26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Penganiaya Polisi Tewas Tergantung di Sel Mapolsek

Foto: Oryza Pasaribu/Metro Tabagsel
Jenazah Rifzal Riandi Siregar (25), di rumah sakit. Rifzal ditemukan tewas tergantung di ruang tahanan Mapolsek Batangtoru, Minggu (3/9) sekira pukul 21.20 wib, setelah seminggu sebelumnya ditahan karena memukul polisi.

TAPSEL, SUMUTPOS.COTahanan kasus penganiaya anggota polisi ditemukan tewas tergantung di sel Mapolsek, seminggu setelah ditangkap. Atas kejadian ini, pihak keluarga berharap dilakukan penyelidikan.

Tersangka bernasib nahas tersebut yakni Rifzal Riandi Siregar (25) warga Desa Napa, Kec. Batangtoru, Tapanuli Selatan. Dia ditemukan tewas tergantung di ruang tahanan Mapolsek Batangtoru, Minggu (3/9) sekira pukul 21.20 wib.

Pria yang baru saja dianugerahi seorang putri itu mendekam sejak Minggu malam (27/8) lalu, setelah mabuk dan berkelahi serta memukul oknum polisi bernama Fadli di Desa Napa.

“Sejak saat itulah dia ditangkap. Dia ditahan sama kawannya (oknum polisi, red) yang datang empat orang. Kami sudah mau berdamai, tapi polisi itu tidak mau,” kata Santi Mendrofa (23), istri korban yang tengah menggendong putrinya berusia tiga Minggu.

Pihak keluarga menyesalkan kejadian ini. Ditambah lagi, mereka baru dikabari sehari setelah kematian yakni Senin pagi (4/9) sekira pukul 04.00 wib. Imbasnya, pihak keluarga tidak sempat melihat TKP.

Kecurigaan keluarga atas kematian almarhum semakin menjadi-jadi. Mengingat, Minggu (3/9), istri korban, Santi Mendrofa dan anaknya yang berusia 3 minggu, Ilmi Salsabila Siregar sempat mengunjungi almarhum di sel.

Saat itu, menurut Santi, suaminya terlihat pucat dan mengaku tidak nafsu makan. Namun dari perbincangan mereka, tidak ada sama sekali tanda-tanda akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, seperti yang disampaikan polisi.

Almarhum hanya menyampaikan beberapa pesan agar dia menjaga anak semata wayang mereka. Bahkan, almarhum mengatakan agar istrinya itu menunggu dia keluar dari sel tersebut.

“Tunggu saya sampai keluar, jaga anak kita itu ya,” pesan almarhum seperti yang disampaikan Santi kepada Metro Tabagsel (grup SUMUTPOS.CO), saat ditemui di luar ruang pemulasaraan jenazah.

Almarhum juga sempat berpesan agar istrinya itu sering-sering mengunjunginya di Sel Mapolsek. “Tengok-tengok Abang kesini, katanya. Diciumnya lagi anak kami ini,” ujar Santi yang selama suamimya ditahan, dia tinggal bersama ibunya di Desa Sitaratoit, Kec. Angkola Barat.

Santi pun begitu terpukul. Apalagi dia tidak bisa membela suaminya, karena kondisinya yang baru melahirkan dan masih lemas. Dia menyerahkan sepenuhnya pengurusan kasus kematian suaminya pada abang iparnya, Rifki Syawali Siregar.

Rifki adalah anak pertama dari empat bersaudara, dan korban merupakan anak kedua dari keluarga Almarhum A Siregar dan Yenni Hanum (49). Kondisi Rifki tampak lebih tegar.

Namun sepenuhnya ia menolak klaim polisi yang menyebut korban tewas karena bunuh diri. Dia menduga ada kekerasan sebelumnya yang dialami korban sebelum meninggal dunia.

Rifki pun sangat panik. Bahkan, sesekali ia melampiaskan emosinya dengan berteriak atau memukul sesuatu di RSUD Kota Padangsidimpuan, tempat jenazah korban divisum. Apalagi kasus ini, menurutnya tidak mendapat respon baik dari pihak kepolisian saat ia beritikad agar adiknya itu diotopsi.

“Saya maunya ini diselidiki terus sampai tuntas. Adikku juga harus diotopsi,” keluhnya dan ia mengaku bingung, langkah apa dan kelengkapan apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya.

Foto: Oryza Pasaribu/Metro Tabagsel
Jenazah Rifzal Riandi Siregar (25), di rumah sakit. Rifzal ditemukan tewas tergantung di ruang tahanan Mapolsek Batangtoru, Minggu (3/9) sekira pukul 21.20 wib, setelah seminggu sebelumnya ditahan karena memukul polisi.

TAPSEL, SUMUTPOS.COTahanan kasus penganiaya anggota polisi ditemukan tewas tergantung di sel Mapolsek, seminggu setelah ditangkap. Atas kejadian ini, pihak keluarga berharap dilakukan penyelidikan.

Tersangka bernasib nahas tersebut yakni Rifzal Riandi Siregar (25) warga Desa Napa, Kec. Batangtoru, Tapanuli Selatan. Dia ditemukan tewas tergantung di ruang tahanan Mapolsek Batangtoru, Minggu (3/9) sekira pukul 21.20 wib.

Pria yang baru saja dianugerahi seorang putri itu mendekam sejak Minggu malam (27/8) lalu, setelah mabuk dan berkelahi serta memukul oknum polisi bernama Fadli di Desa Napa.

“Sejak saat itulah dia ditangkap. Dia ditahan sama kawannya (oknum polisi, red) yang datang empat orang. Kami sudah mau berdamai, tapi polisi itu tidak mau,” kata Santi Mendrofa (23), istri korban yang tengah menggendong putrinya berusia tiga Minggu.

Pihak keluarga menyesalkan kejadian ini. Ditambah lagi, mereka baru dikabari sehari setelah kematian yakni Senin pagi (4/9) sekira pukul 04.00 wib. Imbasnya, pihak keluarga tidak sempat melihat TKP.

Kecurigaan keluarga atas kematian almarhum semakin menjadi-jadi. Mengingat, Minggu (3/9), istri korban, Santi Mendrofa dan anaknya yang berusia 3 minggu, Ilmi Salsabila Siregar sempat mengunjungi almarhum di sel.

Saat itu, menurut Santi, suaminya terlihat pucat dan mengaku tidak nafsu makan. Namun dari perbincangan mereka, tidak ada sama sekali tanda-tanda akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, seperti yang disampaikan polisi.

Almarhum hanya menyampaikan beberapa pesan agar dia menjaga anak semata wayang mereka. Bahkan, almarhum mengatakan agar istrinya itu menunggu dia keluar dari sel tersebut.

“Tunggu saya sampai keluar, jaga anak kita itu ya,” pesan almarhum seperti yang disampaikan Santi kepada Metro Tabagsel (grup SUMUTPOS.CO), saat ditemui di luar ruang pemulasaraan jenazah.

Almarhum juga sempat berpesan agar istrinya itu sering-sering mengunjunginya di Sel Mapolsek. “Tengok-tengok Abang kesini, katanya. Diciumnya lagi anak kami ini,” ujar Santi yang selama suamimya ditahan, dia tinggal bersama ibunya di Desa Sitaratoit, Kec. Angkola Barat.

Santi pun begitu terpukul. Apalagi dia tidak bisa membela suaminya, karena kondisinya yang baru melahirkan dan masih lemas. Dia menyerahkan sepenuhnya pengurusan kasus kematian suaminya pada abang iparnya, Rifki Syawali Siregar.

Rifki adalah anak pertama dari empat bersaudara, dan korban merupakan anak kedua dari keluarga Almarhum A Siregar dan Yenni Hanum (49). Kondisi Rifki tampak lebih tegar.

Namun sepenuhnya ia menolak klaim polisi yang menyebut korban tewas karena bunuh diri. Dia menduga ada kekerasan sebelumnya yang dialami korban sebelum meninggal dunia.

Rifki pun sangat panik. Bahkan, sesekali ia melampiaskan emosinya dengan berteriak atau memukul sesuatu di RSUD Kota Padangsidimpuan, tempat jenazah korban divisum. Apalagi kasus ini, menurutnya tidak mendapat respon baik dari pihak kepolisian saat ia beritikad agar adiknya itu diotopsi.

“Saya maunya ini diselidiki terus sampai tuntas. Adikku juga harus diotopsi,” keluhnya dan ia mengaku bingung, langkah apa dan kelengkapan apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/