25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

KUD Milik Balon Wali Kota Binjai Dianggap Pemicu

Sumur minyak mentah milik warga di Langkat. Bentrok berdarah di ladang minyak di Langkat diduga dipicu KUD milik balon Bupati Binjai.
Sumur minyak mentah milik warga di Langkat. Bentrok berdarah di ladang minyak di Langkat diduga dipicu KUD milik balon Bupati Binjai.

STABAT, SUMUTPOS.CO – Bentrok berdarah di areal penambangan minyak mentah di Dusun VIII Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, dianggap bukan persoalan sepele. Bukan sekedar persaingan antara masyarakat biasa. Sejumlah petinggi dan mafia berdasi di Langkat, dianggap terlibat secara tak langsung.

“SebenArnya suhu memanas yang berujung bentrok ini sudah lama terjadi. Akan tetapi masyarakat kecil takut melawan. Karena yang dihadapi petinggi-petinggi dan mafia berdasi di Kabupaten Langkat termasuk J,” ungkap salah satu warga yang minta namanya jangan ditulis, Kamis (9/4).

Dikisahknya, benturan yang kerap terjadi lantaran masyarakat penambang yang melakukan aktifitas bukanlah warga asli melainkan pendatang. Sehingga warga asli disana tidak mendapaknan keuntungan melimpah ruah seperti cukong-cukong (pengusaha-red).

Untuk memperkuat jaringan, J Cs juga menciptakan perusahaan penampung minyak mentah. Sayang, harga jual masyarakat ditekan. “Kita diharuskan menjual kepada mereka dengan harga rendah, kalau gini macam mana kita mau makan,” celoteh beberapa warga sana.

Gejolak dan rasa tertekan inilah yang membuat warga mau tak mau harus melawan penindasan yang dilakukan. Emosi warga semakin tersulut ketika salah satu warga Desa Securai, dikalungkan kelewang oleh oknum penambang cabang milik J Cs.

“Malam setelah dikalungkan kelewang itu, warga udah melakukan penyerangan di areal bentrok milik cabang dari J Cs. Namun bentrok mereda dan paginya kembali warga yang tidak senang kembali melakukan penyerangan untuk melawan,” kenang warga disana menceritakan awal mula bentrok yang mengakibatkan seorang terluka dan 5 kereta rusak.

Bentrok yang terjadi juga tidak terlepas dari tanggungjawab Pemkab Langkat khususnya Dinas Pertambangan. Dimana meski sudah berjalan bertahun-tahun terjadinya aktifitas penambangan secara ilegal dan dapat membahayakan serta dinilai melanggar undang-undang migas. Pihak terkait tidak mengambil tindakan tegas terhadap aktifitas yang tengah terjadi.

“Ada apa ini sebenarnya, apakah mereka (Dinas dan Pemkab-red) takut atau adanya main mata oknum di instansi sendiri,” tanya Togar Lubis, yang mengaku pernah menekuni dan menggali minyak mentah di lokasi bentrok.

Sumur minyak mentah milik warga di Langkat. Bentrok berdarah di ladang minyak di Langkat diduga dipicu KUD milik balon Bupati Binjai.
Sumur minyak mentah milik warga di Langkat. Bentrok berdarah di ladang minyak di Langkat diduga dipicu KUD milik balon Bupati Binjai.

STABAT, SUMUTPOS.CO – Bentrok berdarah di areal penambangan minyak mentah di Dusun VIII Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, dianggap bukan persoalan sepele. Bukan sekedar persaingan antara masyarakat biasa. Sejumlah petinggi dan mafia berdasi di Langkat, dianggap terlibat secara tak langsung.

“SebenArnya suhu memanas yang berujung bentrok ini sudah lama terjadi. Akan tetapi masyarakat kecil takut melawan. Karena yang dihadapi petinggi-petinggi dan mafia berdasi di Kabupaten Langkat termasuk J,” ungkap salah satu warga yang minta namanya jangan ditulis, Kamis (9/4).

Dikisahknya, benturan yang kerap terjadi lantaran masyarakat penambang yang melakukan aktifitas bukanlah warga asli melainkan pendatang. Sehingga warga asli disana tidak mendapaknan keuntungan melimpah ruah seperti cukong-cukong (pengusaha-red).

Untuk memperkuat jaringan, J Cs juga menciptakan perusahaan penampung minyak mentah. Sayang, harga jual masyarakat ditekan. “Kita diharuskan menjual kepada mereka dengan harga rendah, kalau gini macam mana kita mau makan,” celoteh beberapa warga sana.

Gejolak dan rasa tertekan inilah yang membuat warga mau tak mau harus melawan penindasan yang dilakukan. Emosi warga semakin tersulut ketika salah satu warga Desa Securai, dikalungkan kelewang oleh oknum penambang cabang milik J Cs.

“Malam setelah dikalungkan kelewang itu, warga udah melakukan penyerangan di areal bentrok milik cabang dari J Cs. Namun bentrok mereda dan paginya kembali warga yang tidak senang kembali melakukan penyerangan untuk melawan,” kenang warga disana menceritakan awal mula bentrok yang mengakibatkan seorang terluka dan 5 kereta rusak.

Bentrok yang terjadi juga tidak terlepas dari tanggungjawab Pemkab Langkat khususnya Dinas Pertambangan. Dimana meski sudah berjalan bertahun-tahun terjadinya aktifitas penambangan secara ilegal dan dapat membahayakan serta dinilai melanggar undang-undang migas. Pihak terkait tidak mengambil tindakan tegas terhadap aktifitas yang tengah terjadi.

“Ada apa ini sebenarnya, apakah mereka (Dinas dan Pemkab-red) takut atau adanya main mata oknum di instansi sendiri,” tanya Togar Lubis, yang mengaku pernah menekuni dan menggali minyak mentah di lokasi bentrok.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/