30 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Di Madina, Romo Syafii Dikritisi Soal Prabowo Subianto

MADINA, SUMUTPOS.CO – Dalam lawatannya ke Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Rabu (8/3/2023) lalu, Romo HR Muhammad Syafii SH MHum menyempatkan bersilaturahim dengan para Tokoh Agama Islam setempat. Silaturahim ini digelar di Restoran Pangairan Panyabungan.

Acara ramah tamah dimulai dengan makan siang bersama. Hadir hampir 70 orang ustadz, ustadzah dan tokoh agama setempat yang dipimpin H Binsar Nasution.

Setelah makan siang bersama, Romo Syafii membuka silaturahim itu dengan ceramahnya. Menurut Romo, dulu ada yang bertanya kepadanya, apakah mau jadi tokoh Islam atau tokoh Nasional? Romo menjelaskan, Islam dan Indonesia itu tidak bisa dipisahkan, harus jalan secara bersamaan.

Karena menurut pidato Bung Karno, kata Romo, Indonesia merdeka pokok dasarnya Piagam Jakarta dengan sila pertama bunyinya; Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya. “Hal yang kita sayangkan, banyak tokoh tertentu sekarang yang melupakan itu. Banyak pernyataan yang didominasi oleh pikiran kotor bahwa Ustadz jangan ikut berpolitik, bahkan ada ejekan mau berpolitik atau mau jadi ustadz? Padahal, lanjut Romo, sejak zaman Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan bagaimana berpolitik secara Ilmu Fiqihnya,” terang Romo.

Romo Syafii juga mengungkapkan, dirinya bertahan di sini menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra untuk mempertahankan kekuatan Islam yang paling nyata, yakni dengan berjuang menyusun UU No 5 Tahun 2018 tentang pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Pada diskusi itu, tokoh Islam Mandailing Natal Ustadz Ahmad Hambali, Al Hafiz mempertanyakan, apa sebenarnya tujuan Partai Gerindra pada Pilpres 2019 lalu? “Ketika Prabowo kalah, kok malah masuk pemerintahan? Ini masih belum masuk di akal saya. Apalagi di era pemerintahan periode sekarang, banyak organisasi Muslim besar dilarang. Ketika ulama besar ditangkap, di manakah Gerindra dan Prabowo Subianto?” ujarnya.

Pernyataan itu didukung juga oleh para tokoh Islam Mandailing Natal lainnya yang hadir. Mereka mengungkapkan kekecewaan dan kritik terhadap Prabowo Subianto kepada Romo Syafii.

Menyikapi kritik itu, Romo Syafii menjelaskan, paska-kekalahan Pilpres 2019, para pendukungnya banyak yang tidak terima dan banyak yang turun ke jalan untuk berdemo. “Bahkan sampai ada yang wafat dan luka-luka. Apabila ini terus dibiarkan, kemungkinan besar akan terjadi perang saudara dan yang jadi korban terbesarnya rakyat Indonesia,” terang Romo.

Diakuinya, bergabung ke pemerintahan dan menjadi Menteri Pertahanan, tentu sangat disayangkan oleh semua pendukungnya, termasuk Romo Syafii sebagai Anggota DPR RI Fraksi Gerindra. Waktu itu Romo juga mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana suasana batin Prabowo Subianto, caci maki semua pendukungnya terus datang kepadanya. “Kalau itu saya, saya belum tentu bisa menerima. Tapi Prabowo benar benar berbeda. Dengan tersenyum dan penuh ksatria, dia menerima untuk gabung ke pemerintahan,” sebutnya.

Romo juga mengungkapkan, dalam satu kesempatan Prabowo Subianto pernah bercerita, ia mengaku bergabung ke kubu Jokowi karena terinspirasi tokoh-tokoh besar sejarah. Salah satunya adalah bergabungnya Hideyoshi Toyotomi dan Leyasu Tokugawa di era Sengoku, Jepang.

Dijelaskan Romo, ada dua panglima Jepang yang sangat kuat, yakni Hideyoshi Toyotomi dan Tokugawa Leyasu. Kedua-duanya hebat dan kuat. Suatu saat, mereka hampir perang. Mau berhadapan. “Prabowo bercerita, Hideyoshi berkata kepada Leyasu; ‘Kalaupun saya menang, anak buah saya banyak yang akan mati. Kalau kau menang, anak buahmu juga banyak mati dan luka. Artinya, besok malam orang tua Jepang, banyak ibu dan bapak Jepang kehilangan anaknya. Akan nangis. Saya tahu anda cinta Jepang, saya juga begitu. Kita mau mempersatukan Jepang dan ingin membikin Jepang kuat. Untuk apa kita perang?”. Lalu si Leyasu bilang; “’Setelah saya berpikir anda benar. Untuk apa kita perang? Lebih baik kita bersatu”. Itu pelajaran besar yang bisa kita resapi. Kalau kita lihat Jepang sekarang, berhasil tumbuh menjadi Negara hebat karena didahului juga oleh para pemimpin yang mau berkorban untuk kepentingan rakyat,” beber Romo.

Menurut Romo, Prabowo sadar dirinya akan dihina, akan dicaci maki, difitnah, dicurigai. “Tapi Bismillah, Prabowo siap menerima itu semua dari pada rakyat yang akan menjadi korbannya nanti. Prabowo rela untuk mendapatkan itu semua, demi kesatuan bangsa Indonesia. Pada data Kemenhan, Prabowo juga membentuk Komcad (Komponen Cadangan) yang banyak dia rekrut dari Pondok Pesantren, dilatih oleh Negara,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Romo, ketika Prabowo baru dilantik menjadi Menhan, PT PAL memiliki utang Rp3 Triliun, dan mereka tidak bisa bekerja karena tidak ada modal. Maka Prabowo pasang badan, mendatangi Bank Mandiri agar utang PT PAL ditangguhkan dulu, sehingga Bank Mandiri memberi modal kerja Rp1 triliun dan Bank BRI Rp500 miliar. “Sekarang setelah dua tahun order yang diterima PT PAL mencapai Rp33 triliun. Termasuk total yang dipesan oleh UEA sebesar 410 Juta USD,” terangnya lagi.

Mengenai Pembelaan Prabowo terhadap uama, kata Romo, Prabowo rutin membantu para ulama dan pesantren. “Pembelaan terhadap ulama, mohon dicek ke pihak terkait, siapa yang menjaminkan dirinya untuk pembebasan ulama dan memantau proses peradilannya. Itu semua atas arahan dari Prabowo Subianto dan lagi-lagi dia memang tidak suka untuk diberitakan,” tegas Romo.

“Seperti kita ketahui, ketika kasus penembakan laskar FPI dan pihak keluarga tidak bisa menjemput jenazahnya, saat itu ada dua kader Gerindra yang mengurus yaitu Fadli Zon dan Romo Syafii, mengawal sampai pihak keluarga bisa menjemput jenazahnya,” lanjut Romo.

Pada akhir pertemuan Romo Syafii dan tim membagikan dua buku karya Prabowo Subianto yaitu Paradoks Indonesia dan Kepemimpinan Militer. Para tokoh Islam di Mandailing Natal menerima dengan baik penjelasan dan buku yang Romo Syafii bagikan diantaranya ada Ustadz H Zulkarnaen, Ustadz Ahmad Buchori, Ustadz Suaib, Ustadz Kariyunus, Ustadz Nanang Arianto SAg MA, Ustadz Dede H Said, Alhafiz Edi Saputra, Hafidz Ahmad Hambali, Ustadz Hendri Nasution, Ustadz Muslihuddin, Ustadz Zulkifli Sihombing, Ustadz Nahar Jolis, Ustadz H. Abdul Halim Pulungan dan Aswan SH.

Dalam keterangannya H Binsar Nasution berterima kasih kepada Romo Syafii yang sudah bersilaturahmi dan menjawab semua pertanyaan tokoh Islam di Mandailing Natal ini dengan sangat jelas. “Semua penjelasan Romo Syafii tadi, mampu menjawab kegundahan kita selama ini. Awalnya kami meragukan dan menyayangkan sikap Prabowo Subianto gabung di Pemerintahan Jokowi, tapi tadi Romo menjelaskan dengan luar biasa dan bisa menjadi bahan pertimbangan utama kami pada pilpres 2024 nanti,” pungkasnya. (adz)

MADINA, SUMUTPOS.CO – Dalam lawatannya ke Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Rabu (8/3/2023) lalu, Romo HR Muhammad Syafii SH MHum menyempatkan bersilaturahim dengan para Tokoh Agama Islam setempat. Silaturahim ini digelar di Restoran Pangairan Panyabungan.

Acara ramah tamah dimulai dengan makan siang bersama. Hadir hampir 70 orang ustadz, ustadzah dan tokoh agama setempat yang dipimpin H Binsar Nasution.

Setelah makan siang bersama, Romo Syafii membuka silaturahim itu dengan ceramahnya. Menurut Romo, dulu ada yang bertanya kepadanya, apakah mau jadi tokoh Islam atau tokoh Nasional? Romo menjelaskan, Islam dan Indonesia itu tidak bisa dipisahkan, harus jalan secara bersamaan.

Karena menurut pidato Bung Karno, kata Romo, Indonesia merdeka pokok dasarnya Piagam Jakarta dengan sila pertama bunyinya; Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya. “Hal yang kita sayangkan, banyak tokoh tertentu sekarang yang melupakan itu. Banyak pernyataan yang didominasi oleh pikiran kotor bahwa Ustadz jangan ikut berpolitik, bahkan ada ejekan mau berpolitik atau mau jadi ustadz? Padahal, lanjut Romo, sejak zaman Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan bagaimana berpolitik secara Ilmu Fiqihnya,” terang Romo.

Romo Syafii juga mengungkapkan, dirinya bertahan di sini menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra untuk mempertahankan kekuatan Islam yang paling nyata, yakni dengan berjuang menyusun UU No 5 Tahun 2018 tentang pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Pada diskusi itu, tokoh Islam Mandailing Natal Ustadz Ahmad Hambali, Al Hafiz mempertanyakan, apa sebenarnya tujuan Partai Gerindra pada Pilpres 2019 lalu? “Ketika Prabowo kalah, kok malah masuk pemerintahan? Ini masih belum masuk di akal saya. Apalagi di era pemerintahan periode sekarang, banyak organisasi Muslim besar dilarang. Ketika ulama besar ditangkap, di manakah Gerindra dan Prabowo Subianto?” ujarnya.

Pernyataan itu didukung juga oleh para tokoh Islam Mandailing Natal lainnya yang hadir. Mereka mengungkapkan kekecewaan dan kritik terhadap Prabowo Subianto kepada Romo Syafii.

Menyikapi kritik itu, Romo Syafii menjelaskan, paska-kekalahan Pilpres 2019, para pendukungnya banyak yang tidak terima dan banyak yang turun ke jalan untuk berdemo. “Bahkan sampai ada yang wafat dan luka-luka. Apabila ini terus dibiarkan, kemungkinan besar akan terjadi perang saudara dan yang jadi korban terbesarnya rakyat Indonesia,” terang Romo.

Diakuinya, bergabung ke pemerintahan dan menjadi Menteri Pertahanan, tentu sangat disayangkan oleh semua pendukungnya, termasuk Romo Syafii sebagai Anggota DPR RI Fraksi Gerindra. Waktu itu Romo juga mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana suasana batin Prabowo Subianto, caci maki semua pendukungnya terus datang kepadanya. “Kalau itu saya, saya belum tentu bisa menerima. Tapi Prabowo benar benar berbeda. Dengan tersenyum dan penuh ksatria, dia menerima untuk gabung ke pemerintahan,” sebutnya.

Romo juga mengungkapkan, dalam satu kesempatan Prabowo Subianto pernah bercerita, ia mengaku bergabung ke kubu Jokowi karena terinspirasi tokoh-tokoh besar sejarah. Salah satunya adalah bergabungnya Hideyoshi Toyotomi dan Leyasu Tokugawa di era Sengoku, Jepang.

Dijelaskan Romo, ada dua panglima Jepang yang sangat kuat, yakni Hideyoshi Toyotomi dan Tokugawa Leyasu. Kedua-duanya hebat dan kuat. Suatu saat, mereka hampir perang. Mau berhadapan. “Prabowo bercerita, Hideyoshi berkata kepada Leyasu; ‘Kalaupun saya menang, anak buah saya banyak yang akan mati. Kalau kau menang, anak buahmu juga banyak mati dan luka. Artinya, besok malam orang tua Jepang, banyak ibu dan bapak Jepang kehilangan anaknya. Akan nangis. Saya tahu anda cinta Jepang, saya juga begitu. Kita mau mempersatukan Jepang dan ingin membikin Jepang kuat. Untuk apa kita perang?”. Lalu si Leyasu bilang; “’Setelah saya berpikir anda benar. Untuk apa kita perang? Lebih baik kita bersatu”. Itu pelajaran besar yang bisa kita resapi. Kalau kita lihat Jepang sekarang, berhasil tumbuh menjadi Negara hebat karena didahului juga oleh para pemimpin yang mau berkorban untuk kepentingan rakyat,” beber Romo.

Menurut Romo, Prabowo sadar dirinya akan dihina, akan dicaci maki, difitnah, dicurigai. “Tapi Bismillah, Prabowo siap menerima itu semua dari pada rakyat yang akan menjadi korbannya nanti. Prabowo rela untuk mendapatkan itu semua, demi kesatuan bangsa Indonesia. Pada data Kemenhan, Prabowo juga membentuk Komcad (Komponen Cadangan) yang banyak dia rekrut dari Pondok Pesantren, dilatih oleh Negara,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Romo, ketika Prabowo baru dilantik menjadi Menhan, PT PAL memiliki utang Rp3 Triliun, dan mereka tidak bisa bekerja karena tidak ada modal. Maka Prabowo pasang badan, mendatangi Bank Mandiri agar utang PT PAL ditangguhkan dulu, sehingga Bank Mandiri memberi modal kerja Rp1 triliun dan Bank BRI Rp500 miliar. “Sekarang setelah dua tahun order yang diterima PT PAL mencapai Rp33 triliun. Termasuk total yang dipesan oleh UEA sebesar 410 Juta USD,” terangnya lagi.

Mengenai Pembelaan Prabowo terhadap uama, kata Romo, Prabowo rutin membantu para ulama dan pesantren. “Pembelaan terhadap ulama, mohon dicek ke pihak terkait, siapa yang menjaminkan dirinya untuk pembebasan ulama dan memantau proses peradilannya. Itu semua atas arahan dari Prabowo Subianto dan lagi-lagi dia memang tidak suka untuk diberitakan,” tegas Romo.

“Seperti kita ketahui, ketika kasus penembakan laskar FPI dan pihak keluarga tidak bisa menjemput jenazahnya, saat itu ada dua kader Gerindra yang mengurus yaitu Fadli Zon dan Romo Syafii, mengawal sampai pihak keluarga bisa menjemput jenazahnya,” lanjut Romo.

Pada akhir pertemuan Romo Syafii dan tim membagikan dua buku karya Prabowo Subianto yaitu Paradoks Indonesia dan Kepemimpinan Militer. Para tokoh Islam di Mandailing Natal menerima dengan baik penjelasan dan buku yang Romo Syafii bagikan diantaranya ada Ustadz H Zulkarnaen, Ustadz Ahmad Buchori, Ustadz Suaib, Ustadz Kariyunus, Ustadz Nanang Arianto SAg MA, Ustadz Dede H Said, Alhafiz Edi Saputra, Hafidz Ahmad Hambali, Ustadz Hendri Nasution, Ustadz Muslihuddin, Ustadz Zulkifli Sihombing, Ustadz Nahar Jolis, Ustadz H. Abdul Halim Pulungan dan Aswan SH.

Dalam keterangannya H Binsar Nasution berterima kasih kepada Romo Syafii yang sudah bersilaturahmi dan menjawab semua pertanyaan tokoh Islam di Mandailing Natal ini dengan sangat jelas. “Semua penjelasan Romo Syafii tadi, mampu menjawab kegundahan kita selama ini. Awalnya kami meragukan dan menyayangkan sikap Prabowo Subianto gabung di Pemerintahan Jokowi, tapi tadi Romo menjelaskan dengan luar biasa dan bisa menjadi bahan pertimbangan utama kami pada pilpres 2024 nanti,” pungkasnya. (adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/