TEBING TINGGI- Sebanyak 30 persen pelajar setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Tebingtinggi terlibat prostitusi terselubung. Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Pemantau Aids dan Narkoba (Lapan) Kota Tebingtinggi Aliyustono didampingi oleh Prayudi Syahputera, Senin (7/5) kepada Sumut Pos.
Protitusi terselubung dikalangan pelajar ini terkesan rapi dan tidak diketahui oleh teman-teman kelasnya. Kendati begitu ada yang membedakan antara pelajar pelaku prostitusi dengan pelajar biasa. Itu bisa dilihat dari penampilan serta gaya hidupnya yang gelamor. “Sepintas tidak bisa dibedakan, tetapi untuk kebutuhan hidupnya lebih dari cukup, seperti memilik HP mahal dan memakai pakain mengikuti model terbaru,” jelas Prayudi Syahputera.
Di Tebingtinggi kata Prayudi, pelajar yang terlibat prostitusi itu berasal dari luar yang tinggal kos di Kota Tebingtinggi. Ada juga yang asli penduduk Tebingtinggi asli. “ Mereka (pelajar) awalnya tergoda dengan gaya dan penampilan temannya tergolong hidup dalam kemampuan membeli semua barang keperluan dengan mudah, itu yang membuat penarik temannya menjadi ikut masuk prostitusi ini,” ungkapnya.
Untuk mengetahui ciri-ciri pelajar yang sudah masuk kedalam jaringan prostitusi pelajar menurut Lapan dikatakan penampilan mereka menarik, wajah berkmekap dan menggunakan teleoon seluler yang mahal, kebanyakan mereka dari kalangan keluarga pra sejahtera (kurang mampu), karena tidak mendapat kebutuhan ari orang taunya untuk memenuhi kebutuhan itu, mereka palajar banyak terjerat ke lembah hitam.
“Di sekolah, biasanya pelajar perempuan yang masuk kedalam jaringan prostitusi itu tidak masuk pada hari Sabtu dan ada juga pada hari Seninya mereka juga tidak masuk sekolah. Itu dikarenakan anak ayam diboking oleh om-om untuk waktu yang panjang,” ungkapnya.
Bahkan dari mereka akan menipu keluarga serta orang taunya dengan alasan menginap dirumah teman untuk melakukan tugas sekolah, ada juga mereka setiap hari Sabtu membawa perlengkapan pakain rumah untuk ganti baju usai pulang sekolah. “30 persen pelajar setingkat SMA dan SMK yang ada di Kota Tebingtinggi terlibat didalam jaringan prostitusi dikalangan pelajar untuk memuaskan om-om lelaki hidung belang,” kata Lapan.
Kedepan untuk mengatasi permasalahan sosial tentang prostitusi di kalangan pelajar itu Lapan akan membuat sosialisai disekolah-sekolah untuk menghindarkan agar jangan banyak lagi pelajar yang terjerumus kedalam jaringan prostitusi terselubung dan bahaya penyakit Aids yang datang selalu mengintai generasi muda karena bahaya melakukan hubungan sex dengan lawan jenis tanpa hubungan yang resmi.
Hasil penelusuran Sumut Pos yang dilakukan, malam Minggu lalu (5/5) sekira pukul 12.30 WIB disebuah tempat mangkal minum di Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi yang berhasil menemui agen (germo) dari para mucikari, IR (25) warga Tebingtinggi seorang Waria mengatakan bahwa untuk memesan cewek masih pelajar harus merogoh kocek banyak, untuk pelajar sekolah berumur 16 tahun atau kelas II SMA harus mengeluarkan uang sebesar Rp1 juta hingga Rp2 juta.
“Itupun hanya untuk kelas short time,” kata IR.
Masih menurut IR, katanya kalau untuk kelas hingga boking satu malam bisa mencapai Rp2,5 juta, itupun dengan garansi pihak germo harus ikut mengawal agar tidak terjadi apa-apa dengan pelajar tersebut. Peraturan dan perjanjian yang dibuat pelaku prostitusi ini kepada pelanggan sex itu harus memakai alat pelindung seperti kondom.
“Itu untuk menghindari supaya tidak terjadi kehamilan pada sang pelajar, kami tetap selalu memberitahunya agar jangan keblabasan,” ungkap IR.
IR kembali menceritakan bahwa untuk pelajar yang masih perawan juga disediakannya, pemesan atau laki-laki hidung belang harus membayar hingga mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta sekali pakai.Itupun tidak gampang untuk mendapatkannya harus butuh waktu sekira 2 bulan untuk dapat yang masih perawan. “ Kebanyakan om-om yang pesan perawan dan masih pelajar dari Kota Medan, mereka menelpon dan meminta pesanan dengan istilah ‘Anak Ayam’, apabila stok ada kami menelpon balik agar menunggu disebuah tempat untuk menjemputnya,” ujar IR.
Masalah komisi yang didapat para Germo ini berkisar Rp1 juta untuk sekali pemesanan anak ayam, itupun kebanyakan yang memesan adalah om-om mata sipit yang berdomisili di Kota Medan.
“Kebanyakan om-om mata sipit itu adalah pengusaha, setelah terjadi tawar menawar diel, langsung masuk kedalam mobil. Hotel yang dipergunakan biasanya tidak di Kota Tebingtinggi melainkan di Kota Pematang Siantar,” bebernya.
Untuk menjerat para pelajar baru agar mau masuk kedalam jaringan prostitusi pelajar ini, IR mengaku harus merayunya dengan berbagai cara untuk bisa menarik hatinya, modusnya berawal dari mengajak untuk makan minum bersama teman-teman anak ayam lainnya hingga beberapa bulan, begitupun juga dengan memberi baju baru dan telephon seluler model terbaru secara cuma-cuma, setelah tertarik dan korban mulai bertanya kepada teman-teman anak ayam, baru ajakan dan bisikan untuk menjual diri di perkenalkan.
“Awalnya sih, mereka pertama menolak, tetapi setelah kita beri pengertian dan bujukan mereka akan mengikut dan menurut. Apalagi kita memberi doktrin dengan kehidupan yang gelamor serta berkecukupan, pasti mereka akan tertarik dan masuk kedalam prostitusi kalangan pelajar,” ujar IR.
Untuk pengahsilan anak ayam ini biasanya tergantung pesanan dari para lelaki hidung belang, terkadang mereka dalam seminggu bisa mengumpulkan uang mencapai Rp4 juta, tetapi masalah kemana uang dipergunakan oleh anak ayam kita tidak bisa melarang, tetapi menurut IR kebanyakan kehidupan anak ayam ini selalu berpoya-poya dengan membeli berbagai keperluan mereka. “ Kita tidak bisa melarangnya, selalu kita peringatkan agar uang tersebut ditabung,” katanya.
Anak ayam (penyedia sex) dikalangan pelajar tingkat SMA ini mengaku terpaksa masuk dalam jaringang protitusi terselubung dikarekan oleh berbagai sebab, seperti karena merasa kecewa setelah putus dengan pacarnya melakukan hubungan intim, karena brokem home di keluarga dan karena terpengaruh kehidupan gelamor serba kecukupan.
Salah seorang pelajar SMA Negeri di Kota Tebingtinggi sebagai anak ayam, RS (16) warga Kota Tebingtinggi mengatakan dirinya masuk kedalam jaringan prostitusi terselubung ini dikarenakan bujuk rayu dari teman-temannya yang sudah jadi anak ayam, mereka berpenampilan menarik, hidup gelamor, pakaiannya trend terbaru, handphon terbaru serta bisa memenuhi kebutuhan lainnya. “ Tertarik aja om, awalnya coba-coba terakhir jadi ketagihan,” aku RS dengan polos kepada Sumut Pos malam itu.
Sementara itu Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kota Tebingtinggi Ir OKi Doni Siregar ketika dikonfirmasi mengatakan sangat menyangkan para pelajar setingkat SMA banyak terjerebak masuk kedalam prostitusi di kalangan pelajar, mereka adalah generasi penerus bangsa, bagaimana nasib bangasa ini kedepan kalau generasi muda wanitanya telah hancur? apalagi perbuatan itu sangat dilarang agama dan menjadi dosa besar yang tak terampuni.
“Kita minta kepada para orang tua untuk lebih sering berkomunikasi dengan anaknya, lihatlah anaknya tanya apabila ada perubahan dratis pada diri anak. Kepada Pemerintah setempat dan pihak Kepolisian untuk terus memberikan penyuluhan kepada para pelajar tanpa dengan rasa bosan atas bahayanya berhubungan badan tanpa hubungan resmi (nikah), Begitu juga dengan NU akan memberikan penyuluhan agama kepada orang tua dan para pelajar,” Oki Doni. (mag-3)