SERGAI- Perkebunan karet milik PT Socfindo Tanah Besi di Desa Binjai Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang melakukan replanting (penumbangan pohon karet), juga melakukan pembakaran, berdampak akibatnya ke perkampungan warga di Desa Binjai. Hampir 50 Kepala Keluarga (KK) yang berdekatan dengan perkebunan terkena asap hasil pembakaran tunggul karet.
Penyiapan lahan dengan tekhnik tebang bakar (slash and burn) masih diberlakukan PT Socfindo Kebun Tanah Besih. Hal ini, dianggap merupakan teknik yang paling efektif dalam penyiapan lahan untuk tanaman baru.
Salah seorang warga Desa Tanah Besi, bermarga Tambunan (43) mengatakan sejak perkebunan PT Socfindo melakukan replanting dan pembakaran batang pohon karet, asap yang ditimbulkan terbawa angin mencemari daerah perkampungan. Sehingga warga tidak sedikit terserang ispa (inpeksi saluran pernafasan) seperti batuk-batuk.
“Kami berharap pihak Socfindo menghentikan pembakaran. Karena akibat pembakaran tersebut menimbul penyakit ispa. Bahkan menurut keterangan, dampak pembakaran tunggul tersebut bisa menyebabkan penyakit jamur (komes) bagi tanaman karet yang baru,” ungkap marga Tambunan kepada Sumut Pos, Rabu (6/2) kemarin.
Warga lainnya Br Purba (40), juga mengaku sangat terganggu dengan pembakaran pohon karet tersebut. Sedangkan pihak perusahaan sendiri tidak pernah peduli pada warga yang tinggal disekitar wilayah perkebunan PT Socfindo. “Selama perkebunan karet ini ada, belum pernah menyalurkan CSR kepada warga sekitar,”bilangnya.
Semetara itu dalam peristiwa itu tidak seorang pun pejabat PT Socfindo Kebun Tanah Besih, yang memberikan keterangan. ‘’Datang saja ke kantor PT Socfindo di Medan,’’ ujar Suheri seorang petugas Satpam, pada wartawan. (mag-3)
SERGAI- Perkebunan karet milik PT Socfindo Tanah Besi di Desa Binjai Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang melakukan replanting (penumbangan pohon karet), juga melakukan pembakaran, berdampak akibatnya ke perkampungan warga di Desa Binjai. Hampir 50 Kepala Keluarga (KK) yang berdekatan dengan perkebunan terkena asap hasil pembakaran tunggul karet.
Penyiapan lahan dengan tekhnik tebang bakar (slash and burn) masih diberlakukan PT Socfindo Kebun Tanah Besih. Hal ini, dianggap merupakan teknik yang paling efektif dalam penyiapan lahan untuk tanaman baru.
Salah seorang warga Desa Tanah Besi, bermarga Tambunan (43) mengatakan sejak perkebunan PT Socfindo melakukan replanting dan pembakaran batang pohon karet, asap yang ditimbulkan terbawa angin mencemari daerah perkampungan. Sehingga warga tidak sedikit terserang ispa (inpeksi saluran pernafasan) seperti batuk-batuk.
“Kami berharap pihak Socfindo menghentikan pembakaran. Karena akibat pembakaran tersebut menimbul penyakit ispa. Bahkan menurut keterangan, dampak pembakaran tunggul tersebut bisa menyebabkan penyakit jamur (komes) bagi tanaman karet yang baru,” ungkap marga Tambunan kepada Sumut Pos, Rabu (6/2) kemarin.
Warga lainnya Br Purba (40), juga mengaku sangat terganggu dengan pembakaran pohon karet tersebut. Sedangkan pihak perusahaan sendiri tidak pernah peduli pada warga yang tinggal disekitar wilayah perkebunan PT Socfindo. “Selama perkebunan karet ini ada, belum pernah menyalurkan CSR kepada warga sekitar,”bilangnya.
Semetara itu dalam peristiwa itu tidak seorang pun pejabat PT Socfindo Kebun Tanah Besih, yang memberikan keterangan. ‘’Datang saja ke kantor PT Socfindo di Medan,’’ ujar Suheri seorang petugas Satpam, pada wartawan. (mag-3)