32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Jangan Tinggalkan Aku….

Kalimat Terakhir Landong, Penambang Emas yang Tewas Tertimbun

“Jangan tinggalkan aku,” pinta Henra Lubis alias Landong, penambang emas sesaat sebelum tewas tertimbun longsor, kepada Ripai, temannya sesama penambang. Saat itu, badan Landong sudah tertimbun dan kepalanya bersimbah darah.

Kisah pilu ini hangat diperbincangkan warga di sekitar kaki Gunung Sarahan, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Rabu (6/2). Menurut warga yang masing-masing enggan menyebutkan namanya, menyebutkan, mayat Landong berhasil dikeluarkan dari lobang tambang emas oleh Ripai, warga Pasir Panggorean, Riau.

KORBAN LONGSOR: Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti saat berada  lokasi longsor.//Ridwan Lubis/Metro Tabagsel/smg
KORBAN LONGSOR: Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti saat berada di lokasi longsor.//Ridwan Lubis/Metro Tabagsel/smg

Malam itu, Ripai bersama Landong dan penambang lainnya yang tidak saling kenal berebut masuk ke dalam lobang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba pahat atau alat pemecah bijih emas yang dipegangnya diminta pemiliknya.

Selanjutnya, karena tak memiliki alat pahat, Ripai kembali naik ke atas untuk mencari pahat yang bisa dipakai. Saat Ripai bergerak keluar, Landong sedang bekerja di dekat mulut lobang tambang emas itu “Menurut si Ripai, saat lobang longsor ada puluhan orang terjebak di dalam.

Sebab, mereka bekerja di lobang yang gelap sehingga sulit menyelamatkan diri. Sedangkan siang di dalam sudah gelap apalagi malam. Namun, ada juga yang selamat,” jelas warga.

Warga menambahkan, kalimat jangan tinggalkan aku disampaikan Landong saat badannya sudah tertimbun dan kepalanya bersimbah darah. Mendengar kalimat itu, Ripai berupaya keras menyelamatkan Landong. Ia menarik Landong hingga ke atas. Namun, apa mau dikata, begitu sampai di atas Landong sudah tidak bernyawa lagi,” ujar warga.

Sementara itu, Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti (33), salah seorang penambang yang masih tertimbun di dalam lobang, mengaku, biasanya sang suami berangkat menambang tiap Kamis malam lalu pulang hari Senin.

Namun, pada Senin (4/2) yang nahas itu, Zulhannan, yang tercatat sebagai warga Banjar Sibaguri, Kelurahan Panyabungan III, Kecamatan Panyabungan itu, diajak salah seorang temannya yang biasa berangkat ke lobang tambang di Hutabargot.

“Biasanya dia berangkat setiap Kamis malam, pulang hari Minggu atau Senin. Tetapi semalam itu, dia pamit katanya mau naik lagi karena ada lobang yang bagus hasilnya. Saya iyakan saja. Dia pamitan dari rumah, tidak ada hal apapun yang terjadi,” sebut istri kedua Zulhannan yang mengaku baru berumah tangga dengan suaminya selama 3 bulan 6 hari itu.

Yusnidar didampingi mertuanya, Sulaiman, dan anak semata wayang Zulhannan, Muhammad Yunus (12), menambahkan, suaminya berangkat dari rumah bersama temannya yang belum diketahui identitasnya, pada Senin sore sekira pukul 16.00 WIB.

Zulhannan berangkat dengan membawa bekal seadanya, seperti senter dan pakaian ganti. Namun, Selasa pagi sekira pukul 08.00 WIB, dia mendapat informasi bahwa lobang tambang di lokasi Gunung Sarahan longsor.

“Mendapat informasi itu kami panik dan mencoba mencari tahu kabar suamiku. Ada tetangga yang bilang suamiku ikut tertimbun longsor. Suamiku memang tidak pulang, lalu kami menyusul. Orang bilang suamiku masih tertimbun dalam lobang,” ucapnya seraya menangis.

Ayah korban, Sulaiman, mengaku, terakhir kali melihat anak ketiga dari lima bersaudara itu pada Jumat pekan lalu. Ketika itu korban mengunjunginya di Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat.

“Terakhir kami bertemu pada hari Jumat lalu. Dia datang ke rumah menanyakan kabar saya. Kami juga sangat terpukul kenapa nasib seperti ini menimpa kami,” kata Sulaiman. (wan/ral/smg)

Kalimat Terakhir Landong, Penambang Emas yang Tewas Tertimbun

“Jangan tinggalkan aku,” pinta Henra Lubis alias Landong, penambang emas sesaat sebelum tewas tertimbun longsor, kepada Ripai, temannya sesama penambang. Saat itu, badan Landong sudah tertimbun dan kepalanya bersimbah darah.

Kisah pilu ini hangat diperbincangkan warga di sekitar kaki Gunung Sarahan, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Rabu (6/2). Menurut warga yang masing-masing enggan menyebutkan namanya, menyebutkan, mayat Landong berhasil dikeluarkan dari lobang tambang emas oleh Ripai, warga Pasir Panggorean, Riau.

KORBAN LONGSOR: Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti saat berada  lokasi longsor.//Ridwan Lubis/Metro Tabagsel/smg
KORBAN LONGSOR: Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti saat berada di lokasi longsor.//Ridwan Lubis/Metro Tabagsel/smg

Malam itu, Ripai bersama Landong dan penambang lainnya yang tidak saling kenal berebut masuk ke dalam lobang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba pahat atau alat pemecah bijih emas yang dipegangnya diminta pemiliknya.

Selanjutnya, karena tak memiliki alat pahat, Ripai kembali naik ke atas untuk mencari pahat yang bisa dipakai. Saat Ripai bergerak keluar, Landong sedang bekerja di dekat mulut lobang tambang emas itu “Menurut si Ripai, saat lobang longsor ada puluhan orang terjebak di dalam.

Sebab, mereka bekerja di lobang yang gelap sehingga sulit menyelamatkan diri. Sedangkan siang di dalam sudah gelap apalagi malam. Namun, ada juga yang selamat,” jelas warga.

Warga menambahkan, kalimat jangan tinggalkan aku disampaikan Landong saat badannya sudah tertimbun dan kepalanya bersimbah darah. Mendengar kalimat itu, Ripai berupaya keras menyelamatkan Landong. Ia menarik Landong hingga ke atas. Namun, apa mau dikata, begitu sampai di atas Landong sudah tidak bernyawa lagi,” ujar warga.

Sementara itu, Yusnidar Lubis (20), istri Zulhannan Rangkuti (33), salah seorang penambang yang masih tertimbun di dalam lobang, mengaku, biasanya sang suami berangkat menambang tiap Kamis malam lalu pulang hari Senin.

Namun, pada Senin (4/2) yang nahas itu, Zulhannan, yang tercatat sebagai warga Banjar Sibaguri, Kelurahan Panyabungan III, Kecamatan Panyabungan itu, diajak salah seorang temannya yang biasa berangkat ke lobang tambang di Hutabargot.

“Biasanya dia berangkat setiap Kamis malam, pulang hari Minggu atau Senin. Tetapi semalam itu, dia pamit katanya mau naik lagi karena ada lobang yang bagus hasilnya. Saya iyakan saja. Dia pamitan dari rumah, tidak ada hal apapun yang terjadi,” sebut istri kedua Zulhannan yang mengaku baru berumah tangga dengan suaminya selama 3 bulan 6 hari itu.

Yusnidar didampingi mertuanya, Sulaiman, dan anak semata wayang Zulhannan, Muhammad Yunus (12), menambahkan, suaminya berangkat dari rumah bersama temannya yang belum diketahui identitasnya, pada Senin sore sekira pukul 16.00 WIB.

Zulhannan berangkat dengan membawa bekal seadanya, seperti senter dan pakaian ganti. Namun, Selasa pagi sekira pukul 08.00 WIB, dia mendapat informasi bahwa lobang tambang di lokasi Gunung Sarahan longsor.

“Mendapat informasi itu kami panik dan mencoba mencari tahu kabar suamiku. Ada tetangga yang bilang suamiku ikut tertimbun longsor. Suamiku memang tidak pulang, lalu kami menyusul. Orang bilang suamiku masih tertimbun dalam lobang,” ucapnya seraya menangis.

Ayah korban, Sulaiman, mengaku, terakhir kali melihat anak ketiga dari lima bersaudara itu pada Jumat pekan lalu. Ketika itu korban mengunjunginya di Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat.

“Terakhir kami bertemu pada hari Jumat lalu. Dia datang ke rumah menanyakan kabar saya. Kami juga sangat terpukul kenapa nasib seperti ini menimpa kami,” kata Sulaiman. (wan/ral/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/