25 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Puting Beliung Sapu Medan Deli, Sungai Kukam Meluap, 10 Rumah dan Gereja Rusak, Jembatan Putus

GOTONG ROYONG: Masyarakat bergotong royong memperbaiki jembatan yang putus di Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat, Rabu (4/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Cuaca ekstrim melanda Kota Medan dan Kabupaten Langkat, Selasa (3/9) malam. Dampaknya, sebanyak 10 rumah dan satu gereja rusak diterjang angin puting beliung di Kelurahan Titipapan, Medan Deli. Sementara, satu jembatan di aliran Sungai Kukam, Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat, putus dihantam banjir.

Meskipun tidak ada korban jiwa, kerugian akibat musibah alam itu mencapai ratusan juta. Peristiwa itu saat terjadinya hujan deras disertai angin kencang. Puting beliung dengan seketika melanda 4 lingkungan di Kelurahan Titipapan, Medan Deli. Tanpa disadari, angin itu menerjang rumah penduduk. Akibatnya, atap seng rumah warga berterbangan.

Warga menjadi korban hantaman puting beliung berusaha menyelamatkan diri berlindung ke rumah tetangga. Dalam tempo lebih kurang 5 menit, terjarangan angin merusak 10 rumah dan 1 gereja yang berada di 4 lingkungan.

Seorang warga, Umar mengatakan, awalnya mereka tidak menyangka terjadinya puting beliung, melihat bagian atap mulai berterbangan, ia pun meminta kepada adik kandungnya, Surya Lesmana agar keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. “Malam itu, awalnya ada suara gemuruh. Setelah kami lihat seng terbang. Saya suruh si Surya untuk keluar rumah. Dalam posisi hujan deras, mereka berlindung ke rumah saya,” kata Umar menceritakan peristiwa menimpa rumah adiknya.

Pascamusibah itu, lanjut pria berusia 60 tahun ini, atap seng dan sejumlah kayu penyangga rumah adiknya kini berhamburan. Musibah menimpa rumahnya di Lingkungan 10 juga terjadi di lingkungan lain. “Tadi, pihak kelurahan sudah ada tangan. Kami berharap, agar ada bantuan bencana yang kami hadapi, lihatlah pakaian basah karena hujan da terpaksa adik saya mengungsi sementar ke rumah saya,” cetus Umar.

Sementara, Lurah Titipapan Asharsi Hasibuan mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan, dari pengecekan ada sebanyak 10 rumah dan 1 gereja yang diterjang puting beliung. Perinciannya, di Lingkungan 9 ada sebanyak 1 gereja dan 2 rumah, di Lingkungan 10 ada sebanyak 2 rumah, Lingkungan 11 ada sebanyak 1 rumah dan Lingkungan 16 sebanyak 5 rumah.

“Kita sudah data semua, musibah ini sudah kita laporkan ke BPBD Kota Medan. Petugas BPBD sudah turun ke lapangan, untuk tindaklanjutnya akan segera ditangani petugas BPBD,” terangnya.

Erosi, Jembatan Amblas

Sementara, hujan deras yang mengguyur dua hari belakangan, mengakibatkan sebuah jembatan pada aliran Sungai Kukam di Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat amblas, kemarin (3/9). Akibatnya, jembatan yang menghubungkan dua desa antara Desa Emplasmen Kwala Mencirim dan Desa Namu Ukur Utara ini sempat terputus.

Meski demikian, warga sekitar sudah bergotong royong membenahinya. Pantauan wartawan Rabu (4/9), perangkat desa, kecamatan dan BPBD serta Dinas PU Kabupaten Langkat sudah turun ke lokasi. Kapolsek Sei Bingai, Iptu Endramawan Sitepu juga turut mendampingi peninjauan jembatan yang amblas tersebut.

Jembatan itu amblas karena terjadi patahan pada ruas penyangganya. Itu terjadi akibat erosi dampak derasnya dan naiknya volume arus sungai saat hujan. Karenanya, ratusan kepala keluarga nyaris terisolasi jika jembatan tersebut tak dapat dilalui. Pasalnya, jembatan ini merupakan penopang jalannya ekonomi masyarakat setempat yang bekerja sebagai petani dan peternak.

Kadus 8 Bandarmeriah, Imanta Sembiring menyatakan, beruntung akibat kejadian ini tidak ada korban jiwa. Hanya saja, akses sempat terganggu. “Hujan deras jadi erosi, makanya amblas. Pondasi tanah berpasir. Bukan cadas. Pagi ini kami gotong royong biar warga, anak sekolah bisa lewat. Untuk sementara sudah bisa dilalui,” ujar dia di lokasi.

Menurut dia, kejadian amblasnya jembatan tersebut bukan pertama kali. Sebelumnya juga sudah pernah amblas. Bahkan, kejadian sebelumnya juga membuat hancur satu unit rumah warga yang longsor ke sungai.

Sekretaris Kecamatan Sei Bingai, Trio P Sembiring menambahkan, pihaknya sudah koordinasi ke PU dan BNPB denga harapan jembatan dapat kembali terbangun. Karenanya, dia kembali berharap anggaran dan waktu pengerjaan jembatan itu segera dibahas. “Langsung kita koordinasi ke kepala desa, ke kecamatan. Kami pun lapor ke tingkat II. Sifatnya ini sementara dulu,” tandasnya. (fac/ted)

GOTONG ROYONG: Masyarakat bergotong royong memperbaiki jembatan yang putus di Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat, Rabu (4/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Cuaca ekstrim melanda Kota Medan dan Kabupaten Langkat, Selasa (3/9) malam. Dampaknya, sebanyak 10 rumah dan satu gereja rusak diterjang angin puting beliung di Kelurahan Titipapan, Medan Deli. Sementara, satu jembatan di aliran Sungai Kukam, Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat, putus dihantam banjir.

Meskipun tidak ada korban jiwa, kerugian akibat musibah alam itu mencapai ratusan juta. Peristiwa itu saat terjadinya hujan deras disertai angin kencang. Puting beliung dengan seketika melanda 4 lingkungan di Kelurahan Titipapan, Medan Deli. Tanpa disadari, angin itu menerjang rumah penduduk. Akibatnya, atap seng rumah warga berterbangan.

Warga menjadi korban hantaman puting beliung berusaha menyelamatkan diri berlindung ke rumah tetangga. Dalam tempo lebih kurang 5 menit, terjarangan angin merusak 10 rumah dan 1 gereja yang berada di 4 lingkungan.

Seorang warga, Umar mengatakan, awalnya mereka tidak menyangka terjadinya puting beliung, melihat bagian atap mulai berterbangan, ia pun meminta kepada adik kandungnya, Surya Lesmana agar keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. “Malam itu, awalnya ada suara gemuruh. Setelah kami lihat seng terbang. Saya suruh si Surya untuk keluar rumah. Dalam posisi hujan deras, mereka berlindung ke rumah saya,” kata Umar menceritakan peristiwa menimpa rumah adiknya.

Pascamusibah itu, lanjut pria berusia 60 tahun ini, atap seng dan sejumlah kayu penyangga rumah adiknya kini berhamburan. Musibah menimpa rumahnya di Lingkungan 10 juga terjadi di lingkungan lain. “Tadi, pihak kelurahan sudah ada tangan. Kami berharap, agar ada bantuan bencana yang kami hadapi, lihatlah pakaian basah karena hujan da terpaksa adik saya mengungsi sementar ke rumah saya,” cetus Umar.

Sementara, Lurah Titipapan Asharsi Hasibuan mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan, dari pengecekan ada sebanyak 10 rumah dan 1 gereja yang diterjang puting beliung. Perinciannya, di Lingkungan 9 ada sebanyak 1 gereja dan 2 rumah, di Lingkungan 10 ada sebanyak 2 rumah, Lingkungan 11 ada sebanyak 1 rumah dan Lingkungan 16 sebanyak 5 rumah.

“Kita sudah data semua, musibah ini sudah kita laporkan ke BPBD Kota Medan. Petugas BPBD sudah turun ke lapangan, untuk tindaklanjutnya akan segera ditangani petugas BPBD,” terangnya.

Erosi, Jembatan Amblas

Sementara, hujan deras yang mengguyur dua hari belakangan, mengakibatkan sebuah jembatan pada aliran Sungai Kukam di Dusun 8 Bandarmeriah, Desa Namu Ukur Utara, Sei Bingai, Langkat amblas, kemarin (3/9). Akibatnya, jembatan yang menghubungkan dua desa antara Desa Emplasmen Kwala Mencirim dan Desa Namu Ukur Utara ini sempat terputus.

Meski demikian, warga sekitar sudah bergotong royong membenahinya. Pantauan wartawan Rabu (4/9), perangkat desa, kecamatan dan BPBD serta Dinas PU Kabupaten Langkat sudah turun ke lokasi. Kapolsek Sei Bingai, Iptu Endramawan Sitepu juga turut mendampingi peninjauan jembatan yang amblas tersebut.

Jembatan itu amblas karena terjadi patahan pada ruas penyangganya. Itu terjadi akibat erosi dampak derasnya dan naiknya volume arus sungai saat hujan. Karenanya, ratusan kepala keluarga nyaris terisolasi jika jembatan tersebut tak dapat dilalui. Pasalnya, jembatan ini merupakan penopang jalannya ekonomi masyarakat setempat yang bekerja sebagai petani dan peternak.

Kadus 8 Bandarmeriah, Imanta Sembiring menyatakan, beruntung akibat kejadian ini tidak ada korban jiwa. Hanya saja, akses sempat terganggu. “Hujan deras jadi erosi, makanya amblas. Pondasi tanah berpasir. Bukan cadas. Pagi ini kami gotong royong biar warga, anak sekolah bisa lewat. Untuk sementara sudah bisa dilalui,” ujar dia di lokasi.

Menurut dia, kejadian amblasnya jembatan tersebut bukan pertama kali. Sebelumnya juga sudah pernah amblas. Bahkan, kejadian sebelumnya juga membuat hancur satu unit rumah warga yang longsor ke sungai.

Sekretaris Kecamatan Sei Bingai, Trio P Sembiring menambahkan, pihaknya sudah koordinasi ke PU dan BNPB denga harapan jembatan dapat kembali terbangun. Karenanya, dia kembali berharap anggaran dan waktu pengerjaan jembatan itu segera dibahas. “Langsung kita koordinasi ke kepala desa, ke kecamatan. Kami pun lapor ke tingkat II. Sifatnya ini sementara dulu,” tandasnya. (fac/ted)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/