tanpa perawatan atau pun pemeliharaan. Sektor pariwisata dan pertanian tetap dari dulu digaung-gaungkan ke seluruh dunia. Tapi kalau datang wisatawan, jalan kaki saja sulit karena dimana-mana lobang dan dimana-mana juga genangan air serta kiri-kanan semak-belukar. Aduhhh, malunya kita ini,” kesalnya. (deo/han)