DAIRI, SUMUTPOS.CO – Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Dairi, Nasib Marudur Sihombing mendesak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo serius menangani serta menuntaskan virus ASF (African Swim Faver) yang saat ini melanda ternak babi di Sumatera Utara.
Menurut Nasib Marudur, serangan virus ASF terhadap ternak babi sudah bisa dikategorikan bencana.
Pernyataan Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dairi, Jhon F Manurung, tinggal 5 ribu ekor lagi ternak babi yang masih hidup dari total populasi, sebelumnya ada sebanyak 110 ribu ekor.
Data hingga akhir bulan Desember 2019 yang dilaporkan peternak, jumlah ternak babi yang mati sudah 13.000 ekor dengan nilai kerugian peternak sebesar Rp9,1 miliar. “Artinya, ternak babi di Dairi sudah hampir punah,”ujar Nasib Marudur, Jumat (10/1) di gedung dewan.
Masih kata Nasib Marudur, hingga kini, belum ada upaya riil pengendalian dan bantuan (konpensasi) meskipun peternak sudah mengalami kerugian besar.
Ketua DPC Nasdem Dairi itu mengatakan, dalam waktu dekat Komisi B akan menjadwalkan kunjungan kerja ke Kementerian Pertanian membidangi Peternakan untuk mendesak Mentan membuat langkah cepat mengatasi permasalahan dimaksud.
Akibat serangan virus ASF terhadap ternak babi, ekonomi masyarakat Dairi yang kebanyakan beternak babi menjadi terpuruk. “beternak babi salah satu penopang ekonomi warga Dairi, dan merupakan Deposito berkesinambungan bagi warga,”tandasnya.
Sementara itu, menanggapi pernyataan Gubsu, Edy Rahmayadi terkait pemusnahan babi, menurut Ketua Fraksi Nasdem Dairi itu sulit dilakukan. Pasalnya, ternak babi tidak bisa terpisahkan dari adat istiadat suku Batak. Karena setiap pesta suku Batak harus ada daging babi.
Nasib mengungkapkan, saya rasa peternak tidak akan mau memusnahkan ternak mereka yang masih sehat. “Jika memang pemusnahan salah satu solusi untuk pengentasan virus ASF supaya bisa kembali beternak, pemerintah harus kasih konpensasi kepada peternak,”imbuhnya.
Bagi sebagian suku Batak, jika menggelar pesta, belum mampu menyediakan menu daging kerbau atau sapi karena harganya mahal.
“Dan kondisi sekarang, karena masyarakat masih enggan makan daging babi, pemilik pesta terpaksa menyediakan daging kerbau atau sapi meski terpaksa sehingga biaya pesta jadi besar,” ujarnya.
“Untuk itu diharapkan pemerintah segera melakukan tindakan untuk menuntaskan penyakit ternak babi,”pungkasnya. (rud/han)