29 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Nurmala br Sitanggang Gantung Diri

 

Gantung Diri-Ilustrasi
Gantung Diri-Ilustrasi

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Siang menjelang sore kemarin, Melpa Br Sihombing (33), terkejut saat pulang belanja dari pasar. Dia melihat ibu mertuanya, Nurmala br Sitanggang (60), tewas tergantung di pintu kamar perumahan Diakones HKBP, berlantai dua, tempat mereka tinggal.

Tidak diketahui pasti alasan korban mengakhiri hidupnya. Namun dari penuturan sejumlah warga dan pihak kepolisian, korban yang merupakan mertua dari Melpa Br Sihombing yang merupakan Diakones Gereja HKBP Sibuluan, Kelurahan Sibuluan Raya, Kecamatan Pandan, menderita stroke ringan yang sering dikeluhkan.

Kapolres Tapteng AKBP Misnan melalui Kapolsek Pandan AKP Ahmad Yani didampingi Kanit Reskrim Ipda J Sinaga, membenarkan kejadian tersebut.

Dari keterangan dari Manaek Rajagukguk (25), anak kandung almarhum, yang pertama kali melihat korban tergantung adalah Melpa, istrinya.

“Menurut Manaek, yang pertama kali melihat ibunya tergantung adalah istrinya, Melpa,” terang AKP Ahmad Yani, Selasa (6/5).

Dia menjelaskan, pada Selasa (6/5) sekira pukul 11.00 WIB, pasangan suami istri Manaek dan Melpa, berangkat ke pasar dengan mengendarai sepedamotor. Saat itu, almarhum ditinggal sendiri di rumah. Sementara, anak mereka yang masih balita dititip ke rumah pengasuhnya yang tak jauh dari lokasi kejadian. Dan sebelumnya, kata Manaek kepada penyidik, tak terlihat hal yang mencurigakan dari ibunya.

“Mereka (Manaek dan Melpa) pergi belanja ke pasar sekira pukul 11.00 WIB. Anak mereka dititip kerumah ibu asuhnya. Dan saat itu, ibunya ditinggal sendiri di rumah itu,” ungkapnya.

Kemudian, sekira pukul 14.00 WIB, keduanya kembali dari pasar dengan membawa belanja. Namun, sesampainya di depan rumah, Melpa naik ke atas, hendak mengantarkan belanja. Sementara Manaek menunggu di bawah.

“Sekira pukul 14.00 WIB, mereka pulang dari pasar. Mungkin saat itu masih ada yang mau mereka jemput ke pasar. Jadi, Melpa yang naik ke lantai dua ngantar belanjaan. Sedangkan Manaek, suaminya menunggu di bawah, di atas kretanya,” bebernya.

Masih kata Ahmad Yani, saat Melpa membuka pintu rumah, ia terkejut dan langsung histeris melihat ibu mertuanya tewas tergantung di atas pintu kamar. Mendengar jeritan istrinya, Manaek naik ke atas melihat apa yang terjadi. “Mendengar teriakan istrinya, ia (Manaek) langsung lari naik ke atas melihat apa yang terjadi. Ternyata ibunya yang sudah tewas tergantung,” ucapnya.

Menurut Manaek, kata Ahmad Yani, ibunya sudah lama mengidap penyakit stroke ringan. Saat sakit ibunya kambuh, almarhum sering berguling-guling, meraung kesakitan. Sebelumnya, almarhum tinggal bersama anaknya yang paling tua di Kecamatan Muara, Taput. Karena sakit, pada Januari lalu, almarhum tinggal bersama Manaek di perumahan Diakones HKBP Sibuluan. “Karena sering sakit-sakitan, Januari lalu almarhum datang dan tinggal di rumah Manaek,” katanya.

Sebelumnya, sesuai pengakuan Manaek kepada penyidik, kalau ibunya sudah sering mengeluhkan sakit yang dideritanya. Terakhir kali sebelum kejadian atau Senin (5/5) sekira pukul 16.00 WIB, sakit almarhum kambuh lagi. Bahkan katanya, almarhum mengaku lebih memilih mati dari pada hidup menahan sakitnya. “Sudah sering almarhum mengeluh. Sampai-sampai dia sering bilang, tumagon ma au mate (lebih baik aku mati, red),” sebutnya menirukan perkataan almarhum pada Manaek.

Dia menerangkan, dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) sementara, almarhum diduga meninggal karena bunuh diri. Di tubuh almarhum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kemudian, di sekitar almarhum tergantung, ada air seni milik yang berceceran. Kemudian, sebuah kursi plastik yang digunakan untuk mengikatkan kain panjang ke atas pintu. Serta kain panjang warna coklat bercorak batik yang digunakan untuk gantung diri. Juga lidah korban yang menjulur.

“Sementara, almarhum diduga meninggal karena bunuh diri. Tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh. Ada air seni yang kita lihat berceceran di sekitar almarhum. Lalu, kursi plastik yang ada dekat almarhum ditemukan. Kemudian lidahnya kita lihat menjulur keluar,” ungkap Ahmad Yani.

Namun, kasus tersebut masih dalam pengembangan lebih lanjut. Masih ada beberapa saksi yang perlu dimintai keterangan. Dan juga masih menunggu hasil visum dari pihak rumah sakit. “Masih akan kita dalami lagi. Masih ada saksi yang mau kita periksa untuk dimintai keterangannya. Dan hasil visum rumah sakit juga masih kita tunggu,” tandasnya.

Dari keterangan R. Silalahi (52) salah satu warga sekitar, pada Selasa (6/5) sekitar pukul 12.00 WIB sepulang dari sawah, ia melihat Melpa dan Manaek sudah berada di rumahnya, untuk menjahitkan pakaian. Satu jam kemudian, keduanya berangkat dan mengaku mau belanja ke pasar. “Sekira pukul 12.00 WIB, saat aku pulang dari sawah, sudah kulihat mereka berdua di rumah kami. Ngantarkan kain inang itu (Melpa, red) yang mau saya jahit. Kemudian mereka pergi belanja ke pasar,” akunya.

Amatan New Tapanuli (grup JPNN), jasad almarhum dibawa untuk dilakukan visum ke rumah sakit Pandan. Sementara, Manaek masih dimintai keterangan di Polsek Pandan. (ts/smg/bd)

 

Gantung Diri-Ilustrasi
Gantung Diri-Ilustrasi

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Siang menjelang sore kemarin, Melpa Br Sihombing (33), terkejut saat pulang belanja dari pasar. Dia melihat ibu mertuanya, Nurmala br Sitanggang (60), tewas tergantung di pintu kamar perumahan Diakones HKBP, berlantai dua, tempat mereka tinggal.

Tidak diketahui pasti alasan korban mengakhiri hidupnya. Namun dari penuturan sejumlah warga dan pihak kepolisian, korban yang merupakan mertua dari Melpa Br Sihombing yang merupakan Diakones Gereja HKBP Sibuluan, Kelurahan Sibuluan Raya, Kecamatan Pandan, menderita stroke ringan yang sering dikeluhkan.

Kapolres Tapteng AKBP Misnan melalui Kapolsek Pandan AKP Ahmad Yani didampingi Kanit Reskrim Ipda J Sinaga, membenarkan kejadian tersebut.

Dari keterangan dari Manaek Rajagukguk (25), anak kandung almarhum, yang pertama kali melihat korban tergantung adalah Melpa, istrinya.

“Menurut Manaek, yang pertama kali melihat ibunya tergantung adalah istrinya, Melpa,” terang AKP Ahmad Yani, Selasa (6/5).

Dia menjelaskan, pada Selasa (6/5) sekira pukul 11.00 WIB, pasangan suami istri Manaek dan Melpa, berangkat ke pasar dengan mengendarai sepedamotor. Saat itu, almarhum ditinggal sendiri di rumah. Sementara, anak mereka yang masih balita dititip ke rumah pengasuhnya yang tak jauh dari lokasi kejadian. Dan sebelumnya, kata Manaek kepada penyidik, tak terlihat hal yang mencurigakan dari ibunya.

“Mereka (Manaek dan Melpa) pergi belanja ke pasar sekira pukul 11.00 WIB. Anak mereka dititip kerumah ibu asuhnya. Dan saat itu, ibunya ditinggal sendiri di rumah itu,” ungkapnya.

Kemudian, sekira pukul 14.00 WIB, keduanya kembali dari pasar dengan membawa belanja. Namun, sesampainya di depan rumah, Melpa naik ke atas, hendak mengantarkan belanja. Sementara Manaek menunggu di bawah.

“Sekira pukul 14.00 WIB, mereka pulang dari pasar. Mungkin saat itu masih ada yang mau mereka jemput ke pasar. Jadi, Melpa yang naik ke lantai dua ngantar belanjaan. Sedangkan Manaek, suaminya menunggu di bawah, di atas kretanya,” bebernya.

Masih kata Ahmad Yani, saat Melpa membuka pintu rumah, ia terkejut dan langsung histeris melihat ibu mertuanya tewas tergantung di atas pintu kamar. Mendengar jeritan istrinya, Manaek naik ke atas melihat apa yang terjadi. “Mendengar teriakan istrinya, ia (Manaek) langsung lari naik ke atas melihat apa yang terjadi. Ternyata ibunya yang sudah tewas tergantung,” ucapnya.

Menurut Manaek, kata Ahmad Yani, ibunya sudah lama mengidap penyakit stroke ringan. Saat sakit ibunya kambuh, almarhum sering berguling-guling, meraung kesakitan. Sebelumnya, almarhum tinggal bersama anaknya yang paling tua di Kecamatan Muara, Taput. Karena sakit, pada Januari lalu, almarhum tinggal bersama Manaek di perumahan Diakones HKBP Sibuluan. “Karena sering sakit-sakitan, Januari lalu almarhum datang dan tinggal di rumah Manaek,” katanya.

Sebelumnya, sesuai pengakuan Manaek kepada penyidik, kalau ibunya sudah sering mengeluhkan sakit yang dideritanya. Terakhir kali sebelum kejadian atau Senin (5/5) sekira pukul 16.00 WIB, sakit almarhum kambuh lagi. Bahkan katanya, almarhum mengaku lebih memilih mati dari pada hidup menahan sakitnya. “Sudah sering almarhum mengeluh. Sampai-sampai dia sering bilang, tumagon ma au mate (lebih baik aku mati, red),” sebutnya menirukan perkataan almarhum pada Manaek.

Dia menerangkan, dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) sementara, almarhum diduga meninggal karena bunuh diri. Di tubuh almarhum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kemudian, di sekitar almarhum tergantung, ada air seni milik yang berceceran. Kemudian, sebuah kursi plastik yang digunakan untuk mengikatkan kain panjang ke atas pintu. Serta kain panjang warna coklat bercorak batik yang digunakan untuk gantung diri. Juga lidah korban yang menjulur.

“Sementara, almarhum diduga meninggal karena bunuh diri. Tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh. Ada air seni yang kita lihat berceceran di sekitar almarhum. Lalu, kursi plastik yang ada dekat almarhum ditemukan. Kemudian lidahnya kita lihat menjulur keluar,” ungkap Ahmad Yani.

Namun, kasus tersebut masih dalam pengembangan lebih lanjut. Masih ada beberapa saksi yang perlu dimintai keterangan. Dan juga masih menunggu hasil visum dari pihak rumah sakit. “Masih akan kita dalami lagi. Masih ada saksi yang mau kita periksa untuk dimintai keterangannya. Dan hasil visum rumah sakit juga masih kita tunggu,” tandasnya.

Dari keterangan R. Silalahi (52) salah satu warga sekitar, pada Selasa (6/5) sekitar pukul 12.00 WIB sepulang dari sawah, ia melihat Melpa dan Manaek sudah berada di rumahnya, untuk menjahitkan pakaian. Satu jam kemudian, keduanya berangkat dan mengaku mau belanja ke pasar. “Sekira pukul 12.00 WIB, saat aku pulang dari sawah, sudah kulihat mereka berdua di rumah kami. Ngantarkan kain inang itu (Melpa, red) yang mau saya jahit. Kemudian mereka pergi belanja ke pasar,” akunya.

Amatan New Tapanuli (grup JPNN), jasad almarhum dibawa untuk dilakukan visum ke rumah sakit Pandan. Sementara, Manaek masih dimintai keterangan di Polsek Pandan. (ts/smg/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/