LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Yayasan Mentari Meraki ASA Kabupaten Langkat di bawah kepeminpinan Muhammad Ikhsan, menggelar pertemuan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, yang membahas penangulangan penyebaran penyakit tuberculosis (TBC) di Cafe Uncle Six, Jalan Proklamasi Stabat, Kamis (9/2).
Pertemuan ini untuk optimalisasi pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) terkait layanan TBC di Kabupaten Langkat, dengan menghadirkan narasumber dari Dinkes Kabupaten Langkat, yakni dr Azhar Zulkifli.
Kegiatan ini juga dalam rangka mendukung pendekatan District-Based Public-Private Mix (DPPM) konsorsium penabulu STPI untuk ikut ambil bagian dalam memperkuat jejaring layanan penanggulangan penyebaran TBC, serta pendampingan pasien berbasis komunitas. Dalam hal ini, Sumut jadi satu wilayah kerja DPPM, dengan Kabupaten Langkat sebagai kabupaten prioritas. Satu agenda penting yang diupayakan dari kegiatan ini, yakni optimalisasi jejaring DPPM untuk meningkatkan notifikasi kasus TBC.
Berdasarkan analisis situasi DPPM di Kabupaten Langkat, diketahui perlu adanya sinergitas antara perencanaan dan penganggaran program TBC melalui implementasi SPM, sehingga terwujud sistem kesehatan yang lebih berpihak pada pasien TBC.
Dalam kesempatan ini, Anggota DPRD Langkat Samsul Rizal, berjanji akan memperjuangkan dan memastikan untuk menggiring agar nantinya penanggulangan TBC jadi satu Perda di Kabupaten Langkat.
Ketua Kopi (Koalisi Organisasi Profesi Indonesia) Kabupaten Langkat, dr Sukamto menjelaskan, pemeriksaan kesehatan serta pelayanan kesehatan yang baik merupakan hak setiap masyarakat, tanpa terkecuali. “Pelayanan serta akses kesehatan yang baik, memberikan dampak yang signifikan terhadap kesadaran masyarakat. Rendahnya kesadaran terhadap gejala TBC serta rendahnya pelayanan kesehatan di Langkat, jadi pemicu rendahnya SPM. Setiap jam, 11 orang meninggal dunia akibat TBC, dan Indonesia berada di peringkat kedua dunia, dengan kasus TBC terbanyak, setelah India. TBC merupakan penyakit menular disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis, yang sebagian besar menyerang paru-paru,” ungkap Sukamto.
Sukamto juga menjelaskan, pada 2022 lalu, di Indonesia diperkirakan ada 824 ribu kasus baru TBC, dan mengakibatkan 153 ribu kematian. Kasus TBC resistan obat (TBC-RO) diperkirakan ada 23 ribu kasus, dengan insidensi 8,8 per 100 ribu penduduk. “Indonesia akan mendapatkan anugerah bonus demografi selama rentang waktu 2020 hingga 2035, dan mencapai puncaknya pada 2030. Pemerintah menargetkan kasus TBC di Indonesia turun pada 2030 mendatang,” tuturnya.
Kepala Bidang P2P Dinkes Kabupaten Langkat, dr Azhar menjelaskan, Kabupaten Langkat dengan penduduk 1.064.230 orang, pada laporan 2022 lalu, ditemukan 1.773 kasus TBC dari estimasi 4.452 kasus. Dan TBC RO 17 kasus, serta jumlah terduga TBC yang diperiksa dahaknya sebanyak 11.557 orang, dari target 13.105 orang, atau capaian SPM mencapai 88,2 persen.
Data yang didapat dari Yayasan Mentari Meraki ASA Kabupaten Langkat, untuk investigasi kontak pada 2020 ada sebanyak 8.916 orang sudah dilakukan skrining TBC, 2021 sebanyak 5.217 orang, dan 2022 sebanyak 10.086 orang.
Saat ini Dinkes Kabupaten Langkat telah berupaya menambah alat TCM (tes cepat molekuler) yang digunakan untuk melakukan diagnostik TBC. Tes tersebut memeriksa kuman pada sputum (dahak) pasien. Alat TCM di Kabupaten Langkat telah tersebar di beberapa Puskesmas dan rumah sakit, yakni Puskesmas Stabat, Tanjungberingin, dan Pangkalanbrandan, serta RSUD Tanjungpura. Namun saat ini alat TCM yang akan beroperasi hanya 2, karena 3 alat lainnya baru saja didatangkan dari Dinkes Sumut. Dan 3 alat tersebut akan beroperasi pada tahun ini juga.
“Alat ini dapat memudahkan petugas dan layanan kesehatan pemerintah maupun swasta, untuk meningkatkan penjaringan kasus terduga TBC di masyarakat,” jelas Azhar.
Koordinator Community TB-HIV Care ‘Aisyiyah SR Sumut, Sri Maharani Arfiani mengatakan, di Kabupaten Langkat ada 16 kecamatan intervensi, dan ada 20 Puskesmas yang merupakan wilayah kerja pihaknya. “Kami ada sekitar 30 kader yang aktif untuk melakukan edukasi dan sosialisasi TBC kepada masyarakat. Dengan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, diharapkan menjangkau pemahaman masyarakat terkait TBC. TBC merupakan penyakit yang menular melalui udara, dengan gejala batuk selama 2 pekan, berat badan menurun, berkeringat di malam hari tanpa melakukan kegiatan, dan nafsu makan berkurang. Itu yang harus kita ketahui bersama,” jelasnya.
Adapun rumah sakit, klinik, dan DPM yang telah bekerja sama dengan Dinkes Langkat untuk penanganan DOTS/TBC, yakni RSU Delia, RSU Putri Bidadari, RSU Mahkota Bidadari, RSU Wampu Norita, RS PTPN 2, Klinik Doa Ibu, Klinik Mitra ND, Klinik Pratama Dahlia, dan Klinik Adhisma Husada.
Harapan dari kegiatan ini adalah peningkatan SPM dan eliminasi TBC pada 2030, dengan melibatkan pemerintah dan pemangku kepentingan lintas sektoral, agar Kabupaten Langkat dapat meningkatkan SPM TBC di atas 85 persen. (mag-6/saz)