26 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Cegah Kleptomania Pada Anak Sejak Dini

kleptomania
kleptomania

Kleptomania adalah gangguan psikologis di mana mengalami kondisi tidak mampu menahan diri untuk mengumpulkan barang dengan cara menguntit, pada umumnya barang-barang tersebut adalah dianggap tidak begitu berharga seperti pulpen, klip kertas, dan mainan-mainan kecil.

Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja. Penelitian telah menunjukkan bahwa kleptomania lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Meskipun demikian, anak-anak juga dapat terpengaruh. Bahkan cedera otak dan penyakit mental lainnya dapat membawa gangguan tersebut. Ada hal-hal yang menyebabkan ini untuk mengambil bentuk dalam diri seseorang.

Dikatakan Psikolog Universitas Medan Area, Irna Minauli Kleptomania sering ditandai dengan dorongan untuk mengambil sesuatu yang bukan milik dia, tapi tidak di dasari motif ekomoni dan dendam.

“Kalau didasari dengan ekonomi biasanya karena kekurangan uang atau tidak ada uang, itu namanya pencuri. Sedangkan motif dendam misalnya ada pulpen temennya bagus , karena si anak kesel terus di ambil sama anak itu. Sedangkan anak-anak yang kleptomania tersebut tidak ada motif apapun,” katanya.

Ia juga mengatakan, tidak adanya motif apapun, akan tetapi ada dorongan dari diri anak itu untuk mengambil barang-barang yang telah diambilnya. Dan, itu bukan barang yang penting juga, karena pada penderita klepto, tak penting mahal atau tidaknya barang. Karena baginya susah untuk menolak dorongan dalam dirinya.

“Pada anak-anak kalau tidak ditangani sejak dini. Si anak nantinya bisa akan dikucilkan. Lalu misalnya saat di sekolah timbul hal-hal negatif mengenai si anak, karena misalnya ada barang yang hilang si anak akan dituduh. Padahal belum tentu ia yang mengambilnya,” ucapnya.

Kleptomania sendiri dikatakan Irna Minauli penyebabnya adalah ketidak mampuan untuk menunda dorongan, ketidak mampuan untuk mengelola dorongan-dorongan dari dirinya. Setiap anak pada dasarnya punya keinginan mengambil sesuatu, mana milik dia dan mana milik orng lain. Namun sejalan dengan pendidikannya, ia akan mulai belajar mana barang dia mana barang orang lain. Dan mana kepunyaannya.

“Tapi bagi kleptomania tidak bisa menahan dorongan tadi, untuk tidak mengambil barang itu. Seperti anak-anak normal ada terjadi dialog di dlm dirinya untuk tidak mengambil barang itu. Sedang kan anak-anak kleptomania itu ada, tetapi rasa ingin engambil itu lebih besar. Karena, sebenarnya si anak kleptomania itu hanya menikmati proses mengambil barang itu, di mana adrenalinnya meningkat, ada ketakutan, ada malu bila ketahuan,” papar Irna Minauli.

Untuk itu, sebagai orang tua yang bijaksana bisa bersikap sejak dini. Bila sejak ketahuan si anak suka mengutik segera ditangani. Si anak harus mengembalikan barang yang diambil dari teman-temannya. Dan ini merupakan bentuk yang harus dilakukannya. “Jadi, ketika si anak  berhasil melakukannya berilah hadiah, kepada anak dalam bentuk pujian. Katakan padanya kalau ada perlu sesuatu yakinkan si anak untuk cerita kepada orang tuanya. Beri kepercayaan pada anak bahwa orangtua bisa menyediakan kebutuhan yang ia mau,” pungkasnya. (nit)

kleptomania
kleptomania

Kleptomania adalah gangguan psikologis di mana mengalami kondisi tidak mampu menahan diri untuk mengumpulkan barang dengan cara menguntit, pada umumnya barang-barang tersebut adalah dianggap tidak begitu berharga seperti pulpen, klip kertas, dan mainan-mainan kecil.

Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja. Penelitian telah menunjukkan bahwa kleptomania lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Meskipun demikian, anak-anak juga dapat terpengaruh. Bahkan cedera otak dan penyakit mental lainnya dapat membawa gangguan tersebut. Ada hal-hal yang menyebabkan ini untuk mengambil bentuk dalam diri seseorang.

Dikatakan Psikolog Universitas Medan Area, Irna Minauli Kleptomania sering ditandai dengan dorongan untuk mengambil sesuatu yang bukan milik dia, tapi tidak di dasari motif ekomoni dan dendam.

“Kalau didasari dengan ekonomi biasanya karena kekurangan uang atau tidak ada uang, itu namanya pencuri. Sedangkan motif dendam misalnya ada pulpen temennya bagus , karena si anak kesel terus di ambil sama anak itu. Sedangkan anak-anak yang kleptomania tersebut tidak ada motif apapun,” katanya.

Ia juga mengatakan, tidak adanya motif apapun, akan tetapi ada dorongan dari diri anak itu untuk mengambil barang-barang yang telah diambilnya. Dan, itu bukan barang yang penting juga, karena pada penderita klepto, tak penting mahal atau tidaknya barang. Karena baginya susah untuk menolak dorongan dalam dirinya.

“Pada anak-anak kalau tidak ditangani sejak dini. Si anak nantinya bisa akan dikucilkan. Lalu misalnya saat di sekolah timbul hal-hal negatif mengenai si anak, karena misalnya ada barang yang hilang si anak akan dituduh. Padahal belum tentu ia yang mengambilnya,” ucapnya.

Kleptomania sendiri dikatakan Irna Minauli penyebabnya adalah ketidak mampuan untuk menunda dorongan, ketidak mampuan untuk mengelola dorongan-dorongan dari dirinya. Setiap anak pada dasarnya punya keinginan mengambil sesuatu, mana milik dia dan mana milik orng lain. Namun sejalan dengan pendidikannya, ia akan mulai belajar mana barang dia mana barang orang lain. Dan mana kepunyaannya.

“Tapi bagi kleptomania tidak bisa menahan dorongan tadi, untuk tidak mengambil barang itu. Seperti anak-anak normal ada terjadi dialog di dlm dirinya untuk tidak mengambil barang itu. Sedang kan anak-anak kleptomania itu ada, tetapi rasa ingin engambil itu lebih besar. Karena, sebenarnya si anak kleptomania itu hanya menikmati proses mengambil barang itu, di mana adrenalinnya meningkat, ada ketakutan, ada malu bila ketahuan,” papar Irna Minauli.

Untuk itu, sebagai orang tua yang bijaksana bisa bersikap sejak dini. Bila sejak ketahuan si anak suka mengutik segera ditangani. Si anak harus mengembalikan barang yang diambil dari teman-temannya. Dan ini merupakan bentuk yang harus dilakukannya. “Jadi, ketika si anak  berhasil melakukannya berilah hadiah, kepada anak dalam bentuk pujian. Katakan padanya kalau ada perlu sesuatu yakinkan si anak untuk cerita kepada orang tuanya. Beri kepercayaan pada anak bahwa orangtua bisa menyediakan kebutuhan yang ia mau,” pungkasnya. (nit)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/