25 C
Medan
Monday, June 3, 2024

2 Korban Hanyut Banjir Bandang di Labura Dinyatakan Hilang

Tim Gabungan Hentikan Pencarian

HENTIKAN: Tim Gabungan memperbaiki perahu karet yang digunakan untuk mencari para korban banjir bandang di Labura. Pencarian dua korban hanyut akhirnya dihentikan.
HENTIKAN: Tim Gabungan memperbaiki perahu karet yang digunakan untuk mencari para korban banjir bandang di Labura. Pencarian dua korban hanyut akhirnya dihentikan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan masyarakat, sepakat untuk tidak memperpanjang masa pencarian korban hanyut banjir bandang di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura). Dengan begitu, dua korban yang belum ditemukan dinyatakan hilang.

“Ya (tidak diperpanjang). Kita nyatakan hilang,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Minggu (5/1).

Seperti diketahui, banjir bandang yang terjadi di Labura pada Minggu (29/12) lalu, menyebabkan satu keluarga hanyut. Bandang terjadi di Dusunn

Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX. Selama sepekan sejak bencana, tim gabungan telah mencari tiga korban hilang dalam musibah tersebut.

Pencairan dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai dan hutan di wilayah itu. Adapun satu keluarga yang dinyatakan hilang terdiri dari Ahmad Albar Sipahutar (kepala keluarga), Cahaya Nasution (istri), Reni Yana Sipahutar (anak), Irul Sipahutar (anak) dan Reja Sipahutar (anak). Sementara ketiga korban yang telah ditemukan adalah Cahaya Nasution (27), dan dua anaknya Reniana Sipahutar (8), serta Irul Sipahutar (5). Ketiganya ditemukan pada tiga lokasi berbeda dalam keadaan meninggal dunia.

Selain itu, sebanyak 36 rumah warga hanyut disapu banjir, 2 unit jembatan besar dan 4 titi di dusun rusak berat; sawah 15 hektare tertimbun lumpur, batu dan batang kayu; 4 titik daerah irigasi rusak. “Seluruh kerusakan, baik infrastruktur dan lahan pertanian sudah kami data. Pemprov tetap akan memberi perhatian terhadap korban bandang, bekerjasama dengan Pemkab Labura terutama bagaimana memulihkan kembali semangat masyarakat dan perekonomian mereka,” imbuh Riadil.

Menurutnya, sesuai surat keputusan Bupati Labura atas penanganan bandang dan status darurat bencana di Labura, terhitung sampai 5 Januari ini. Karena itu tim dan jajaran terkait sekarang ini fokus bagaimana membuka akses jalan dan membersihkan seluruh material pascabencana.

“Yang terpenting adalah bagaimana perekonomian masyarakat bisa kembali bangkit setelah diterpa bencana. Pemerintah provinsi sesuai instruksi bapak gubernur, tentu akan selalu hadir membantu masyarakat korban banjir Labura. Kami bersama pemkab setempat akan bahu membahu memulihkan rasa trauma serta memulihkan perekonomian masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang lahan pertaniannya rusak akibat bandang itu,” ungkapnya.

Gubsu Edy Rahmayadi sebelumnya menyampaikan, kondisi krisis akibat bandang di Labura sudah terlewati. Sekarang saatnya kembali menata kondisi mental dan perekonomian rakyat di Labura. Sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan secara normal dan taraf kehidupannya menjadi lebih baik lagi.

Disinggung soal indikasi penebangan hutan liar sehingga menyebabkan bandang Labura, Gubsu menyebut sudah menginstruksikan jajaran terkait untuk mencari informasi secara valid. Jika benar kondisinya seperti itu, ia tidak akan segan-segan membawanya ke ranah pidana. (prn)

Tim Gabungan Hentikan Pencarian

HENTIKAN: Tim Gabungan memperbaiki perahu karet yang digunakan untuk mencari para korban banjir bandang di Labura. Pencarian dua korban hanyut akhirnya dihentikan.
HENTIKAN: Tim Gabungan memperbaiki perahu karet yang digunakan untuk mencari para korban banjir bandang di Labura. Pencarian dua korban hanyut akhirnya dihentikan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan masyarakat, sepakat untuk tidak memperpanjang masa pencarian korban hanyut banjir bandang di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura). Dengan begitu, dua korban yang belum ditemukan dinyatakan hilang.

“Ya (tidak diperpanjang). Kita nyatakan hilang,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Minggu (5/1).

Seperti diketahui, banjir bandang yang terjadi di Labura pada Minggu (29/12) lalu, menyebabkan satu keluarga hanyut. Bandang terjadi di Dusunn

Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX. Selama sepekan sejak bencana, tim gabungan telah mencari tiga korban hilang dalam musibah tersebut.

Pencairan dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai dan hutan di wilayah itu. Adapun satu keluarga yang dinyatakan hilang terdiri dari Ahmad Albar Sipahutar (kepala keluarga), Cahaya Nasution (istri), Reni Yana Sipahutar (anak), Irul Sipahutar (anak) dan Reja Sipahutar (anak). Sementara ketiga korban yang telah ditemukan adalah Cahaya Nasution (27), dan dua anaknya Reniana Sipahutar (8), serta Irul Sipahutar (5). Ketiganya ditemukan pada tiga lokasi berbeda dalam keadaan meninggal dunia.

Selain itu, sebanyak 36 rumah warga hanyut disapu banjir, 2 unit jembatan besar dan 4 titi di dusun rusak berat; sawah 15 hektare tertimbun lumpur, batu dan batang kayu; 4 titik daerah irigasi rusak. “Seluruh kerusakan, baik infrastruktur dan lahan pertanian sudah kami data. Pemprov tetap akan memberi perhatian terhadap korban bandang, bekerjasama dengan Pemkab Labura terutama bagaimana memulihkan kembali semangat masyarakat dan perekonomian mereka,” imbuh Riadil.

Menurutnya, sesuai surat keputusan Bupati Labura atas penanganan bandang dan status darurat bencana di Labura, terhitung sampai 5 Januari ini. Karena itu tim dan jajaran terkait sekarang ini fokus bagaimana membuka akses jalan dan membersihkan seluruh material pascabencana.

“Yang terpenting adalah bagaimana perekonomian masyarakat bisa kembali bangkit setelah diterpa bencana. Pemerintah provinsi sesuai instruksi bapak gubernur, tentu akan selalu hadir membantu masyarakat korban banjir Labura. Kami bersama pemkab setempat akan bahu membahu memulihkan rasa trauma serta memulihkan perekonomian masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang lahan pertaniannya rusak akibat bandang itu,” ungkapnya.

Gubsu Edy Rahmayadi sebelumnya menyampaikan, kondisi krisis akibat bandang di Labura sudah terlewati. Sekarang saatnya kembali menata kondisi mental dan perekonomian rakyat di Labura. Sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan secara normal dan taraf kehidupannya menjadi lebih baik lagi.

Disinggung soal indikasi penebangan hutan liar sehingga menyebabkan bandang Labura, Gubsu menyebut sudah menginstruksikan jajaran terkait untuk mencari informasi secara valid. Jika benar kondisinya seperti itu, ia tidak akan segan-segan membawanya ke ranah pidana. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/