25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ayo Kenali! Ini Berbagai Jenis Penipuan Digital yang Biasa Terjadi

LABURA, SUMUTPOS.CO—Masyarakat atau netizen diajak untuk mulai mengenali berbagai jenis penipuan digital di era digitalisasi dewasa ini. Pemahaman sejak dini mengenai hal dimaksud, dinilai dapat membantu masyarakat terhindar dari kerugian.

WEBINAR: Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Kominfo RI diselenggarakan di Kabupaten Labura, Sumut, dengan mengangkat tema besar “Kiat-kiat Melawan Hoaks” pada
Rabu, 11 Agustus 2021. IST

Demikian disampaikan Tresna Wati, Guru Perhotelan dan HUBIN SMK Bahagia Bandung, saat menjadi pembicara di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI secara virtual di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara pada 11 Agustus 2021.

Berbicara di sesi Keamanan Digital, Tresna
menjabarkan jenis-jenis penipuan digital, meliputi phising, phone scams, SMShing, serta impersonations.

“Phising merupakan penipuan berkedok transfer perbankan, pembobolan data pengguna e-Commerce, atau penipuan layanan streaming berbayar dengan iming-iming gratis,” katanya mengangkat tema bertajuk “Tips dan Trik Menghindari Penipuan Digital”.

Phone scams, sebut dia, aksinya biasa menyasar layanan perbankan melalui scam kartu kredit, misalnya penipu menelepon korban dan meminta OTP atau data pribadi lainnya. Adapun SMShing, kerap menjerat pelanggan layanan telekomunikasi.

“Salah satu contohnya, korban dihubungi lewat SMS diberitahu mereka menang sebuah undian. Impersonations, kejahatan ini kerap mengatasnamakan e-commerce bahkan BUMN, misalnya pembagian kuota gratis,” katanya.

Menurut dia, hal yang dapat dilakukan untuk menghindari penipuan digital seperti menjaga informasi pribadi, jangan memberikan kode OTP, jangan mudah tergiur dengan hadiah atau keuntungan yang ditawarkan, tidak mentransfer ke rekening pribadi, serta hanya percaya informasi di situs resmi.

Tak kalah menarik, Melanie Soebono selaku pembicara di sesi Kecakapan Digital, menjelaskan berdamai dengan digital merupakan syarat untuk menguasai digital. Katanya, manusia harus pintar dalam memanfaatkan dunia digital.

“Terdapat konten positif dan negatif yang ada di media sosial. Semua tergantung pada seseorang ingin mengakses konten negatif maupun positif. Peran orang tua sangat penting untuk mengontrol apa yang sedang diakses oleh anak di medsos,” katanya.

Konten negatif yang terdapat pada medsos, sebut aktivis dan musisi ini, berupa hoaks dan misleading. Menurutnya, untuk mendapatkan berita hoaks dapat dicegah dengan cara mencari informasi yang valid di internet maupun melaporkannya di turn back hoax.

“Terkadang, terdapat beberapa orang tua yang enggan repot untuk menghadapi teknologi digital namun sebagai anak harus sadar dengan memanfaatkan medsos untuk konten yang positif karena, jejak digital tidak bisa hilang selamanya,” terangnya yang memaparkan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”.

Bambang Kurniawan, Guru SD dan Pengurus SIMPKB, turut menguatkan pernyataan Melanie saat jadi narasumber di sesi Etika Digital. Berita palsu atau hoaks, lanjutnya, merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi dijual sebagai kebenaran.

“Tujuan dari berita palsu meliputi membuat masyarakat tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan,” katanya dengan mengangkat tema “Tips Mengenali Berita Palsu dan Verifikasi”

Beberapa tips untuk mengenali berita palsu dan verifikasi, sebut dia antara lain perhatikan judul berita atau tautan, baca menyeluruh isi berita, perhatikan URL atau situs web yang tertera, cek foto menggunakan google image search, perhatikan waktu-tempat-tanggal kejadian, serta cek kredibilitas dari narasumber.

Rahmat Aditya, Dosen Fakultas Teknik Informatika UNIVA Labuhanbatu, membahas literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi, yang membutuhkan keterampilan kognitif dan teknis.

“Manfaat literasi digital antara lain menghemat waktu, lebih hemat biaya, memperluas jaringan, membuat keputusan yang lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, memperoleh informasi terkini dengan cepat, ramah lingkungan, serta memperkaya keterampilan,” katanya saat berbicara di sesi Budaya Digital dengan materi bertema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”.

Ia menyebutkan literasi digital di lingkungan sekolah, meliputi anak didik dianjurkan membaca melalui aplikasi digital, tenaga pendidik mengajak para peserta didik untuk menulis lewat aplikasi digital, warga sekolah berkomunikasi menggunakan teknologi digital, serta sekolah menyediakan kelas virtual bagi anak didiknya.

“Kompetensi dasar yang wajib dimiliki tenaga pendidik dan anak didik di antaranya mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi, serta berkolaborasi,” pungkasnya.

Webinar diakhiri Bella Sugitta, influencer dengan followers 18,4 ribu, dengan menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, kegiatan ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo tentang pentingnya sumber daya manusia yang memiliki talenta digital. Berkenaan dengan itu, Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera pada 77 kabupaten/kota dari Aceh hingga Lampung.

Ditjen Aptika memiliki target hingga 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital, yakni secara spesifik dimulai pada 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi di bidang digital.

Hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta internet yang semakin masif oleh masyarakat, sehingga implementasi program literasi digital di daerah perlu terus digalakkan. (rel/dek)

LABURA, SUMUTPOS.CO—Masyarakat atau netizen diajak untuk mulai mengenali berbagai jenis penipuan digital di era digitalisasi dewasa ini. Pemahaman sejak dini mengenai hal dimaksud, dinilai dapat membantu masyarakat terhindar dari kerugian.

WEBINAR: Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Kominfo RI diselenggarakan di Kabupaten Labura, Sumut, dengan mengangkat tema besar “Kiat-kiat Melawan Hoaks” pada
Rabu, 11 Agustus 2021. IST

Demikian disampaikan Tresna Wati, Guru Perhotelan dan HUBIN SMK Bahagia Bandung, saat menjadi pembicara di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI secara virtual di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara pada 11 Agustus 2021.

Berbicara di sesi Keamanan Digital, Tresna
menjabarkan jenis-jenis penipuan digital, meliputi phising, phone scams, SMShing, serta impersonations.

“Phising merupakan penipuan berkedok transfer perbankan, pembobolan data pengguna e-Commerce, atau penipuan layanan streaming berbayar dengan iming-iming gratis,” katanya mengangkat tema bertajuk “Tips dan Trik Menghindari Penipuan Digital”.

Phone scams, sebut dia, aksinya biasa menyasar layanan perbankan melalui scam kartu kredit, misalnya penipu menelepon korban dan meminta OTP atau data pribadi lainnya. Adapun SMShing, kerap menjerat pelanggan layanan telekomunikasi.

“Salah satu contohnya, korban dihubungi lewat SMS diberitahu mereka menang sebuah undian. Impersonations, kejahatan ini kerap mengatasnamakan e-commerce bahkan BUMN, misalnya pembagian kuota gratis,” katanya.

Menurut dia, hal yang dapat dilakukan untuk menghindari penipuan digital seperti menjaga informasi pribadi, jangan memberikan kode OTP, jangan mudah tergiur dengan hadiah atau keuntungan yang ditawarkan, tidak mentransfer ke rekening pribadi, serta hanya percaya informasi di situs resmi.

Tak kalah menarik, Melanie Soebono selaku pembicara di sesi Kecakapan Digital, menjelaskan berdamai dengan digital merupakan syarat untuk menguasai digital. Katanya, manusia harus pintar dalam memanfaatkan dunia digital.

“Terdapat konten positif dan negatif yang ada di media sosial. Semua tergantung pada seseorang ingin mengakses konten negatif maupun positif. Peran orang tua sangat penting untuk mengontrol apa yang sedang diakses oleh anak di medsos,” katanya.

Konten negatif yang terdapat pada medsos, sebut aktivis dan musisi ini, berupa hoaks dan misleading. Menurutnya, untuk mendapatkan berita hoaks dapat dicegah dengan cara mencari informasi yang valid di internet maupun melaporkannya di turn back hoax.

“Terkadang, terdapat beberapa orang tua yang enggan repot untuk menghadapi teknologi digital namun sebagai anak harus sadar dengan memanfaatkan medsos untuk konten yang positif karena, jejak digital tidak bisa hilang selamanya,” terangnya yang memaparkan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”.

Bambang Kurniawan, Guru SD dan Pengurus SIMPKB, turut menguatkan pernyataan Melanie saat jadi narasumber di sesi Etika Digital. Berita palsu atau hoaks, lanjutnya, merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi dijual sebagai kebenaran.

“Tujuan dari berita palsu meliputi membuat masyarakat tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan,” katanya dengan mengangkat tema “Tips Mengenali Berita Palsu dan Verifikasi”

Beberapa tips untuk mengenali berita palsu dan verifikasi, sebut dia antara lain perhatikan judul berita atau tautan, baca menyeluruh isi berita, perhatikan URL atau situs web yang tertera, cek foto menggunakan google image search, perhatikan waktu-tempat-tanggal kejadian, serta cek kredibilitas dari narasumber.

Rahmat Aditya, Dosen Fakultas Teknik Informatika UNIVA Labuhanbatu, membahas literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi, yang membutuhkan keterampilan kognitif dan teknis.

“Manfaat literasi digital antara lain menghemat waktu, lebih hemat biaya, memperluas jaringan, membuat keputusan yang lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, memperoleh informasi terkini dengan cepat, ramah lingkungan, serta memperkaya keterampilan,” katanya saat berbicara di sesi Budaya Digital dengan materi bertema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”.

Ia menyebutkan literasi digital di lingkungan sekolah, meliputi anak didik dianjurkan membaca melalui aplikasi digital, tenaga pendidik mengajak para peserta didik untuk menulis lewat aplikasi digital, warga sekolah berkomunikasi menggunakan teknologi digital, serta sekolah menyediakan kelas virtual bagi anak didiknya.

“Kompetensi dasar yang wajib dimiliki tenaga pendidik dan anak didik di antaranya mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi, serta berkolaborasi,” pungkasnya.

Webinar diakhiri Bella Sugitta, influencer dengan followers 18,4 ribu, dengan menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, kegiatan ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo tentang pentingnya sumber daya manusia yang memiliki talenta digital. Berkenaan dengan itu, Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera pada 77 kabupaten/kota dari Aceh hingga Lampung.

Ditjen Aptika memiliki target hingga 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital, yakni secara spesifik dimulai pada 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi di bidang digital.

Hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta internet yang semakin masif oleh masyarakat, sehingga implementasi program literasi digital di daerah perlu terus digalakkan. (rel/dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/