29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sehari, 5.275 Pasien Covid-19 Sembuh, Sumut Tertinggi Nasional

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) terus mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat, dalam satu hari 5.275 orang dinyatakan sembuh dari infeksi virus Corona, Jumat (10/9). Dengan tambahan 5.275 itu, maka saat ini total angka kesembuhan Covid-19 di Sumut naik dari 82.972 orang menjadi 88.247 orang.

Hal ini terlihat berdasarkan data dari Kemenkes RI yang disampaikan BNPB, Jumat (10/9). Dari data itu pula, Sumut menjadi daerah penyumbang terbanyak kasus sembuh secara nasional, 5.275 kasus dari 14.356 kasus. Bahkan, capaian Sumut ini jauh di atas Provinsi Jawa Barat yang ada di bawahnya dengan 930 kasus kesembuhan.

Meski begitu, Sumut masih tetap memperoleh penambahan kasus positif baru sebanyak 350 orang, sehingga total akumulasi kasusnya naik dari 100.744 menjadi 101.094 orang. Dengan begitu, Sumut masih menjadi provinsi tertinggi keempat dalam menyumbangkan 5.376 kasus baru positif di Indonesia.

Sedangkan untuk kasus kematian, Sumut menambah tiga kasus baru, sehingga totalnya naik menjadi 2.565 orang. Atas data tersebut, maka saat ini kasus aktif Covid-19 Sumut menurun signifikan sebesar 4.928 poin, dari sebelumnya 15.210 menjadi 10.282 orang.

Sementara secara nasional, kasus Covid-19 pada Jumat (10/9), bertambah 5.376 kasus dalam sehari. Jumlah itu terdeteksi dari 235 ribu spesimen. Angka kematian Covid-19 masih tinggi di angka 315 jiwa. Kini total sudah 4.158.731 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air.

Angka kematian karena Covid-19 sebanyak 138.431 jiwa. Kematian harian terbanyak terjadi di Jawa Timur 49 jiwa, Jawa Tengah 47 jiwa, Kalimantan Selatan 21 jiwa. Kasus Covid-19 terbanyak harian disumbang Jawa Barat 540 kasus. Kemudian Jawa Timur 515 kasus, Jawa Tengah 505 kasus, Sumatera Utara 350 kasus, dan DKI Jakarta 261 kasus.

Ada 149.780 orang yang diperiksa dengan metode TCM, PCR, dan antigen. Pemeriksaan berpengaruh pada angka positivity harian. Angka positivity rate yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100.

Angka positivity rate orang harian kini sudah satu digit atau 3,5 persen. Sudah mencapai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni harus di bawah 5 persen. Artinya Indonesia sudah berhasil sesuai standar WHO.

Pasien sembuh harian bertambah 14.536 orang. Paling banyak kasus sembuh paling banyak di Sumatera Utara yakni 5.275 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 3.901.766 orang.

Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Hanya ada 3 provinsi di bawah 10 kasus. Dan tak ada satupun provinsi dengan nol kasus.

Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah yang dikonfirmasi membenarkan tingginya capaian angka kesembuhan tersebut. Angka itu, kata Aris, juga didapatkan dengan verifikasi ketat dari data update Kabupaten/Kota yang masuk ke Provinsi Sumut. “Saat ini penanganan Covid-19 di Provinsi Sumut juga telah semakin membaik. Terutama, berkat support dari sejumlah lokasi isolasi terpusat (isoter) yang telah dimiliki di Sumut. Selain itu, treatment kita dalam penanganan Covid-19 ini juga telah semakin percaya diri,” ujarnya singkat.

Data Medan, Madina, Siantar, dan Sibolga Kacau

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi mengungkapkan, ada empat kabupaten dan kota yang memiliki data penanganan Covid-19 tak becus. Yakni Kota Medan, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Menurut Edy, ini disebabkan karena petugas pendataan terkait hal itu gagap teknologi alias gaptek. Padahal, sebut dia, seluruh pendataan kini menggunakan perangkat digital. “Kita empat (daerah) kacau ini. Empat kabupaten kota kacau. Medan, Sibolga, Mandailing Natal dengan Siantar. Kacau ini. Yang lain kacau, tapi limitnya masih dibawah sehingga tidak mendongkrak,” katanya menjawab wartawan, Jumat (10/9).

Ia mencontohkan Kabupaten Madina, di mana terjadi kesalahan pendataan yang menyebabkan daerah itu ditetapkan berstatus PPKM Level 4 dan kemudian dianulir. “Ini contoh Bupati Madina. Mertuanya dengan adik istrinya dinyatakan meninggal. (Padahal) masih hidup mertuanya. Ini siapa yang buat ini meninggal? Begitu sampai ke sana, dia (disebut) 76 meninggal dalam satu minggu padahal cuma 6 meninggal dalam satu minggu. Makanya dia masuk level 4. Inilah, digital ini bagus. Tapi kalau yang mengawaki masih gaptek, inilah hasilnya,” kata Edy.

Di sisi lain, lanjut dia, kondisi Covid-19 di Sumut sudah jauh berangsur membaik. Hanya saja, karena proses update data belum baik, menyebabkan angka Covid-19 masih membengkak. “Kalau ini yakin kita lakukan dengan benar, kita tidak segitu ini. Kita sudah bagus kondisinya. Kenapa sampai 400 sekarang ini? Kalau saya teliti kita double-double (datanya). Kembali lagi, kita gaptek, tidak terlalu jago. Atau daerah-daerah kita itu sinyalnya timbul tenggelam,” ujarnya.

Ia mengaku segera mengevaluasi hal ini. Serta beri sinyal menjadi tugas pertama bagi Kadinkes Sumut, Ismail Lubis yang baru dilantiknya guna memperbaiki kekacauan data tersebut. “Inilah sedang kita evaluasi dan segera nanti kadis kesehatan (menindaklanjutinya). Gubernur kan jagonya. Anak buah dululah. Karena tak mengerti juga saya sampai sejauh itu,” pungkasnya.

Dikonfirmasi soal kacaunya data penanganan Covid-19 di Kota Medan, Wali Kota Bobby Nasution menolak hal itu. Menantu Presiden Jokowi itu menegaskan, hasil sampel warga positif yang melakukan swab PCR di fasilitas kesehatan swasta dikirimkan ke Pemprov Sumut, bukan ke Pemko Medan.

“Saya katakan seperti itu, saya bukan tak mau disalahkan. Hanya yang milik kamilah yang melapor ke Pemko Medan, jadi terkadang ketika positif kami data. Ketika dites negatif dia melakukan mandiri, terlapor di all report negatif tapi di kami tidak dilapor,” ujar Bobby di Medan, Jumat (10/9).

Karena sistem tersebut, dia mengatakan telah terjadi perbedaan data antara Pemprov Sumut dan Pemko Medan. Alhasil Kota Medan masih berada di PPKM level IV, padahal sudah level III.

Diakuinya persoalan data itu harus diperbaiki agar mendapatkan hasil yang maksimal. “Hal seperti ini yang perlu dibereskan,” tegasnya.

Walaupun sudah berada di PPKM level III, Bobby belum mengizinkan pembelajaran tatap muka digelar. “Belajar tatap muka belum,” katanya.

Penurunan PPKM level IV menjadi III, diakui Bobby disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto saat rapat evaluasi di Rumah Dinas Gubernur Sumut Kamis 9 September 2021 kemarin. Akan tetapi penyampaian masih secara lisan, belum secara resmi atau tertulis. “Secara resmi belum, kalaupun di lapangan kata pak menko sudah level III, secara resmi surat masih level IV jadi belum belajar tatap muka dulu,” bilangnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta kepala daerah untuk memperbaiki pendataan penanganan Covid-19. Hal ini disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Kamis (9/9), saat kunjungan kerja ke Sumut.

“Namun harus jadi catatan, masih ada kasus yang lebih dari 21 hari yang tentunya perlu di-cleansing datanya, apakah sembuh apa meninggal, sehingga itu yang membuat Sumut berada di posisi kedua. Memang bapak presiden meminta angka yang menggantung ini diselesaikan, sehingga penanganannya lebih tajam dan baik,” katanya usai Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM Luar Jawa-Bali di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Kamis (9/9).

Persoalan pendataan yang belum baik ini menurut dia, terjadi di banyak daerah. Ia mencontohkan Lampung, yang menjadi daerah tertinggi positivity ratenya sebesar 7 persen. “Walaupun dia mengakui bahwa jumlahnya tidak segitu, tapi kami sudah tunggu dua minggu datanya pun tidak keluar. Jadi perbaikan data tidak keluar. Kita bisa saja menurunkan level Medan ke bawah, tapi kalau level Medan ini turun ke bawah, kasus ini tidak selesai. Kami juga tidak enak kalau laporan Sumut di flek nomor dua se-Indonesia dan ini sudah beberapa kali 4 besar. Dan bapak presiden selalu menanyakan ada apa dengan Sumut apakah datanya sama dengan Kemenkes. Jadi mohon ini dicek seluruhnya kalau bisa segera diluruskan maka perlu ada perbaikan,” urai ketua umum Partai Golkar itu. (prn/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) terus mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat, dalam satu hari 5.275 orang dinyatakan sembuh dari infeksi virus Corona, Jumat (10/9). Dengan tambahan 5.275 itu, maka saat ini total angka kesembuhan Covid-19 di Sumut naik dari 82.972 orang menjadi 88.247 orang.

Hal ini terlihat berdasarkan data dari Kemenkes RI yang disampaikan BNPB, Jumat (10/9). Dari data itu pula, Sumut menjadi daerah penyumbang terbanyak kasus sembuh secara nasional, 5.275 kasus dari 14.356 kasus. Bahkan, capaian Sumut ini jauh di atas Provinsi Jawa Barat yang ada di bawahnya dengan 930 kasus kesembuhan.

Meski begitu, Sumut masih tetap memperoleh penambahan kasus positif baru sebanyak 350 orang, sehingga total akumulasi kasusnya naik dari 100.744 menjadi 101.094 orang. Dengan begitu, Sumut masih menjadi provinsi tertinggi keempat dalam menyumbangkan 5.376 kasus baru positif di Indonesia.

Sedangkan untuk kasus kematian, Sumut menambah tiga kasus baru, sehingga totalnya naik menjadi 2.565 orang. Atas data tersebut, maka saat ini kasus aktif Covid-19 Sumut menurun signifikan sebesar 4.928 poin, dari sebelumnya 15.210 menjadi 10.282 orang.

Sementara secara nasional, kasus Covid-19 pada Jumat (10/9), bertambah 5.376 kasus dalam sehari. Jumlah itu terdeteksi dari 235 ribu spesimen. Angka kematian Covid-19 masih tinggi di angka 315 jiwa. Kini total sudah 4.158.731 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air.

Angka kematian karena Covid-19 sebanyak 138.431 jiwa. Kematian harian terbanyak terjadi di Jawa Timur 49 jiwa, Jawa Tengah 47 jiwa, Kalimantan Selatan 21 jiwa. Kasus Covid-19 terbanyak harian disumbang Jawa Barat 540 kasus. Kemudian Jawa Timur 515 kasus, Jawa Tengah 505 kasus, Sumatera Utara 350 kasus, dan DKI Jakarta 261 kasus.

Ada 149.780 orang yang diperiksa dengan metode TCM, PCR, dan antigen. Pemeriksaan berpengaruh pada angka positivity harian. Angka positivity rate yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100.

Angka positivity rate orang harian kini sudah satu digit atau 3,5 persen. Sudah mencapai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni harus di bawah 5 persen. Artinya Indonesia sudah berhasil sesuai standar WHO.

Pasien sembuh harian bertambah 14.536 orang. Paling banyak kasus sembuh paling banyak di Sumatera Utara yakni 5.275 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 3.901.766 orang.

Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Hanya ada 3 provinsi di bawah 10 kasus. Dan tak ada satupun provinsi dengan nol kasus.

Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah yang dikonfirmasi membenarkan tingginya capaian angka kesembuhan tersebut. Angka itu, kata Aris, juga didapatkan dengan verifikasi ketat dari data update Kabupaten/Kota yang masuk ke Provinsi Sumut. “Saat ini penanganan Covid-19 di Provinsi Sumut juga telah semakin membaik. Terutama, berkat support dari sejumlah lokasi isolasi terpusat (isoter) yang telah dimiliki di Sumut. Selain itu, treatment kita dalam penanganan Covid-19 ini juga telah semakin percaya diri,” ujarnya singkat.

Data Medan, Madina, Siantar, dan Sibolga Kacau

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi mengungkapkan, ada empat kabupaten dan kota yang memiliki data penanganan Covid-19 tak becus. Yakni Kota Medan, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Menurut Edy, ini disebabkan karena petugas pendataan terkait hal itu gagap teknologi alias gaptek. Padahal, sebut dia, seluruh pendataan kini menggunakan perangkat digital. “Kita empat (daerah) kacau ini. Empat kabupaten kota kacau. Medan, Sibolga, Mandailing Natal dengan Siantar. Kacau ini. Yang lain kacau, tapi limitnya masih dibawah sehingga tidak mendongkrak,” katanya menjawab wartawan, Jumat (10/9).

Ia mencontohkan Kabupaten Madina, di mana terjadi kesalahan pendataan yang menyebabkan daerah itu ditetapkan berstatus PPKM Level 4 dan kemudian dianulir. “Ini contoh Bupati Madina. Mertuanya dengan adik istrinya dinyatakan meninggal. (Padahal) masih hidup mertuanya. Ini siapa yang buat ini meninggal? Begitu sampai ke sana, dia (disebut) 76 meninggal dalam satu minggu padahal cuma 6 meninggal dalam satu minggu. Makanya dia masuk level 4. Inilah, digital ini bagus. Tapi kalau yang mengawaki masih gaptek, inilah hasilnya,” kata Edy.

Di sisi lain, lanjut dia, kondisi Covid-19 di Sumut sudah jauh berangsur membaik. Hanya saja, karena proses update data belum baik, menyebabkan angka Covid-19 masih membengkak. “Kalau ini yakin kita lakukan dengan benar, kita tidak segitu ini. Kita sudah bagus kondisinya. Kenapa sampai 400 sekarang ini? Kalau saya teliti kita double-double (datanya). Kembali lagi, kita gaptek, tidak terlalu jago. Atau daerah-daerah kita itu sinyalnya timbul tenggelam,” ujarnya.

Ia mengaku segera mengevaluasi hal ini. Serta beri sinyal menjadi tugas pertama bagi Kadinkes Sumut, Ismail Lubis yang baru dilantiknya guna memperbaiki kekacauan data tersebut. “Inilah sedang kita evaluasi dan segera nanti kadis kesehatan (menindaklanjutinya). Gubernur kan jagonya. Anak buah dululah. Karena tak mengerti juga saya sampai sejauh itu,” pungkasnya.

Dikonfirmasi soal kacaunya data penanganan Covid-19 di Kota Medan, Wali Kota Bobby Nasution menolak hal itu. Menantu Presiden Jokowi itu menegaskan, hasil sampel warga positif yang melakukan swab PCR di fasilitas kesehatan swasta dikirimkan ke Pemprov Sumut, bukan ke Pemko Medan.

“Saya katakan seperti itu, saya bukan tak mau disalahkan. Hanya yang milik kamilah yang melapor ke Pemko Medan, jadi terkadang ketika positif kami data. Ketika dites negatif dia melakukan mandiri, terlapor di all report negatif tapi di kami tidak dilapor,” ujar Bobby di Medan, Jumat (10/9).

Karena sistem tersebut, dia mengatakan telah terjadi perbedaan data antara Pemprov Sumut dan Pemko Medan. Alhasil Kota Medan masih berada di PPKM level IV, padahal sudah level III.

Diakuinya persoalan data itu harus diperbaiki agar mendapatkan hasil yang maksimal. “Hal seperti ini yang perlu dibereskan,” tegasnya.

Walaupun sudah berada di PPKM level III, Bobby belum mengizinkan pembelajaran tatap muka digelar. “Belajar tatap muka belum,” katanya.

Penurunan PPKM level IV menjadi III, diakui Bobby disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto saat rapat evaluasi di Rumah Dinas Gubernur Sumut Kamis 9 September 2021 kemarin. Akan tetapi penyampaian masih secara lisan, belum secara resmi atau tertulis. “Secara resmi belum, kalaupun di lapangan kata pak menko sudah level III, secara resmi surat masih level IV jadi belum belajar tatap muka dulu,” bilangnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta kepala daerah untuk memperbaiki pendataan penanganan Covid-19. Hal ini disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Kamis (9/9), saat kunjungan kerja ke Sumut.

“Namun harus jadi catatan, masih ada kasus yang lebih dari 21 hari yang tentunya perlu di-cleansing datanya, apakah sembuh apa meninggal, sehingga itu yang membuat Sumut berada di posisi kedua. Memang bapak presiden meminta angka yang menggantung ini diselesaikan, sehingga penanganannya lebih tajam dan baik,” katanya usai Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM Luar Jawa-Bali di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Kamis (9/9).

Persoalan pendataan yang belum baik ini menurut dia, terjadi di banyak daerah. Ia mencontohkan Lampung, yang menjadi daerah tertinggi positivity ratenya sebesar 7 persen. “Walaupun dia mengakui bahwa jumlahnya tidak segitu, tapi kami sudah tunggu dua minggu datanya pun tidak keluar. Jadi perbaikan data tidak keluar. Kita bisa saja menurunkan level Medan ke bawah, tapi kalau level Medan ini turun ke bawah, kasus ini tidak selesai. Kami juga tidak enak kalau laporan Sumut di flek nomor dua se-Indonesia dan ini sudah beberapa kali 4 besar. Dan bapak presiden selalu menanyakan ada apa dengan Sumut apakah datanya sama dengan Kemenkes. Jadi mohon ini dicek seluruhnya kalau bisa segera diluruskan maka perlu ada perbaikan,” urai ketua umum Partai Golkar itu. (prn/ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/