32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pasar Lesu, Toba Pulp Tingkatkan Kualitas Pulp

Foto: Sumut Pos Direktur Utama Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .
Foto: Sumut Pos
Direktur Utama Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kondisi pasar pulp (bubur kertas) yang lesu dan masih belum pulih, sementara pesaing produk serupa bertambah, disiasati PT Toba Pulp Lestari Tbk dengan terus berupaya meningkatkan kualitas produksi.

”Agar pasar tetap memilih hasil TPL, yah kualitas diutamakan,” kata Direktur Utama (Dirut) Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .

Produksi TPL tahun ini ditargetkan bisa mencapai 190 ribu hingga 200 ribu ton, dari kapasitas mesin 240 ribu ton per tahun. Sedangkan pasar terbesar pulp TPL antara lain masih Republik Rakyat Tiongkok (RRT). “Mudah-mudahan produksi juga bisa naik terus dan ekspor berjalan lancar,” katanya.

Mulia Nauli mengatakan, bahan baku pabrik berupa kayu bersumber dari hutan tanaman industri (HTI) dengan jenis tanaman pokok ekaliptus yang cepat tumbuh, serta kaya serat dan kuat.

PT TPL, kata dia, memiliki luas konsesi sekitar 188.050 hektar. Luas konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) tersebar di 12 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), yakni Simalungun, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tobasamosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Pakpak Bharat, Tapanulis Selatan, Padanglawas Utara dan Sidimpuan.

”Industri HTI dikelola berdasarkan prinsip lestari dan berkesinambungan (sustainable). Salah satu perwujudannya dalam tata ruang, perusahaan hanya merencanakan penanaman tanaman pokok seluas 75 ribu hektar atau 40% dari luas konsesi, meskin dalam izin diperkenankan hingga 70%,” kata Mulia.

Kebijakan tersebut untuk lebih memastikan bahwa ruang untuk kawasan konservasi hutan alam berfungsi lindung bisa mencapai 24,2% (45.59 hektar), sementara dalam aturan yang dipersyaratkan adalah 10%. Kebijakan ini juga bertujuan untuk memberi ruang lebih luas bagi tanaman kehidupan, salah satunya kemenyan (haminjon),.

Selain HTI, ada produksi dari perkebunan inti rakyat (PIR) dan perkebunan kayu rakyat (PKR) yakni penanaman ekaliptus di lahan masyarakat berdasarkan nota kesepahaman dengan luasan efektif 5.000 hektare.

Terkait dana CSR, kata Mulia, dalam 10 tahun, persisnya dari tahun 2003–2013, PT Toba Pulp Lestari menggelontorkan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) –sebelumnya bernama program Community Development (CD)-–, sebesar Rp 95,4 miliar.

“Dana itu disalurkan ke masyarakat meliputi bidang Perekonomian; Pendidikan; Kesehatan; dan Sosial Lingkungan,” katanya.

Toba Pulp yang kini ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional (OVN) berdasarkan Keppres 63/2004 dan sebagai Objek Vital Nasional Bidang Industri (OVNI) berdasarkan SK Menperind No 620/2012, dalam menjalankan usaha, menurut Mulia, selain mencari profit, juga memiliki tanggungjawab besar terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. (mea)

Foto: Sumut Pos Direktur Utama Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .
Foto: Sumut Pos
Direktur Utama Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kondisi pasar pulp (bubur kertas) yang lesu dan masih belum pulih, sementara pesaing produk serupa bertambah, disiasati PT Toba Pulp Lestari Tbk dengan terus berupaya meningkatkan kualitas produksi.

”Agar pasar tetap memilih hasil TPL, yah kualitas diutamakan,” kata Direktur Utama (Dirut) Toba Pulp, Mulia Nauli dalam buka bersama insan pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Medan, Jumat (3/7) .

Produksi TPL tahun ini ditargetkan bisa mencapai 190 ribu hingga 200 ribu ton, dari kapasitas mesin 240 ribu ton per tahun. Sedangkan pasar terbesar pulp TPL antara lain masih Republik Rakyat Tiongkok (RRT). “Mudah-mudahan produksi juga bisa naik terus dan ekspor berjalan lancar,” katanya.

Mulia Nauli mengatakan, bahan baku pabrik berupa kayu bersumber dari hutan tanaman industri (HTI) dengan jenis tanaman pokok ekaliptus yang cepat tumbuh, serta kaya serat dan kuat.

PT TPL, kata dia, memiliki luas konsesi sekitar 188.050 hektar. Luas konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) tersebar di 12 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), yakni Simalungun, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tobasamosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Pakpak Bharat, Tapanulis Selatan, Padanglawas Utara dan Sidimpuan.

”Industri HTI dikelola berdasarkan prinsip lestari dan berkesinambungan (sustainable). Salah satu perwujudannya dalam tata ruang, perusahaan hanya merencanakan penanaman tanaman pokok seluas 75 ribu hektar atau 40% dari luas konsesi, meskin dalam izin diperkenankan hingga 70%,” kata Mulia.

Kebijakan tersebut untuk lebih memastikan bahwa ruang untuk kawasan konservasi hutan alam berfungsi lindung bisa mencapai 24,2% (45.59 hektar), sementara dalam aturan yang dipersyaratkan adalah 10%. Kebijakan ini juga bertujuan untuk memberi ruang lebih luas bagi tanaman kehidupan, salah satunya kemenyan (haminjon),.

Selain HTI, ada produksi dari perkebunan inti rakyat (PIR) dan perkebunan kayu rakyat (PKR) yakni penanaman ekaliptus di lahan masyarakat berdasarkan nota kesepahaman dengan luasan efektif 5.000 hektare.

Terkait dana CSR, kata Mulia, dalam 10 tahun, persisnya dari tahun 2003–2013, PT Toba Pulp Lestari menggelontorkan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) –sebelumnya bernama program Community Development (CD)-–, sebesar Rp 95,4 miliar.

“Dana itu disalurkan ke masyarakat meliputi bidang Perekonomian; Pendidikan; Kesehatan; dan Sosial Lingkungan,” katanya.

Toba Pulp yang kini ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional (OVN) berdasarkan Keppres 63/2004 dan sebagai Objek Vital Nasional Bidang Industri (OVNI) berdasarkan SK Menperind No 620/2012, dalam menjalankan usaha, menurut Mulia, selain mencari profit, juga memiliki tanggungjawab besar terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/