30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

TKI asal Siantar dan Bayinya Tewas di Malaysia

fOTO: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN Suasana rumah duka saat jenazah Nelly Damanik tiba di Siantar, diwarnai isak tangis sanak keluarga, Rabu (5/8).
fOTO: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN
Suasana rumah duka saat jenazah Nelly Damanik tiba di Siantar, diwarnai isak tangis sanak keluarga, Rabu (5/8).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Tangis histeris keluarga tak terbendung saat jenazah Nelly boru Damanik tiba di rumah duka, Jalan Parapat, Kelurahan Naga Huta Timur, Siantar Marimbun, Rabu (4/8) pukul 16.15 WIB. Nelly adalah TKI di Malaysia yang meninggal pada 1 Agustus kemarin pada saat bersalin.

Kedatangan jenazah korban juga mengundang perhatian seluruh warga sehingga tampak di lokasi rumah duka cukup ramai. Kedua orangtua korban S Damanik dan S boru Simanjuntak tak henti-hentinya menangis setelah jenazah dimasukkan ke dalam rumah. Bukan hanya korban, bayinya yang juga dinyatakan meninggal dimasukkan satu peti bersama korban yang diberangkatkan dari Penang, Malaysia, Rabu (4/8) pagi.

Nelly bekerja di salah satu perusahaan di Malaysia sejak April 2014 lalu. Namun kabar mengejutkan didapat keluarga bahwa anak kedua dari empat bersaudara ini meninggal pada saat bersalin. Salah satu staf dari perusahaan tempat di mana korban bekerja turut datang ke Siantar mengantar jenazah korban. Di hadapan keluarga korban, Simorangkir menerangkan bagaimana kronologis kondisi korban bekerja di Malasia.

Dijelaskan, bahwasanya korban diberangkatkan ke Malaysia pada April 2014 dan bekerja di salah satu perusahaan. Seiring berjalannya waktu, pada Januari 2015 pihak perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh karyawan. “Memang begitulah aturan di sana, setiap tahun selalu diperiksa kesehatannya,” ujar Simorangkir.

Namun dalam pemeriksaan itu, korban dinyatakan telah berbadan dua. Karena masih lajang dan sesuai aturan perusahaan maka korban harus dikembalikan orangtuanya di Indonesia.

Pada bulan Maret, pihak perusahaan mengurus seluruh berkas-berkas untuk pemulangannya ke Indonesia. Seperti mengurus ke imgrasi dan tiket pesawatnya sudah dipesan. Namun saat mau berangkat, korban keluar dari mess dan tidak diketahui lagi keberadaannya. Pihak perusahaan melakukan pencarian tapi tidak ketemu bahkan sudah dilapor ke polisi.

Karena korban tidak berhasil ditemukan, tiket kepulangan korban terpaksa dibatalkan dan pihak perusahaan menganggap kalau korban sudah keluar dari perusahaan atau dengan kata lain, tidak ada lagi hubungan pihak perusahaan dengan korban dan hal itu sudah dilapor ke polisi.

“Tapi, pada Senin (3/8) lalu, kami dapat kabar bahwa korban telah meninggal pada saat bersalin. Lantas kami melacak keberadaannya. Tapi tak juga ketemu,” ujar Simorangkir.

Ia mengatakan, menurut informasi yang mereka dapat, bahwa saat korban mau melahirkan, ia sedang bersama teman prianya. Namun karena sudah meninggal, teman prianya itu pergi bersembunyi karena pihak kepolisian datang. Teman prianya yang juga seorang pendatang bersembunyi karena tidak memiliki dokumen resmi di Malaysia.

“Jadi polisi itulah yang mengatar korban ke rumah sakit. Setelah kami cari, barulah kami dapat rumah sakit tempat korban dibawa,” terangnya. “Walaupun sudah 6 bulan tidak bekerja, tapi karena paspornya masih di perusahaan, maka pihak perusahaanlah yang mengurus kepulangannya. Tapi pihak perusahaan tidak bisa lagi mengeluarkan asuransi kematiannya karena sebelumnya perusahaan sudah menganggap kalau korban tidak bekerja lagi perusahaan,” terangnya lagi.

“Jadi uang dikirim pihak keluarga kemarin adalah biaya pengurusan pemulangan dari Malaysia ke Indonesia. Dan ini ada sedikit bantuan dari kami perusahaan kepada pihak keluarga. Semoga pihak keluarga dapat tabah,” ujar Simorangkir sembari menyerahkan berkas korban dan santunan perusahaan. Setelah memberikan penjelasan kronologis tersebut, salah satu utusan keluarga mengucapkan terima kasih kepada pihak perusahaan yang telah membantu kepulangan jenazah keluarga mereka ke rumah duka.

sebelumnya, ibu korban, S boruSimanjuntak mengaku, sehari sebelum meninggal, ia masih mendapat telepon dari korban. Dalam perbincangan ditelepon itu, korban mengaku kesakitan di bagian perutnya. Karena orangtua sudah mengetahui putrinya itu hamil tua, maka S boru Simanjuntak mengatakan kepada putrinya supaya terus berdoa dan bersabar.

Namun keseokan harinya, Sabtu (1/8) sekira pukul 10.00 WIB, S boru Simanjuntak dapat kabar kalau putrinya telah tiada pada saat bersalin. Ketika polisi membawa ke rumah sakit maka dilakukan operasi untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan korban. Akan tetapi, setelah dioperasi, anak tersebut dinyatakan sudah meninggal. (pra/deo)

fOTO: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN Suasana rumah duka saat jenazah Nelly Damanik tiba di Siantar, diwarnai isak tangis sanak keluarga, Rabu (5/8).
fOTO: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN
Suasana rumah duka saat jenazah Nelly Damanik tiba di Siantar, diwarnai isak tangis sanak keluarga, Rabu (5/8).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Tangis histeris keluarga tak terbendung saat jenazah Nelly boru Damanik tiba di rumah duka, Jalan Parapat, Kelurahan Naga Huta Timur, Siantar Marimbun, Rabu (4/8) pukul 16.15 WIB. Nelly adalah TKI di Malaysia yang meninggal pada 1 Agustus kemarin pada saat bersalin.

Kedatangan jenazah korban juga mengundang perhatian seluruh warga sehingga tampak di lokasi rumah duka cukup ramai. Kedua orangtua korban S Damanik dan S boru Simanjuntak tak henti-hentinya menangis setelah jenazah dimasukkan ke dalam rumah. Bukan hanya korban, bayinya yang juga dinyatakan meninggal dimasukkan satu peti bersama korban yang diberangkatkan dari Penang, Malaysia, Rabu (4/8) pagi.

Nelly bekerja di salah satu perusahaan di Malaysia sejak April 2014 lalu. Namun kabar mengejutkan didapat keluarga bahwa anak kedua dari empat bersaudara ini meninggal pada saat bersalin. Salah satu staf dari perusahaan tempat di mana korban bekerja turut datang ke Siantar mengantar jenazah korban. Di hadapan keluarga korban, Simorangkir menerangkan bagaimana kronologis kondisi korban bekerja di Malasia.

Dijelaskan, bahwasanya korban diberangkatkan ke Malaysia pada April 2014 dan bekerja di salah satu perusahaan. Seiring berjalannya waktu, pada Januari 2015 pihak perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh karyawan. “Memang begitulah aturan di sana, setiap tahun selalu diperiksa kesehatannya,” ujar Simorangkir.

Namun dalam pemeriksaan itu, korban dinyatakan telah berbadan dua. Karena masih lajang dan sesuai aturan perusahaan maka korban harus dikembalikan orangtuanya di Indonesia.

Pada bulan Maret, pihak perusahaan mengurus seluruh berkas-berkas untuk pemulangannya ke Indonesia. Seperti mengurus ke imgrasi dan tiket pesawatnya sudah dipesan. Namun saat mau berangkat, korban keluar dari mess dan tidak diketahui lagi keberadaannya. Pihak perusahaan melakukan pencarian tapi tidak ketemu bahkan sudah dilapor ke polisi.

Karena korban tidak berhasil ditemukan, tiket kepulangan korban terpaksa dibatalkan dan pihak perusahaan menganggap kalau korban sudah keluar dari perusahaan atau dengan kata lain, tidak ada lagi hubungan pihak perusahaan dengan korban dan hal itu sudah dilapor ke polisi.

“Tapi, pada Senin (3/8) lalu, kami dapat kabar bahwa korban telah meninggal pada saat bersalin. Lantas kami melacak keberadaannya. Tapi tak juga ketemu,” ujar Simorangkir.

Ia mengatakan, menurut informasi yang mereka dapat, bahwa saat korban mau melahirkan, ia sedang bersama teman prianya. Namun karena sudah meninggal, teman prianya itu pergi bersembunyi karena pihak kepolisian datang. Teman prianya yang juga seorang pendatang bersembunyi karena tidak memiliki dokumen resmi di Malaysia.

“Jadi polisi itulah yang mengatar korban ke rumah sakit. Setelah kami cari, barulah kami dapat rumah sakit tempat korban dibawa,” terangnya. “Walaupun sudah 6 bulan tidak bekerja, tapi karena paspornya masih di perusahaan, maka pihak perusahaanlah yang mengurus kepulangannya. Tapi pihak perusahaan tidak bisa lagi mengeluarkan asuransi kematiannya karena sebelumnya perusahaan sudah menganggap kalau korban tidak bekerja lagi perusahaan,” terangnya lagi.

“Jadi uang dikirim pihak keluarga kemarin adalah biaya pengurusan pemulangan dari Malaysia ke Indonesia. Dan ini ada sedikit bantuan dari kami perusahaan kepada pihak keluarga. Semoga pihak keluarga dapat tabah,” ujar Simorangkir sembari menyerahkan berkas korban dan santunan perusahaan. Setelah memberikan penjelasan kronologis tersebut, salah satu utusan keluarga mengucapkan terima kasih kepada pihak perusahaan yang telah membantu kepulangan jenazah keluarga mereka ke rumah duka.

sebelumnya, ibu korban, S boruSimanjuntak mengaku, sehari sebelum meninggal, ia masih mendapat telepon dari korban. Dalam perbincangan ditelepon itu, korban mengaku kesakitan di bagian perutnya. Karena orangtua sudah mengetahui putrinya itu hamil tua, maka S boru Simanjuntak mengatakan kepada putrinya supaya terus berdoa dan bersabar.

Namun keseokan harinya, Sabtu (1/8) sekira pukul 10.00 WIB, S boru Simanjuntak dapat kabar kalau putrinya telah tiada pada saat bersalin. Ketika polisi membawa ke rumah sakit maka dilakukan operasi untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan korban. Akan tetapi, setelah dioperasi, anak tersebut dinyatakan sudah meninggal. (pra/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/