30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Des, Polmed Benahi Sarana Belajar MDA Raudhatul Jannah

BELAJAR: Murid MDA Raudhatul Jannah Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Langkat, belajar dengan tenang dan nyaman setelah mendapat bantuan penyediaan sarana belajar oleh Polmed. 
Istimewa/sumu tpos
BELAJAR: Murid MDA Raudhatul Jannah Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Langkat, belajar dengan tenang dan nyaman setelah mendapat bantuan penyediaan sarana belajar oleh Polmed. Istimewa/sumu tpos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Sarana belajar menjadi bagian penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di desa. Sebab, masih banyak lembaga pendidikan di desa yang belum memadai. Salah satunya, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Raudhatul Jannah yang terletak di Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat.

Madrasah ini memiliki sarana belajar yang minim. Padahal, muridnya cukup banyak jumlahnya yang mencapai ratusan dan bahkan sangat dibutuhkan keberadaannya di desa tersebut.

Untuk itulah, Politeknik Negeri Medan (Polmed) melalui beberapa dosennya membantu penyediaan sarana belajar madrasah tersebut, baru-baru ini.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam mewujudkan fungsi tridharma perguruan tinggi.

Amrizal ST MT selaku ketua tim pengabdian mengatakan, pendidikan merupakan satu hal penting dalam mendidik dan meningkatkan kemampuan anak bangsa. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia dengan menambah sekolah, dan memberi izin kepada masyarakat untuk membuka sekolah-sekolah baru.

Namun, pemerintah belum mampu menjangkau seluruh daerah di Indonesia untuk terus mengembangkan pendidikan.

Karenanya, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi membuka dan mengelola sekolah guna terus mendidik anak bangsa.

“Program pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan wajib bagi dosen, pada program ini kebetulan MDA Raudhatul Jannah yang menjadi sasaran. Setelah melakukan survei dan wawancara pengelola madrasah, Ibu Jumiati, maka permasalahan yang dihadapi adalah meja, kursi yang bolong dan goyang serta jumlah yang tidak cukup.

Murid sering berbagi tempat duduk sehingga belajar tidak nyaman. Jumlah murid yang mencapai 110 orang dibagi dua kelas yang hanya disekat dengan papan tulis yang juga rusak dan bolong,” ungkap Amrizal didampingi anggota tim M Ari Subhan Harahap ST MT dan Amran Harun SE Ak MSi, kemarin.

Selain itu, sambung Amrizal, madrasah ini membutuhkan ruangan atau tempat lain untuk anak-anak belajar latihan azan, hafalan surat pendek, marhaban dan bermain. “Solusi yang ditawarkan adalah pembangunan lantai bercor untuk tambahan ruangan latihan anak-anak, karena anak-anak sering mengikuti perlombaan hingga menang. Kemudian, pemberian meja dan kursi serta papan tulis sehingga belajar menjadi lebih nyaman dan semangat,” sebutnya.

Tak hanya itu, lanjut Amrizal, turut dilakukan pelatihan pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan Sarana dan Prasarana Madrasah. Dengan begitu, di masa yang akan datang pihak madrasah dapat membuat Propsal Pembangunan Sarana dan Prasarana serta RAB-nya lebih baik lagi.

Menurut dia, dipilihnya MDA Raudhatul Jannah karena pengelola madrasah tersebut sangat peduli terhadap pendidikan dasar anak-anak di desa Mekar Sawit. Madrasah ini mulai dirintis sejak tahun 1995 karena merasa prihatin melihat anak-anak setelah pulang sekolah umum hanya bermain-main.

“Ketika diajak salat, anak itu bingung dan selanjutnya disuruh mengaji anak tersebut tidak paham. Artinya, hampir semua anak tidak paham mengaji dan tidak shalat. Melihat kondisi ini, pengelola madrasah sangat sedih dan prihatin hingga akhirnya berdiskusi dengan para orang tua mereka untuk mengajari shalat dan mengaji. Semua orang tua setuju karena desa tersebut 90 persen beragama Islam,” jabar Amrizal.

Ketika memulai mengajar anak-anak mengaji diakhir tahun 1995, tambah dia, pengelola madrasah menggunakan halaman rumahnya sendiri. Karena anak-anak bertambah banyak, maka ada rumah orang tua yang bersedia dipakai teras dan halamannya lantaran lebih luas.

Untuk beberapa tahun anak-anak belajar diteras dan halaman. Pada tahun 2000 anak-anak pindah belajar dan numpang di masjid, bahkan pernah numpang di SD Negeri. Namun di masjid juga kurang efektif karena masih seadanya dan ketika shalat anak-anak masih belajar menyebabkan keributan.

Masjid tidak efektif sebagai tempat belajar selain menyebabkan keributan juga menjadi kotor dan semrawut. Akhirnya ada warga yang prihatin dan bersedekah untuk memberikan tanahnya digunakan sebagai tempat belajar. Selanjutnya, atas inisiatif para orangtua murid dan masyarakat dikumpulkan dana, dan didirikanlah bangunan dengan ruangan terbuka tanpa dinding tetapi terlindung dari panas matahari

“Akhirnya mulai tahun 2012, anak-anak pindah dari mesjid dan sudah dapat belajar di tempat sendiri. Kondisi ruang belajar sudah berlantai semen, sudah beratap seng namun tidak berdinding. Ruangan tersebut menjadi ruang terbuka, dan agar belajar lebih nyaman pengelola menutupinya dengan kain agar perhatian anak-anak tidak keluar. Akan tetapi, sarana belajar kurang memadai,” imbuhnya. (ris/han)

BELAJAR: Murid MDA Raudhatul Jannah Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Langkat, belajar dengan tenang dan nyaman setelah mendapat bantuan penyediaan sarana belajar oleh Polmed. 
Istimewa/sumu tpos
BELAJAR: Murid MDA Raudhatul Jannah Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Langkat, belajar dengan tenang dan nyaman setelah mendapat bantuan penyediaan sarana belajar oleh Polmed. Istimewa/sumu tpos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Sarana belajar menjadi bagian penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di desa. Sebab, masih banyak lembaga pendidikan di desa yang belum memadai. Salah satunya, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Raudhatul Jannah yang terletak di Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat.

Madrasah ini memiliki sarana belajar yang minim. Padahal, muridnya cukup banyak jumlahnya yang mencapai ratusan dan bahkan sangat dibutuhkan keberadaannya di desa tersebut.

Untuk itulah, Politeknik Negeri Medan (Polmed) melalui beberapa dosennya membantu penyediaan sarana belajar madrasah tersebut, baru-baru ini.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam mewujudkan fungsi tridharma perguruan tinggi.

Amrizal ST MT selaku ketua tim pengabdian mengatakan, pendidikan merupakan satu hal penting dalam mendidik dan meningkatkan kemampuan anak bangsa. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia dengan menambah sekolah, dan memberi izin kepada masyarakat untuk membuka sekolah-sekolah baru.

Namun, pemerintah belum mampu menjangkau seluruh daerah di Indonesia untuk terus mengembangkan pendidikan.

Karenanya, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi membuka dan mengelola sekolah guna terus mendidik anak bangsa.

“Program pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan wajib bagi dosen, pada program ini kebetulan MDA Raudhatul Jannah yang menjadi sasaran. Setelah melakukan survei dan wawancara pengelola madrasah, Ibu Jumiati, maka permasalahan yang dihadapi adalah meja, kursi yang bolong dan goyang serta jumlah yang tidak cukup.

Murid sering berbagi tempat duduk sehingga belajar tidak nyaman. Jumlah murid yang mencapai 110 orang dibagi dua kelas yang hanya disekat dengan papan tulis yang juga rusak dan bolong,” ungkap Amrizal didampingi anggota tim M Ari Subhan Harahap ST MT dan Amran Harun SE Ak MSi, kemarin.

Selain itu, sambung Amrizal, madrasah ini membutuhkan ruangan atau tempat lain untuk anak-anak belajar latihan azan, hafalan surat pendek, marhaban dan bermain. “Solusi yang ditawarkan adalah pembangunan lantai bercor untuk tambahan ruangan latihan anak-anak, karena anak-anak sering mengikuti perlombaan hingga menang. Kemudian, pemberian meja dan kursi serta papan tulis sehingga belajar menjadi lebih nyaman dan semangat,” sebutnya.

Tak hanya itu, lanjut Amrizal, turut dilakukan pelatihan pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan Sarana dan Prasarana Madrasah. Dengan begitu, di masa yang akan datang pihak madrasah dapat membuat Propsal Pembangunan Sarana dan Prasarana serta RAB-nya lebih baik lagi.

Menurut dia, dipilihnya MDA Raudhatul Jannah karena pengelola madrasah tersebut sangat peduli terhadap pendidikan dasar anak-anak di desa Mekar Sawit. Madrasah ini mulai dirintis sejak tahun 1995 karena merasa prihatin melihat anak-anak setelah pulang sekolah umum hanya bermain-main.

“Ketika diajak salat, anak itu bingung dan selanjutnya disuruh mengaji anak tersebut tidak paham. Artinya, hampir semua anak tidak paham mengaji dan tidak shalat. Melihat kondisi ini, pengelola madrasah sangat sedih dan prihatin hingga akhirnya berdiskusi dengan para orang tua mereka untuk mengajari shalat dan mengaji. Semua orang tua setuju karena desa tersebut 90 persen beragama Islam,” jabar Amrizal.

Ketika memulai mengajar anak-anak mengaji diakhir tahun 1995, tambah dia, pengelola madrasah menggunakan halaman rumahnya sendiri. Karena anak-anak bertambah banyak, maka ada rumah orang tua yang bersedia dipakai teras dan halamannya lantaran lebih luas.

Untuk beberapa tahun anak-anak belajar diteras dan halaman. Pada tahun 2000 anak-anak pindah belajar dan numpang di masjid, bahkan pernah numpang di SD Negeri. Namun di masjid juga kurang efektif karena masih seadanya dan ketika shalat anak-anak masih belajar menyebabkan keributan.

Masjid tidak efektif sebagai tempat belajar selain menyebabkan keributan juga menjadi kotor dan semrawut. Akhirnya ada warga yang prihatin dan bersedekah untuk memberikan tanahnya digunakan sebagai tempat belajar. Selanjutnya, atas inisiatif para orangtua murid dan masyarakat dikumpulkan dana, dan didirikanlah bangunan dengan ruangan terbuka tanpa dinding tetapi terlindung dari panas matahari

“Akhirnya mulai tahun 2012, anak-anak pindah dari mesjid dan sudah dapat belajar di tempat sendiri. Kondisi ruang belajar sudah berlantai semen, sudah beratap seng namun tidak berdinding. Ruangan tersebut menjadi ruang terbuka, dan agar belajar lebih nyaman pengelola menutupinya dengan kain agar perhatian anak-anak tidak keluar. Akan tetapi, sarana belajar kurang memadai,” imbuhnya. (ris/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/