29 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Keluarga Nainggolan dan Panjaitan Rebutan Jenazah

Kasus Dua Balita Tewas Terbakar di Asahan

KISARAN- Musibah kebakaran di Jalan Jalak Kelurahan Lestari, Kisaran Timur, Senin (6/8) siang pukul 11.00 WIB, yang menewaskan Vikte Elia Nainggolan (sebelumnya tertulis Viehega, red), dan adiknya Citra Albaria Nainggolan, berbuntut sedikit insiden. Keluarga Nainggolan dan keluarga Panjaitan, sempat bersitegang memperebutkan jenazah kedua bocah tersebut.

Insiden terjadi saat jenazah kedua bocah ini disemayamkan di rumah duka, Senin (6/8) malam. Sebagaimana lazimnya dalam adat Batak, malam itu, di sela-sela pelaksanaan kebaktian penghiburan oleh jemaat gereja Methodist Kisaran, pihak keluarga menggelar acara marria raja. Acara itu semacam musyawarah, untuk mempersiapkan acara pengebumian.

Nah, dalam acara tersebut, pihak keluarga Nainggolan, termasuk E Nainggolan, ayah kandung kedua bocah ini sempat mengklaim sebagai pihak paling berhak atas kedua jenazah bocah tersebut. Atas dalih itu pula, pihak Nainggolan berupaya agar kedua bocah itu dikebumikan di kampung halaman mereka di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sikap keluarga Nainggolan, yang disampaikan oleh raja parhata-nya itu, kontan memantik emosi pihak keluarga Panjaitan, keluarga dari pihak Rita (bukan Rista, red) Panjaitan, ibu kedua bocah tersebut.

Dengan tegas, pihak keluarga Panjaitan menyatakan, bahwa jenazah kedua bocah itu tidak akan dibawa ke mana-mana, dan akan dikebumikan di Kisaran.
Namun pihak Nainggolan tetap ngotot dengan argumennya, membuat pihak keluarga Panjaitan mengeluarkan statement yang membuat para pelayat tercengang. “Ndang adong hak ni Nainggolan di son. Asa diboto hamu, ai so hea dilehon Nainggolan mangan gelleng nami na dua on (Keluarga Nainggolan tidak punya hak dalam masalah ini. Asal tahu saja, keluarga Nainggolan tidak pernah memberi makan kedua anak ini),” bentak salahseorang pihak Panjaitan.

Keluarga Panjaitan mengatakan, selama E Nainggolan pergi meninggalkan sang istri, Rita dan kedua anaknya (korban tewas) itu 2 tahun silam, ia tidak pernah memberi nafkah untuk anak istrinya itu.

Mendengar pernyataan dari pihak keluarga Panjaitan tersebut, keluarga Nainggolan yang awalnya sempat ngotot, akhirnya melembek dan menyerah dengan sikap keluarga Panjaitan. Bahkan, beberapa orang pihak keluarga Nainggolan yang duduk satu barisan, sempat saling berbisik satu-sama lain. Dalam perbincangan yang terdengar samar-samar itu, pihak keluarga Nainggolan seolah tak percaya, jika ternyata E Nainggolan tidak pernah menafkahi anak dan istrinya, yang dia tinggal begitu saja di Kisaran.

Sementara ibu dan ayah korban, Rita dan E Nainggolan, terlihat duduk berseberangan di antara dua peti jenazah tempat kedua anak mereka terbaring. Ketiga kakak bocah malang itu, yakni Jean Nainggolan, Junior Nainggolan, termasuk si sulung, Grasya Nainggolan, juga terlihat menahan kesedihan yang amat dalam.

Sementara itu, Selasa (7/8) kemarin, sejak pukul 08.00 WIB, ratusan pelayat silih berganti datang memadati rumah duka.

Dari ratusan pelayat yang banyak yang mencibir E Nainggolan, yang dianggap tidak memiliki bertanggung jawab sebagai kepala keluarga. “Kelewatan dia itu. Dia kan kepala keluarga. Masak sampai hati meninggalkan keluarganya,” kata sejumlah pelayat.

Menurut sejumlah pelayat, prahara rumah tangga E Nainggolan dan Rita br Panjaitan, berawal dari keikutsertaaan E Nainggolan dalam pencalegan pada pemilu legislative tahun 2009 lalu. Saat itu, E Nainggolan menjual sejumlah harta milik keluarga, termasuk beberapa lapak kios di Pasar Inpres, dan beberapa persil tanah, untuk membiayai pencalonan. Ternyata dia tidak terpilih.

Puncaknya, suami istri bertengkar dan E Nainggolan meninggalkan sang istri dan anak-anaknya.

Seperti diberitakan kemarin, Vikte Elia Nainggolan dan adiknya Citra Albaria Nainggolan, tewas dalam kebakaran di rumah tetangganya, saat keduanya dititipkan sang ibu kepada Lince, si tetangga. Usai bermain, keduanya tertidur. Si tetangga pergi keluar rumah untuk mencari uang tambahan dengan menjadi pengupas bawang, dan mengunci pintu rumah dari luar. Tak disangka, rumah itu terbakar dan kedua bocah tu tidak terselamatkan. (ing/smg)

Berita sebelumnya: Terkurung di Rumah Tetangga, 2 Balita Tewas Terbakar

Kasus Dua Balita Tewas Terbakar di Asahan

KISARAN- Musibah kebakaran di Jalan Jalak Kelurahan Lestari, Kisaran Timur, Senin (6/8) siang pukul 11.00 WIB, yang menewaskan Vikte Elia Nainggolan (sebelumnya tertulis Viehega, red), dan adiknya Citra Albaria Nainggolan, berbuntut sedikit insiden. Keluarga Nainggolan dan keluarga Panjaitan, sempat bersitegang memperebutkan jenazah kedua bocah tersebut.

Insiden terjadi saat jenazah kedua bocah ini disemayamkan di rumah duka, Senin (6/8) malam. Sebagaimana lazimnya dalam adat Batak, malam itu, di sela-sela pelaksanaan kebaktian penghiburan oleh jemaat gereja Methodist Kisaran, pihak keluarga menggelar acara marria raja. Acara itu semacam musyawarah, untuk mempersiapkan acara pengebumian.

Nah, dalam acara tersebut, pihak keluarga Nainggolan, termasuk E Nainggolan, ayah kandung kedua bocah ini sempat mengklaim sebagai pihak paling berhak atas kedua jenazah bocah tersebut. Atas dalih itu pula, pihak Nainggolan berupaya agar kedua bocah itu dikebumikan di kampung halaman mereka di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sikap keluarga Nainggolan, yang disampaikan oleh raja parhata-nya itu, kontan memantik emosi pihak keluarga Panjaitan, keluarga dari pihak Rita (bukan Rista, red) Panjaitan, ibu kedua bocah tersebut.

Dengan tegas, pihak keluarga Panjaitan menyatakan, bahwa jenazah kedua bocah itu tidak akan dibawa ke mana-mana, dan akan dikebumikan di Kisaran.
Namun pihak Nainggolan tetap ngotot dengan argumennya, membuat pihak keluarga Panjaitan mengeluarkan statement yang membuat para pelayat tercengang. “Ndang adong hak ni Nainggolan di son. Asa diboto hamu, ai so hea dilehon Nainggolan mangan gelleng nami na dua on (Keluarga Nainggolan tidak punya hak dalam masalah ini. Asal tahu saja, keluarga Nainggolan tidak pernah memberi makan kedua anak ini),” bentak salahseorang pihak Panjaitan.

Keluarga Panjaitan mengatakan, selama E Nainggolan pergi meninggalkan sang istri, Rita dan kedua anaknya (korban tewas) itu 2 tahun silam, ia tidak pernah memberi nafkah untuk anak istrinya itu.

Mendengar pernyataan dari pihak keluarga Panjaitan tersebut, keluarga Nainggolan yang awalnya sempat ngotot, akhirnya melembek dan menyerah dengan sikap keluarga Panjaitan. Bahkan, beberapa orang pihak keluarga Nainggolan yang duduk satu barisan, sempat saling berbisik satu-sama lain. Dalam perbincangan yang terdengar samar-samar itu, pihak keluarga Nainggolan seolah tak percaya, jika ternyata E Nainggolan tidak pernah menafkahi anak dan istrinya, yang dia tinggal begitu saja di Kisaran.

Sementara ibu dan ayah korban, Rita dan E Nainggolan, terlihat duduk berseberangan di antara dua peti jenazah tempat kedua anak mereka terbaring. Ketiga kakak bocah malang itu, yakni Jean Nainggolan, Junior Nainggolan, termasuk si sulung, Grasya Nainggolan, juga terlihat menahan kesedihan yang amat dalam.

Sementara itu, Selasa (7/8) kemarin, sejak pukul 08.00 WIB, ratusan pelayat silih berganti datang memadati rumah duka.

Dari ratusan pelayat yang banyak yang mencibir E Nainggolan, yang dianggap tidak memiliki bertanggung jawab sebagai kepala keluarga. “Kelewatan dia itu. Dia kan kepala keluarga. Masak sampai hati meninggalkan keluarganya,” kata sejumlah pelayat.

Menurut sejumlah pelayat, prahara rumah tangga E Nainggolan dan Rita br Panjaitan, berawal dari keikutsertaaan E Nainggolan dalam pencalegan pada pemilu legislative tahun 2009 lalu. Saat itu, E Nainggolan menjual sejumlah harta milik keluarga, termasuk beberapa lapak kios di Pasar Inpres, dan beberapa persil tanah, untuk membiayai pencalonan. Ternyata dia tidak terpilih.

Puncaknya, suami istri bertengkar dan E Nainggolan meninggalkan sang istri dan anak-anaknya.

Seperti diberitakan kemarin, Vikte Elia Nainggolan dan adiknya Citra Albaria Nainggolan, tewas dalam kebakaran di rumah tetangganya, saat keduanya dititipkan sang ibu kepada Lince, si tetangga. Usai bermain, keduanya tertidur. Si tetangga pergi keluar rumah untuk mencari uang tambahan dengan menjadi pengupas bawang, dan mengunci pintu rumah dari luar. Tak disangka, rumah itu terbakar dan kedua bocah tu tidak terselamatkan. (ing/smg)

Berita sebelumnya: Terkurung di Rumah Tetangga, 2 Balita Tewas Terbakar

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/