25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Ditinggal Mati Suami, Empat Tahun tak Terima Honor

Siti Musnaini (59), Penjaga Gedung Bekas Dekranasda Labuhanbatu

Sudah empat tahun enam bulan Siti Musnaini (59) ditinggal suami. Dengan atatus janda yang disandang kini, Siti berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan menjadi penjaga gedung bekas kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Labuhanbatu di Jalan HM Said Kelurahan Pardamaian Kecamatan Rantau Selatan Sigambal. Profesi itu dilakoninya untuk menggantikan posisi suaminya yang telah meninggal dunia.

Siti Musnaini
Siti Musnaini

Empat anak dan sembilan cucu tak membuat Siti tenang. Siti masih bersusah payah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semasa hidup suaminya, kehidupan Siti dan anak-anaknya masih tergolong kekurangan, dengan honor yang diterima suaminya Rp600.000 perbulan.
Usai suaminya meninggal dunia, honor yang diterima keluarganya terus berkurang. Bahkan mereka pernah menerima sebesar Rp300.000. Mulai saat itulah dirinya harus berjuang keras membanting tulang untuk dapat mempertahankan sisa hidupnya. “Bahkan sekarang tidak ada lagi yang saya terima,” kata Siti Musnaini saat disambangi Sumut Pos, Kamis (10/1) di gedung yang sudah ditumbuhi semak belukar.

Dikenangkannya sekitar empat tahun enam bulan lalu, selain honor kepada mereka masih diberikan racun rumput dan keperluan lainnya guna merawat gedung yang kini tidak terpakai lag. “Kalau dulu masih adalah bantuan racun dan mesin rumput, kalau sekarang tidak ada lagi,” ujarnya. Tidak lagi merniam honor, Siti kini bekerja di salahsatu rumah makan dengan penghasilan Rp20.000 perhari. “Lumayan kalilah masih dapat kerjaan, kan cukup juga untuk buat makan,” terangnya.

Karena ketiadaan honor seluruh perabotan dan perawatan gedung terbengkalai. Bahkan meja, bangku maupun lemari serta perabotan lain yang dahulunya masih terbilang memenuhi di setiap ruangan kini telah usang.

“Kalau sekarang tidak ada apa-apa lagi,” keluhnya. Walau di halaman tersebut terdapat sekitar 20-an pohon kelapa sawit, tetapi penghasilan dari sawit itu tidak dapat menambah biaya perawatan gedung. “Kalau dulu harga sawit segar masih agak lumayan, tapi sekarang tidak lah,” tutur wanita berambut ikal ini.
Selain kesulitan merawat sekeliling bangunan, mereka juga harus rela membayar rekening listrik gedung yang kini ditempati mereka. Apalagi diakuinya hanya itu tempat tinggal yang dapat ditempati tanpa harus membayar sewanya. Setiap bulannya, biaya pembayaran listrik mencapai Rp70-an ribu. “Kadang untuk uang listrik saja dari sawit itu tidak cukup,” tambah Siti Musnaini lagi.

Kini, dirinya masih terus berharap dan yakin jika suatu saat Bupati Pemkab Labuhanbatu H Tigor Panusunan Siregar dan Wakil Bupati Suhari Pane mengunjunginya guna melihat secara langsung kondisi gedung dan juga kehidupannya sebagai seorang yang masih menjaga aset negera tersebut. “Kalau dulu seng bagian belakang ini dicurian orang, tapi sejak kami disini tidak lagi,” paparnya.(*)

Siti Musnaini (59), Penjaga Gedung Bekas Dekranasda Labuhanbatu

Sudah empat tahun enam bulan Siti Musnaini (59) ditinggal suami. Dengan atatus janda yang disandang kini, Siti berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan menjadi penjaga gedung bekas kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Labuhanbatu di Jalan HM Said Kelurahan Pardamaian Kecamatan Rantau Selatan Sigambal. Profesi itu dilakoninya untuk menggantikan posisi suaminya yang telah meninggal dunia.

Siti Musnaini
Siti Musnaini

Empat anak dan sembilan cucu tak membuat Siti tenang. Siti masih bersusah payah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semasa hidup suaminya, kehidupan Siti dan anak-anaknya masih tergolong kekurangan, dengan honor yang diterima suaminya Rp600.000 perbulan.
Usai suaminya meninggal dunia, honor yang diterima keluarganya terus berkurang. Bahkan mereka pernah menerima sebesar Rp300.000. Mulai saat itulah dirinya harus berjuang keras membanting tulang untuk dapat mempertahankan sisa hidupnya. “Bahkan sekarang tidak ada lagi yang saya terima,” kata Siti Musnaini saat disambangi Sumut Pos, Kamis (10/1) di gedung yang sudah ditumbuhi semak belukar.

Dikenangkannya sekitar empat tahun enam bulan lalu, selain honor kepada mereka masih diberikan racun rumput dan keperluan lainnya guna merawat gedung yang kini tidak terpakai lag. “Kalau dulu masih adalah bantuan racun dan mesin rumput, kalau sekarang tidak ada lagi,” ujarnya. Tidak lagi merniam honor, Siti kini bekerja di salahsatu rumah makan dengan penghasilan Rp20.000 perhari. “Lumayan kalilah masih dapat kerjaan, kan cukup juga untuk buat makan,” terangnya.

Karena ketiadaan honor seluruh perabotan dan perawatan gedung terbengkalai. Bahkan meja, bangku maupun lemari serta perabotan lain yang dahulunya masih terbilang memenuhi di setiap ruangan kini telah usang.

“Kalau sekarang tidak ada apa-apa lagi,” keluhnya. Walau di halaman tersebut terdapat sekitar 20-an pohon kelapa sawit, tetapi penghasilan dari sawit itu tidak dapat menambah biaya perawatan gedung. “Kalau dulu harga sawit segar masih agak lumayan, tapi sekarang tidak lah,” tutur wanita berambut ikal ini.
Selain kesulitan merawat sekeliling bangunan, mereka juga harus rela membayar rekening listrik gedung yang kini ditempati mereka. Apalagi diakuinya hanya itu tempat tinggal yang dapat ditempati tanpa harus membayar sewanya. Setiap bulannya, biaya pembayaran listrik mencapai Rp70-an ribu. “Kadang untuk uang listrik saja dari sawit itu tidak cukup,” tambah Siti Musnaini lagi.

Kini, dirinya masih terus berharap dan yakin jika suatu saat Bupati Pemkab Labuhanbatu H Tigor Panusunan Siregar dan Wakil Bupati Suhari Pane mengunjunginya guna melihat secara langsung kondisi gedung dan juga kehidupannya sebagai seorang yang masih menjaga aset negera tersebut. “Kalau dulu seng bagian belakang ini dicurian orang, tapi sejak kami disini tidak lagi,” paparnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/