LANGKAT, SUMUTPOS.CO- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, menyayangkan belum adanya respon Dinas Kehutanan (Dishut) khususnya KPH I Wilayah I Stabat, terkait adanya excavator yang terang-terangan memasuki kawasan hutan mangrove. Pasalnya, sampai sekarang belum ada tindakan yang massif dari Dishut.
Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Sumut, Khairul Bukhari sudah turun ke lokasi untuk mengambil titik koordinat di sana, dan melihat kawasan hutan di bibir pantai Desa Kwala Serapu, Kecamatan Tanjungpura, Kabupaten Langkat, yang sangat memprihatinkan. Dengan situasi saat ini, curah hujan dan pasang air laut yang cukup tinggi di wilayah pesisir Pantai Timur, sewaktu-waktu air pasang bisa menggenangi rumah-rumah warga
“Kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Warga di sana juga sudah tidak tidur nyenyak, apalagi adanya excavator yang masuk ke kawasan hutan, melakukan pembukaan lahan di bibir pantai. Ini sudah sangat tidak masuk di akal, jika Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tidak mengambil tindakan, apakah ini ada apa-apa nya?” kata Khairul Bukhari lewat siaran persnya yang diterima Sumut Pos, Selasa (6/12/2022).
Dikatakannya, jika kawasan hutan Mangrove habis ditebang dan beralih fungsi menjadi kebun sawit, maka akan hilang Blue Carbon yang dapat menyerap CO2 (Oksigen), yang mengakibatkan suhu bumi akan semakin panas (pemanasan global). “Apalagi ini di areal bibir pantai, tanaman mangrove habis ditebangi sudah sangat jelas, Desa Kwuala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura bisa tinggal nama, jika Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tidak mengambil tindakan, seperti tapak kuda lama,” pungkasnya. (rel)