30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Petani Karo Rugi Rp78 M Lebih

Petani Karo Rugi Rp78 M Lebih
Petani Karo Rugi Rp78 M Lebih

KARO-Erupsi gunung api Sinabung pascakenaikan status menjadi Siaga (level III) dikhawatirkan dapat berakibat buruk pada sector pertanian. Apalagi faktanya, letusan yang berasal dari Sinabung setiap harinya berlangsung dan mengenai lahan pertanian warga.

Namun, hingga kini Pemkab Karo tidak mempunyai data soal besaran kerusakan komoditas pertanian di lahan petani yang terkena dampak erupsi. Data pada Dinas Pertanian dan Perkebunan sampai sekarang hanya menunjukkan kerugian petani ketika masa Siaga bulan September lalu.

Padahal, erupsi kali ini sebahagian besar memilih titik terkena yang berbeda dari sebelumnya. Jika pada September lalu, terdapat 6 Kecamatan yang ‘disapu’ debu vulkanik, yakni Namanteran, Simpang Empat, Merdeka, Berastagi, Dolatrayat, dan Barusjahe. Kini terlihat 5 kecamatan lain yang areal pertaniannya dihujani debu. Kecamatan itu antara lain Payung, Tiganderket, Kutabuluh, Munte, dan Tiga Binanga. Di wilayah inilah pendataan belum juga dilakukan,n
meskipun pada kenyataannya mayoritas areal tani.

“ Belum ada kita data, kita masih menunggu petunjuk pimpinan guna turun ke lapangan, “ ujar Kabid Sarana dan Prasarana Distanbun Kab Karo, Jamson Sagala, kemarin.

Sebagaimana diketahui, pada waktu Siaga pertama di tahun 2013, petani di Kab Karo mengalami kerugian sekitar Rp78 miliar rupiah lebih selama erupsi gunung api Sinabung. Situasi ini dilatarbelakangi gagal tanam (puso) yang terjadi pada lahan hortikultura petani yang tersebar di  6 Kecamatan. Saat itu, sesuai keterangan Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Munarta Ginting SP, terdapat lahan seluas 2.709 hektare (ha) yang terkena dampak.

“Ada 17 jenis tanaman yang harus merasakan dampak eruspsi kemarin, setelah kita hitung berkisar Rp78.465.300.000 total kerugian di tingkat petani,” ujar Munarta.

Secara detail, luas lahan untuk masing masing  tanaman yang terkena dampak erupsi di 6 kecamatan tadi antara lain bawang daun (97 ha), kentang (400 ha), kubis (137 ha), kol bunga (218 ha), petsai/sawi (245 ha), wortel (141 ha), lobak (18 ha), cabai (625 ha), tomat (321 ha), terong ( 83 ha), buncis (120 ha), labu siam (85 ha), kangkung (2 ha), strawberry (8 ha), brokoli ( 125 ha), arcis ( 35 ha), seledri (12 ha), dan Selada ( 37 ha).

Dari informasi yang ada sampai kini ini Pemkab Karo diakui belum ada menurunkan bantuan langsung membantu petani di 6 Kecamatan tadi. Pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan mengatakan kalau daerah tidak memiliki sumber dana, hingga harus mengajukan proposal lebih lanjut ke pusat.

Krusialnya masalah ini pun diamini, Sekretaris Asosiasi Ekportir Hortikultura Indonesia  (AEHI) Sumut, Drs Joy Harlim Sinuhaji. Dalam pandangannya, peran strategis petani hortikultura Kab Karo hingga menempatkan daerah ini sebagai salah satu penghasil komoditi hortikultura terbesar di Indonesia. Karena itu saat petani di Karo baru saja mengalami musibah kegagalan tanam pascaerupsi Sinabung,  pemerintah seharusnya mengucurkan bantuan yang bisa saja diambil dari dana penanggulangan bencana alam.

“Ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika tidak dibantu akan membuka ruang bagi kebijakan impor hortikultura. Idealnya, pemerintah berpikir jauh karena jelas biaya impor komoditi hortikultura akan lebih mahal dari bantuan yang saat ini dibutuhkan petani,” paparnya.

Akses ke Sinabung Ditutup
Di sisi, untuk mengantisipasi korban jiwa aparat keamanan menutup akses jalan dan melarang warga masuk ke desa-desa yang radius 3 kilometer dari puncak Sinabung. Penutupan dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat luncuran awan panas dari letusan gunung.

Situasi itu antara lain terlihat di pintu masuk menuju Desa Sukanalu Teran Kecamatan Naman Teran, Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung dan di Desa Mardinding Kecamatan Tiganderket, Karo, Kamis (7/11) . Di lokasi itu juga terlihat sejumlah personel TNI/Polri  berjaga dan memberi penjelasan kepada warga.

Humas Pemkab Karo Drs Jonson Tarigan melalui selulernya mengatakan penutupan jalur akses dilakukan untuk kepentingan keselamatan warga dari letusan Gunung Sinabung. Seperti biasanya walaupun berada di pengunsian warga terus berpergian untuk berbagai keperluan termasuk mencari rumput untuk ternak mereka. “Karena letusan tadi malam (Rabu 6/11) maka pembatasan aktivitas warga harus diperketat demi menghindari adanya korban jiwa. Rekomendasi dari pihak vulkanologi, radius tiga kilometer dari gunung harus steril dari warga harus dikosongkan. Ada kemungkinan luncuran awan panas ini yang kita antisipasi,” kata Jonson.

Sementara itu, Kepala Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) Hendrasto mengatakan, Sinabung bisa saja dalam waktu panjang terus erupsi, tanpa bisa diketahui kapan berhentinya. “Kita saat ini belum mengetahui karakter gunung Sinabung. Sinabung ini sama seperti gunung berapi lainnya di Indonesia. Kapan saja Sinabung bisa saja erupsi. Dan kita harus mewaspadai bisa saja gunung itu lebih besar lagi erupsinya,” beber Hendrasto.

Hendrasto juga mengatakan letusan susulan gunung api ini masih tinggi. Itu diketahui dari pemantauan CCTV di Gunung Sinabung dan menunjukkan aktivitas di dalam kawah. “Jadi, tidak tertutup kemungkinan Sinabung kembali meletus lagi, bahkan dengan kekuatan lebih besar. Untuk itu masyarakat diimbau harus mewaspadai pergerakan Sinabung ini dari hari ke hari,”bebernya.

Menurut dia, setiap detik aktivitas Gunung Sinabung terus dipantau. Hasilnya dilaporkan kepada pihak terkait, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Kabupaten Karo, TNI, dan Polri. “Itu perlu disampaikan agar bisa selalu memberikan pemberitahuan kepada ribuan pengungsi, soal status terbaru di atas gunung ini,”ucapnya.(nng/win/smg/rud)

Petani Karo Rugi Rp78 M Lebih
Petani Karo Rugi Rp78 M Lebih

KARO-Erupsi gunung api Sinabung pascakenaikan status menjadi Siaga (level III) dikhawatirkan dapat berakibat buruk pada sector pertanian. Apalagi faktanya, letusan yang berasal dari Sinabung setiap harinya berlangsung dan mengenai lahan pertanian warga.

Namun, hingga kini Pemkab Karo tidak mempunyai data soal besaran kerusakan komoditas pertanian di lahan petani yang terkena dampak erupsi. Data pada Dinas Pertanian dan Perkebunan sampai sekarang hanya menunjukkan kerugian petani ketika masa Siaga bulan September lalu.

Padahal, erupsi kali ini sebahagian besar memilih titik terkena yang berbeda dari sebelumnya. Jika pada September lalu, terdapat 6 Kecamatan yang ‘disapu’ debu vulkanik, yakni Namanteran, Simpang Empat, Merdeka, Berastagi, Dolatrayat, dan Barusjahe. Kini terlihat 5 kecamatan lain yang areal pertaniannya dihujani debu. Kecamatan itu antara lain Payung, Tiganderket, Kutabuluh, Munte, dan Tiga Binanga. Di wilayah inilah pendataan belum juga dilakukan,n
meskipun pada kenyataannya mayoritas areal tani.

“ Belum ada kita data, kita masih menunggu petunjuk pimpinan guna turun ke lapangan, “ ujar Kabid Sarana dan Prasarana Distanbun Kab Karo, Jamson Sagala, kemarin.

Sebagaimana diketahui, pada waktu Siaga pertama di tahun 2013, petani di Kab Karo mengalami kerugian sekitar Rp78 miliar rupiah lebih selama erupsi gunung api Sinabung. Situasi ini dilatarbelakangi gagal tanam (puso) yang terjadi pada lahan hortikultura petani yang tersebar di  6 Kecamatan. Saat itu, sesuai keterangan Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Munarta Ginting SP, terdapat lahan seluas 2.709 hektare (ha) yang terkena dampak.

“Ada 17 jenis tanaman yang harus merasakan dampak eruspsi kemarin, setelah kita hitung berkisar Rp78.465.300.000 total kerugian di tingkat petani,” ujar Munarta.

Secara detail, luas lahan untuk masing masing  tanaman yang terkena dampak erupsi di 6 kecamatan tadi antara lain bawang daun (97 ha), kentang (400 ha), kubis (137 ha), kol bunga (218 ha), petsai/sawi (245 ha), wortel (141 ha), lobak (18 ha), cabai (625 ha), tomat (321 ha), terong ( 83 ha), buncis (120 ha), labu siam (85 ha), kangkung (2 ha), strawberry (8 ha), brokoli ( 125 ha), arcis ( 35 ha), seledri (12 ha), dan Selada ( 37 ha).

Dari informasi yang ada sampai kini ini Pemkab Karo diakui belum ada menurunkan bantuan langsung membantu petani di 6 Kecamatan tadi. Pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan mengatakan kalau daerah tidak memiliki sumber dana, hingga harus mengajukan proposal lebih lanjut ke pusat.

Krusialnya masalah ini pun diamini, Sekretaris Asosiasi Ekportir Hortikultura Indonesia  (AEHI) Sumut, Drs Joy Harlim Sinuhaji. Dalam pandangannya, peran strategis petani hortikultura Kab Karo hingga menempatkan daerah ini sebagai salah satu penghasil komoditi hortikultura terbesar di Indonesia. Karena itu saat petani di Karo baru saja mengalami musibah kegagalan tanam pascaerupsi Sinabung,  pemerintah seharusnya mengucurkan bantuan yang bisa saja diambil dari dana penanggulangan bencana alam.

“Ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika tidak dibantu akan membuka ruang bagi kebijakan impor hortikultura. Idealnya, pemerintah berpikir jauh karena jelas biaya impor komoditi hortikultura akan lebih mahal dari bantuan yang saat ini dibutuhkan petani,” paparnya.

Akses ke Sinabung Ditutup
Di sisi, untuk mengantisipasi korban jiwa aparat keamanan menutup akses jalan dan melarang warga masuk ke desa-desa yang radius 3 kilometer dari puncak Sinabung. Penutupan dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat luncuran awan panas dari letusan gunung.

Situasi itu antara lain terlihat di pintu masuk menuju Desa Sukanalu Teran Kecamatan Naman Teran, Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung dan di Desa Mardinding Kecamatan Tiganderket, Karo, Kamis (7/11) . Di lokasi itu juga terlihat sejumlah personel TNI/Polri  berjaga dan memberi penjelasan kepada warga.

Humas Pemkab Karo Drs Jonson Tarigan melalui selulernya mengatakan penutupan jalur akses dilakukan untuk kepentingan keselamatan warga dari letusan Gunung Sinabung. Seperti biasanya walaupun berada di pengunsian warga terus berpergian untuk berbagai keperluan termasuk mencari rumput untuk ternak mereka. “Karena letusan tadi malam (Rabu 6/11) maka pembatasan aktivitas warga harus diperketat demi menghindari adanya korban jiwa. Rekomendasi dari pihak vulkanologi, radius tiga kilometer dari gunung harus steril dari warga harus dikosongkan. Ada kemungkinan luncuran awan panas ini yang kita antisipasi,” kata Jonson.

Sementara itu, Kepala Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) Hendrasto mengatakan, Sinabung bisa saja dalam waktu panjang terus erupsi, tanpa bisa diketahui kapan berhentinya. “Kita saat ini belum mengetahui karakter gunung Sinabung. Sinabung ini sama seperti gunung berapi lainnya di Indonesia. Kapan saja Sinabung bisa saja erupsi. Dan kita harus mewaspadai bisa saja gunung itu lebih besar lagi erupsinya,” beber Hendrasto.

Hendrasto juga mengatakan letusan susulan gunung api ini masih tinggi. Itu diketahui dari pemantauan CCTV di Gunung Sinabung dan menunjukkan aktivitas di dalam kawah. “Jadi, tidak tertutup kemungkinan Sinabung kembali meletus lagi, bahkan dengan kekuatan lebih besar. Untuk itu masyarakat diimbau harus mewaspadai pergerakan Sinabung ini dari hari ke hari,”bebernya.

Menurut dia, setiap detik aktivitas Gunung Sinabung terus dipantau. Hasilnya dilaporkan kepada pihak terkait, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Kabupaten Karo, TNI, dan Polri. “Itu perlu disampaikan agar bisa selalu memberikan pemberitahuan kepada ribuan pengungsi, soal status terbaru di atas gunung ini,”ucapnya.(nng/win/smg/rud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/