25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Perlanja Sira Bukti Sejarah Jalan Tembus Karo-DS

SOLIDEO/SUMUT POS
DISKUSI: Bupati Karo Terkelin Brahmana diskusi bersama pelaku sejarah, tokoh budaya dan anggota DPRD Karo di Kedai Kopi Purba, Simpang Enam Kabanjahe, Rabu (6/2).

KARO, SUMUTPOS.CO – Jauhnya letak Tanah Karo dari Pantai Timur dan Selatan Sumatera Utara, menyebabkan masyarakat sangat sulit memperoleh garam. Guna mendapatkan garam yang masih jadi “barang mewah” itu, warga harus berjalan menembus hutan belantara Bukit Barisan menuju  pesisir Timur Sumatera.

Agar bisa samapi ke lokasi, butuh waktu 4 hari 4 malam. Dari pesisir itulah garam dibeli dan dibawa ke Tanah Karo dengan cara dipikul. Para pembawa garam ini yang disebut sebagai Perlanja Sira (Pemikul Garam). Pekerjaan beresiko ini mulai hilang sejak tahun 1940-an saat Belanda membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi tradisional dan modern.

Kisah perlanja sira ini merupakan cikal bakal terbentuknya jalan tembus antar kabupaten seperti Karo-Langkat dan Karo Deliserdang. Perlanja sira ini merupakan bukti sejarah bahwa warga Karo dan Deliserdang sudah menajlin hubungan erat dan saling mengunjungi sejak dahulu kala.

Hal ini terungkap saat Bupati Karo Terkelin Brahmana berbincang- bincang dengan pelaku sejarah, tokoh budaya dan anggota DPRD Karo di Kedai Kopi Purba, Simpang Enam Kabanjahe, Rabu (6/2).

Dalam diskusi itu terungkap sejarah terjadinya jalan tembus Desa Serdang, Kecamatan Barusjahe,Kabupaten Karo dengan Desa Rumah Liang, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deliserdang.

Tokoh yang bincang-bincang dengan Terkelin itu masing-masing, pelaku sejarah Selamat Ginting, Budayawan Sastra Purba dan malem Ukur Ginting, kalangan DPRD Karo Firdaus Sitepu dan pensiunan PNS Jiwa Tarigan.

Menurut salah seorang pelaku sejarah Pt Em Selamat Ginting BSc ST, awal karirnya sebagai PNS pada tahun 70-an mengatakan sejarah terbentuknya jalan tembus Serdang-Rumah liang, tidak terlepas dari cerita legenda Karo tentang Perlanja Sira dan terbentuknya garis dan benteng pertahanan pejuang Karo melawan penjajahan Belanda.

Pasca penjajahan Belanda, pastinya tahun 79 pada waktu itu Bupati Karo dijabat Tampak Sebayang dan Bupati Deliserdang Tengteng Ginting secara bersama-sama merencanakan memperbaiki jalan tembus kedua kabupaten itu.

Hal itu bertujuan mempermudah masyarakat Rumah Liang menjual hasil buminya ke Tiga Jumpa Kabupaten Karo, dan sebaliknya jika ada pesta di Rumah Liang, warga Desa Serdang tidak kesulitan mengunjungi keluarganya ke desa Rumah liang.

“Realisasi peningkatan jalan yang dulu akrab disebut dalan Perlanja Sira, terlaksana pada saat Bupati Karo dijabat Rukun Sembiring pada akhir 79 awal tahun 80 an melalui dana bantuan luar negeri (Amarika) yang waktu itu disebut dana CESS. Berdasarkan dana itulah peningkatan jalan terlaksana,” ungkapnya.

Begitu juga pengakuan Jiwa Tarigan pensiunan PNS, pada akhir tahun 70-an ke awal 80-an jalan menghubungkan Desa Serdang-Rumah Liang pernah dibangun jembatan untuk memperlancar jalur lintas kedua desa.

Sementara praktisi Nudaya Karo Sastra Purba mantan Camat Merek yang juga tokoh lembaga adat Karo (Lakonta) mengatakan, masih ada sejumlah saksi sejarah yang tahu mengenai bahkan ikut terlibat langsung melaksankan peningkatan jalan setapak tersebut.

Salah seorang di antaranya Matang Purba pensiunan Camat Merek dan mantan pegawai Bappeda Karo era 1979-an. “Saya selaku warga Karo, sangat mendukung Pemda Karo memperjuangkan tembusnya jalan Karo-Deliserdang ini, kami lembaga adat Karo sangat setuju jalan ini diperjuangkan, mengingat zaman dulu sudah ada silaturahmi antar kedua kabupaten ini dalam bingkai Merga Silima, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, Perkade-kaden12 tambah sada,” ungkapnya.

Begitu juga Anggota DPRD Firman Firdaus Sitepu SH, mengaku pihaknya mendukung penuh terbosan Pemkab Karo bersama anggota Komisi D DPRD Sumut memperjuangkan peningkatan jalan tembus Karo-Deliserdang ke pemerintahan pusat.

Menanggapi itu, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH berkomitmen akan memperjuangkan peningkatan jalan Karo-Deliserdang yang masuk dalam hutan konservasi itu. Berkaitan dengan jalan tembus itu, Terkelin mengaku pihaknya akan terbang ke Jakarta bersama anggota DPRD Sumut, untuk melobi pemerintah pusat, supaya usulan dan permohonan kita dapat segera terealisasi. Direncanakan lanjutan pelaksanaan peningkatan jalan yang tinggal sepanjang 2,2 Km lagi itu, dianggarkan di PAPBD Karo tahun 2019 mendatang. “Terimakasih atas masukan melalui diskusi dikedai kopi ini, semua itu adalah positif dan membawa kemajuan bagi kuta kemulihen Tanah Karo Simalem,” ujar Terkelin. (deo/han)

SOLIDEO/SUMUT POS
DISKUSI: Bupati Karo Terkelin Brahmana diskusi bersama pelaku sejarah, tokoh budaya dan anggota DPRD Karo di Kedai Kopi Purba, Simpang Enam Kabanjahe, Rabu (6/2).

KARO, SUMUTPOS.CO – Jauhnya letak Tanah Karo dari Pantai Timur dan Selatan Sumatera Utara, menyebabkan masyarakat sangat sulit memperoleh garam. Guna mendapatkan garam yang masih jadi “barang mewah” itu, warga harus berjalan menembus hutan belantara Bukit Barisan menuju  pesisir Timur Sumatera.

Agar bisa samapi ke lokasi, butuh waktu 4 hari 4 malam. Dari pesisir itulah garam dibeli dan dibawa ke Tanah Karo dengan cara dipikul. Para pembawa garam ini yang disebut sebagai Perlanja Sira (Pemikul Garam). Pekerjaan beresiko ini mulai hilang sejak tahun 1940-an saat Belanda membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi tradisional dan modern.

Kisah perlanja sira ini merupakan cikal bakal terbentuknya jalan tembus antar kabupaten seperti Karo-Langkat dan Karo Deliserdang. Perlanja sira ini merupakan bukti sejarah bahwa warga Karo dan Deliserdang sudah menajlin hubungan erat dan saling mengunjungi sejak dahulu kala.

Hal ini terungkap saat Bupati Karo Terkelin Brahmana berbincang- bincang dengan pelaku sejarah, tokoh budaya dan anggota DPRD Karo di Kedai Kopi Purba, Simpang Enam Kabanjahe, Rabu (6/2).

Dalam diskusi itu terungkap sejarah terjadinya jalan tembus Desa Serdang, Kecamatan Barusjahe,Kabupaten Karo dengan Desa Rumah Liang, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deliserdang.

Tokoh yang bincang-bincang dengan Terkelin itu masing-masing, pelaku sejarah Selamat Ginting, Budayawan Sastra Purba dan malem Ukur Ginting, kalangan DPRD Karo Firdaus Sitepu dan pensiunan PNS Jiwa Tarigan.

Menurut salah seorang pelaku sejarah Pt Em Selamat Ginting BSc ST, awal karirnya sebagai PNS pada tahun 70-an mengatakan sejarah terbentuknya jalan tembus Serdang-Rumah liang, tidak terlepas dari cerita legenda Karo tentang Perlanja Sira dan terbentuknya garis dan benteng pertahanan pejuang Karo melawan penjajahan Belanda.

Pasca penjajahan Belanda, pastinya tahun 79 pada waktu itu Bupati Karo dijabat Tampak Sebayang dan Bupati Deliserdang Tengteng Ginting secara bersama-sama merencanakan memperbaiki jalan tembus kedua kabupaten itu.

Hal itu bertujuan mempermudah masyarakat Rumah Liang menjual hasil buminya ke Tiga Jumpa Kabupaten Karo, dan sebaliknya jika ada pesta di Rumah Liang, warga Desa Serdang tidak kesulitan mengunjungi keluarganya ke desa Rumah liang.

“Realisasi peningkatan jalan yang dulu akrab disebut dalan Perlanja Sira, terlaksana pada saat Bupati Karo dijabat Rukun Sembiring pada akhir 79 awal tahun 80 an melalui dana bantuan luar negeri (Amarika) yang waktu itu disebut dana CESS. Berdasarkan dana itulah peningkatan jalan terlaksana,” ungkapnya.

Begitu juga pengakuan Jiwa Tarigan pensiunan PNS, pada akhir tahun 70-an ke awal 80-an jalan menghubungkan Desa Serdang-Rumah Liang pernah dibangun jembatan untuk memperlancar jalur lintas kedua desa.

Sementara praktisi Nudaya Karo Sastra Purba mantan Camat Merek yang juga tokoh lembaga adat Karo (Lakonta) mengatakan, masih ada sejumlah saksi sejarah yang tahu mengenai bahkan ikut terlibat langsung melaksankan peningkatan jalan setapak tersebut.

Salah seorang di antaranya Matang Purba pensiunan Camat Merek dan mantan pegawai Bappeda Karo era 1979-an. “Saya selaku warga Karo, sangat mendukung Pemda Karo memperjuangkan tembusnya jalan Karo-Deliserdang ini, kami lembaga adat Karo sangat setuju jalan ini diperjuangkan, mengingat zaman dulu sudah ada silaturahmi antar kedua kabupaten ini dalam bingkai Merga Silima, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, Perkade-kaden12 tambah sada,” ungkapnya.

Begitu juga Anggota DPRD Firman Firdaus Sitepu SH, mengaku pihaknya mendukung penuh terbosan Pemkab Karo bersama anggota Komisi D DPRD Sumut memperjuangkan peningkatan jalan tembus Karo-Deliserdang ke pemerintahan pusat.

Menanggapi itu, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH berkomitmen akan memperjuangkan peningkatan jalan Karo-Deliserdang yang masuk dalam hutan konservasi itu. Berkaitan dengan jalan tembus itu, Terkelin mengaku pihaknya akan terbang ke Jakarta bersama anggota DPRD Sumut, untuk melobi pemerintah pusat, supaya usulan dan permohonan kita dapat segera terealisasi. Direncanakan lanjutan pelaksanaan peningkatan jalan yang tinggal sepanjang 2,2 Km lagi itu, dianggarkan di PAPBD Karo tahun 2019 mendatang. “Terimakasih atas masukan melalui diskusi dikedai kopi ini, semua itu adalah positif dan membawa kemajuan bagi kuta kemulihen Tanah Karo Simalem,” ujar Terkelin. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/