30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Penghijauan Batangtoru Gunakan Sistem Pertanian

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengerjaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara akan berdampak ekonomis bagi masyarakat dalam hal penghijauan hutan.

Terkait hal itu, Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Batangtoru tengah melakukan pendataan terhadap hutan-hutan yang dinilai rusak di kawasan Batangtoru, untuk kembali ditanami dengan tanaman bernilai ekonomis bagi masyarakat.

“Sebenarnya, punya hutan dan diberikan hutan. Bagaimana cara kita mengelolah dan pemanfaatannya. Selain untuk kehidupan masyarakat, oksigen dan sebagiannya, ada juga pemanfaatan yang lain secara ekonomis,”ucap Ketua Forum DAS Batangtoru, Andriani Siahaan kepada Sumut Pos di Medan, Selasa (6/11) siang.

Disebutkan Andirani, untuk penghijauan tersebut, pihaknya akan mengandeng masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Dengan melakukan penghijauan dengan sistem pertanian. Dengan itu, dua manfaat bisa dirasakan masyarakat. Pertama, kawasan Batangtoru kembali hijau dan masyarakat merasakan ada keuntungan yang didapatkan.

“Pasti, kami Forum DAS Batangtoru itu. Kita menggandeng paling utama butuh masyarakat dan pemerintah. Kita minta masyarakat ikut menjaga. Kita hanya mensuport mereka dan memberikan bantuan,” kata Andriani, yang juga merupakan Rektor Universitas Sisingamangaraja XII di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput).

Ia menyebutkan, Forum DAS Batangtoru mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pembangunan proyek PLTA tersebut. Sehingga pembangunan tersebut, menciptakan keseimbangan bagi lingkungan dan kelestarian hutan yang bisa dirasakan masyarakat sekitar dan tidak menimbulkan kerugian alam sendiri.

“Bagaimana kita menyimbangkannya, tapi kita mengambil manfaatnya. Tapi, kita mengawal dan mereka berjanji mengambilkan dan menyeimbangkannya. Kita Kawal terus mereka (Pembangunan PLTA Batangtoru). Saat ini ada dirambah, ada untuk buat jalan. Seperti kerusakan, tapi ada manfaat diambil, kita minta diseimbangkan semuanya,” jelas Andriani.

“Sebenarnya, maksudnya lama itu, sebenarnya itu apa. Kita menanamkan penghijau tidak harus pohon. Hijau dari perbanyak vegetatif pohon-pohon itu dicangkok dan disetek lebih pendek.

Tapi, ia bisa menghijaukan. Ada manfaatnya bagi manusia. Tidak memerlukan waktu yang lama, dengan cara itu, bisa dilakukan penghijauan. Jangan berpikir yang jauh-jauh lah,”sambungnya.

Begitu juga, Forum DAS Batang Toru juga melakukan pendataan kepada masyarakat, apa tumbuhan yang diperlukan untuk penghijauan yang memiliki keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Andriani mengatakan, akan memberikan bantuan berupa bibit sesuai dengan keinginan masyarakat.

Dengan keahlian akademik, yang tergabung dalam Forum DAS Batangtoru. Andriani menyebutkan, akan memberikan ide-ide dalam penghijauan kawasan Batangtoru kepada masyarakat. Namun, hal itu, pastinya akan mendapatkan dukungan dari masyarakat.

“Ketepatan kita tidak memiliki program kehutanan. Tapi kita punya program pertanian. Mungkin bisa masuk bisa pertanian untuk penelitian. Jadinya, penghijauan dengan memiliki nilai ekonomi. Kuncinya, mereka butuh, mereka pelihara,” sebut Andriani.

Selain itu, ia menyebutkan penghijauan dilakukan dengan melakukan penanaman Haminjon dan kapur baru. Penanaman tersebut, Forum DAS Batangtoru bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Meski dalam pendataan, penghijauan itu akan dilakukan pada tahun 2019, mendatang.

”Terutama jenis-jenis tanaman diperlukan oleh hutan dan diperlukan oleh masyarakat. Haminjon, itu adalah tanaman yang hanya ada di Tapanuli. 80 persen pasokan dunia itu, ada di Tapanuli. Kita coba kembangkan karena bisa hidup di hutan. Satu lagi, jenis tumbuhannya, kapur arus,” tandasnya. (gus/han)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengerjaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara akan berdampak ekonomis bagi masyarakat dalam hal penghijauan hutan.

Terkait hal itu, Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Batangtoru tengah melakukan pendataan terhadap hutan-hutan yang dinilai rusak di kawasan Batangtoru, untuk kembali ditanami dengan tanaman bernilai ekonomis bagi masyarakat.

“Sebenarnya, punya hutan dan diberikan hutan. Bagaimana cara kita mengelolah dan pemanfaatannya. Selain untuk kehidupan masyarakat, oksigen dan sebagiannya, ada juga pemanfaatan yang lain secara ekonomis,”ucap Ketua Forum DAS Batangtoru, Andriani Siahaan kepada Sumut Pos di Medan, Selasa (6/11) siang.

Disebutkan Andirani, untuk penghijauan tersebut, pihaknya akan mengandeng masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Dengan melakukan penghijauan dengan sistem pertanian. Dengan itu, dua manfaat bisa dirasakan masyarakat. Pertama, kawasan Batangtoru kembali hijau dan masyarakat merasakan ada keuntungan yang didapatkan.

“Pasti, kami Forum DAS Batangtoru itu. Kita menggandeng paling utama butuh masyarakat dan pemerintah. Kita minta masyarakat ikut menjaga. Kita hanya mensuport mereka dan memberikan bantuan,” kata Andriani, yang juga merupakan Rektor Universitas Sisingamangaraja XII di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput).

Ia menyebutkan, Forum DAS Batangtoru mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pembangunan proyek PLTA tersebut. Sehingga pembangunan tersebut, menciptakan keseimbangan bagi lingkungan dan kelestarian hutan yang bisa dirasakan masyarakat sekitar dan tidak menimbulkan kerugian alam sendiri.

“Bagaimana kita menyimbangkannya, tapi kita mengambil manfaatnya. Tapi, kita mengawal dan mereka berjanji mengambilkan dan menyeimbangkannya. Kita Kawal terus mereka (Pembangunan PLTA Batangtoru). Saat ini ada dirambah, ada untuk buat jalan. Seperti kerusakan, tapi ada manfaat diambil, kita minta diseimbangkan semuanya,” jelas Andriani.

“Sebenarnya, maksudnya lama itu, sebenarnya itu apa. Kita menanamkan penghijau tidak harus pohon. Hijau dari perbanyak vegetatif pohon-pohon itu dicangkok dan disetek lebih pendek.

Tapi, ia bisa menghijaukan. Ada manfaatnya bagi manusia. Tidak memerlukan waktu yang lama, dengan cara itu, bisa dilakukan penghijauan. Jangan berpikir yang jauh-jauh lah,”sambungnya.

Begitu juga, Forum DAS Batang Toru juga melakukan pendataan kepada masyarakat, apa tumbuhan yang diperlukan untuk penghijauan yang memiliki keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Andriani mengatakan, akan memberikan bantuan berupa bibit sesuai dengan keinginan masyarakat.

Dengan keahlian akademik, yang tergabung dalam Forum DAS Batangtoru. Andriani menyebutkan, akan memberikan ide-ide dalam penghijauan kawasan Batangtoru kepada masyarakat. Namun, hal itu, pastinya akan mendapatkan dukungan dari masyarakat.

“Ketepatan kita tidak memiliki program kehutanan. Tapi kita punya program pertanian. Mungkin bisa masuk bisa pertanian untuk penelitian. Jadinya, penghijauan dengan memiliki nilai ekonomi. Kuncinya, mereka butuh, mereka pelihara,” sebut Andriani.

Selain itu, ia menyebutkan penghijauan dilakukan dengan melakukan penanaman Haminjon dan kapur baru. Penanaman tersebut, Forum DAS Batangtoru bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Meski dalam pendataan, penghijauan itu akan dilakukan pada tahun 2019, mendatang.

”Terutama jenis-jenis tanaman diperlukan oleh hutan dan diperlukan oleh masyarakat. Haminjon, itu adalah tanaman yang hanya ada di Tapanuli. 80 persen pasokan dunia itu, ada di Tapanuli. Kita coba kembangkan karena bisa hidup di hutan. Satu lagi, jenis tumbuhannya, kapur arus,” tandasnya. (gus/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/