SAMOSIR,SUMUTPOS.CO – Miris, begitulah yang dirasakan seorang bocah berinisial BK (6). Karena terinfeksi HIV, orangtua murid tempatnya sekolah tidak terima dengan keberadaannya. Alhasilnya, BK pun terancam meneruskan sekolahnya di SD Negeri 2 Nainggolan.
Awalnya, BK yang saat itu masih berusia lima tahun. Sempat mengecap pendidikan di PAUD. Selanjutnya, pada Juli 2018 lalu, BK pun diterima dan mengikuti pendidikan di SD Negeri Nainggolan, Samosir.
Namun baru 3 hari mengikuti proses belajar mengajar, para orangtua murid di sekolahnya menolak dengan keberadaannya karena dikuatirkan menular kepada teman-temannya.
Hal itupun dibenarkan oleh Kadis Pendidikan Kabupaten Samosir, Rikardo Hutajulu.
“Pihak sekolah sebenarnya menerima anak itu mendaftar di SDN 2 Nainggolan, bahkan sempat sekolah selama 3 hari. Namun para orangtua keberatan dan menyerbu kepala sekolahnya, untuk mendesak si anak (BK) tersebut dikeluarkan dari sekolah tersebut, ” ujar Rikardo Hutajulu saat dihubungi, Jumat (5/10).
Kemudian, lanjut Rikardo, pihaknya pun sempat mengajak Dinas Kesehatan untuk melakukan mediasi dan menjelaskan kepada para orangtua murid, bahwa virus HIV/AIDS hanya menular melalui transfusi darah, jarum suntik serta hubungan seksual.
“Walaupun kami sudah lakukan mediasi kepada orangtua murid, mereka tetap menolak anak tersebut (BK) bersekolah di tempat itu,” tambah Rikardo.
Sebelumnya, BK adalah pasien dan tinggal di RS HKBP Nainggolan bersama 5 pasien lain yang juga penderita HIV /AIDS. Dan di rumah sakit tersebut, BK tidak didampingi orangtuanya dan hanya didampingi perawat dan tim peduli anak penderita HIV /AIDS.
Saat ini, kondisi BK semakin melemah dan telah dirujuk ke RS Adam Malik Medan.
Hal itu dibenarkan Dr Horas Rajagukguk, SpB ketika dikonfirmasi Jumat, (5/10).
“Benar, BK sekarang sudah di rawat di RS. Adam Malik Medan. Sebelumnya kami pernah mengunjungi BK di RS HKBP Nainggolan bersama tim Tahun Kesehatan Gereja HKBP,” ujarnya. (mag-8/han)