29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Kunjungi Kedai Kopi, Ganjar Bicara Reformasi Indonesia

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berbicara tentang bagaimana masa Reformasi 1998 yang akhirnya melahirkan demokrasi di Indonesia.

Topik inipun muncul dengan sendirinya tatkala Ganjar memilih salah satu buku yang terpanjang di lemari buku di Kedai Kopi Hordja, Jalan Wandelvat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu (11/11/2023) siang.
Kedatangan Ganjar disambut sejumlah tokoh di kedai kopi tersebut.

Dalam sambutannya, Ganjar merasa kagum dan senang bisa berada di Kedai Kopi Hordja Kota Pematangsiantar yang kental dengan nuansa budaya Simalungun.
“Katanya Kedai Kopi Hordja tempat anak muda berkumpul, berdiskusi. Dan saya senang berada di sini,” ujarnya sembari melirik rak buku di sampingnya.
Ia pun mendekat dan mengambil salah satu buku dengan sampul warna merah.

Setelah judul buku dilihat membuat Ganjar kagum.
“Ini dia, buku berjudul Indonesia 1998. Buku ini merupakan sejarah bagaimana Indonesia bangkit dan melahirkan demokrasi. Bagaimana sejarah hak-hak rakyat dibangkitkan kembali,” terang Ganjar.

“Mungkin kalau tidak ada reformasi, saya tidak mungkin hadir di sini. Karena saya bukan anak siapa-siapa. Bukan pejabat. Tapi karena ada reformasi kami bisa menjadi sesuatu,” tambah Ganjar.

Dari reformasi juga menurut ganjar membuahkan Indonesia yang anti KKN. Sebelum reformasi adanya kekuasaan yang besar tidak bisa berganti. Maka kemudian amandemen undang-undang dilakukan yakni dengan memotong masa jabatan presiden hanya dua periode dan ini menjadi konsitusi negara Indonesia.

Pasca Reformasi juga melahirkan kebebasan berdemokrasi dan kebebasan pers. “Sekarang sudah tidak lagi bebas, tapi sudah super bebas. Semuanya memiliki HP dan bebas memoto dan video terus masuk ke media sosial. Dan semua bisa berkomentar apapun asalkan saling menjaga hati nurani,” jelas Ganjar.

Di akhir ungkapannya, Ganjar meminta demokrasi ini tidak melukai hati namun memberikan data dan fakta kepada publik. Bukan malah melodrama-melodrama.

Bersyukur Dikunjungi Ganjar

Jan Wiserdo Sumbayak mengaku kaget setelah Kedai Kopi Hordja miliknya menjadi pilihan Ganjar untuk ngopi.
“Secara pribadi saya tidak punya hubungan dengan Ganjar. Saya juga bukanlah anggota partai. Tapi murni pengusaha kedai kopi,” terang Ganjar.

Jan Wiserdo mengaku tidak mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut Ganjar. Hanya alat pengeras sederhana. Termasuk miniatur Rumah Bolon sebagai souvenir untuk Ganjar.

Jan Wiserdo menambahkan, Kedai Kopi Hordja yang ia bangun sengaja menampilkan aksesoris budaya Simalungun selaku suku asli Kota Pematangsiantar. Sepeti dengan Nama ‘Hordja’ merupakan bahasa Simalungun yang artinya Kerja.

“Semoga apa yang dicita-citakan Ganjar dapat berjalan lancar dan tercapai,” harap Jan Wiserdo.

Kunjungi Musem Simalungun

Sekitar 20 menit ngopi di Kedai Kopi Hordja, Ganjar melanjutkan perjalanan ke Musium Simalungun yang jaraknya hanya 30 meter dari Kopi Hordja sehingga Ganjar hanya jalan kaki saja.
Tiba di Musem Simalungun, Ganjar disambut dengan tari-tarian Budaya Simalungun. Sebagai bentuk pengharagaan, para penetua Adat Simalungun memakaikan Hiou Pamoting (Ulos Simalungun) kepada Ganjar. Pesan dari pada Ulos itu adalah bekerja dan melayani.
Marsiaman Saragih yang juga Anggota DPR RI dari Partai PDI Perjuangan mengatakan agar Ganjar dapat bekerja dengan tulus.

Usai dari Museum Simalungun, Ganjar berangkat ke toko Roti Ganda di Jalan Sutomo. Jaraknya hanya sekitar 1 Km dari Musium Simalungun.
Di toko roti itu, Ganjar memberi kejutan kepada waga. Para pengunjung maupun karyawan roti tidak menyangkut Ganjar hadir di tengah-tengah mereka. Tanpa dikomandoi, Ganjar pun menjadi rebutan untuk foto bersama.
Di sana, Ganjar membeli sebungkus roti ganda dan langsung meninggalkan lokasi karena antusias masyarakat semakin tidak terbendung yang membuat arus lalu lintas sempat macet.
Usai dari Siantar, Ganjar Pranowo melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Simalungun. (mag-7/ram)

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berbicara tentang bagaimana masa Reformasi 1998 yang akhirnya melahirkan demokrasi di Indonesia.

Topik inipun muncul dengan sendirinya tatkala Ganjar memilih salah satu buku yang terpanjang di lemari buku di Kedai Kopi Hordja, Jalan Wandelvat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu (11/11/2023) siang.
Kedatangan Ganjar disambut sejumlah tokoh di kedai kopi tersebut.

Dalam sambutannya, Ganjar merasa kagum dan senang bisa berada di Kedai Kopi Hordja Kota Pematangsiantar yang kental dengan nuansa budaya Simalungun.
“Katanya Kedai Kopi Hordja tempat anak muda berkumpul, berdiskusi. Dan saya senang berada di sini,” ujarnya sembari melirik rak buku di sampingnya.
Ia pun mendekat dan mengambil salah satu buku dengan sampul warna merah.

Setelah judul buku dilihat membuat Ganjar kagum.
“Ini dia, buku berjudul Indonesia 1998. Buku ini merupakan sejarah bagaimana Indonesia bangkit dan melahirkan demokrasi. Bagaimana sejarah hak-hak rakyat dibangkitkan kembali,” terang Ganjar.

“Mungkin kalau tidak ada reformasi, saya tidak mungkin hadir di sini. Karena saya bukan anak siapa-siapa. Bukan pejabat. Tapi karena ada reformasi kami bisa menjadi sesuatu,” tambah Ganjar.

Dari reformasi juga menurut ganjar membuahkan Indonesia yang anti KKN. Sebelum reformasi adanya kekuasaan yang besar tidak bisa berganti. Maka kemudian amandemen undang-undang dilakukan yakni dengan memotong masa jabatan presiden hanya dua periode dan ini menjadi konsitusi negara Indonesia.

Pasca Reformasi juga melahirkan kebebasan berdemokrasi dan kebebasan pers. “Sekarang sudah tidak lagi bebas, tapi sudah super bebas. Semuanya memiliki HP dan bebas memoto dan video terus masuk ke media sosial. Dan semua bisa berkomentar apapun asalkan saling menjaga hati nurani,” jelas Ganjar.

Di akhir ungkapannya, Ganjar meminta demokrasi ini tidak melukai hati namun memberikan data dan fakta kepada publik. Bukan malah melodrama-melodrama.

Bersyukur Dikunjungi Ganjar

Jan Wiserdo Sumbayak mengaku kaget setelah Kedai Kopi Hordja miliknya menjadi pilihan Ganjar untuk ngopi.
“Secara pribadi saya tidak punya hubungan dengan Ganjar. Saya juga bukanlah anggota partai. Tapi murni pengusaha kedai kopi,” terang Ganjar.

Jan Wiserdo mengaku tidak mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut Ganjar. Hanya alat pengeras sederhana. Termasuk miniatur Rumah Bolon sebagai souvenir untuk Ganjar.

Jan Wiserdo menambahkan, Kedai Kopi Hordja yang ia bangun sengaja menampilkan aksesoris budaya Simalungun selaku suku asli Kota Pematangsiantar. Sepeti dengan Nama ‘Hordja’ merupakan bahasa Simalungun yang artinya Kerja.

“Semoga apa yang dicita-citakan Ganjar dapat berjalan lancar dan tercapai,” harap Jan Wiserdo.

Kunjungi Musem Simalungun

Sekitar 20 menit ngopi di Kedai Kopi Hordja, Ganjar melanjutkan perjalanan ke Musium Simalungun yang jaraknya hanya 30 meter dari Kopi Hordja sehingga Ganjar hanya jalan kaki saja.
Tiba di Musem Simalungun, Ganjar disambut dengan tari-tarian Budaya Simalungun. Sebagai bentuk pengharagaan, para penetua Adat Simalungun memakaikan Hiou Pamoting (Ulos Simalungun) kepada Ganjar. Pesan dari pada Ulos itu adalah bekerja dan melayani.
Marsiaman Saragih yang juga Anggota DPR RI dari Partai PDI Perjuangan mengatakan agar Ganjar dapat bekerja dengan tulus.

Usai dari Museum Simalungun, Ganjar berangkat ke toko Roti Ganda di Jalan Sutomo. Jaraknya hanya sekitar 1 Km dari Musium Simalungun.
Di toko roti itu, Ganjar memberi kejutan kepada waga. Para pengunjung maupun karyawan roti tidak menyangkut Ganjar hadir di tengah-tengah mereka. Tanpa dikomandoi, Ganjar pun menjadi rebutan untuk foto bersama.
Di sana, Ganjar membeli sebungkus roti ganda dan langsung meninggalkan lokasi karena antusias masyarakat semakin tidak terbendung yang membuat arus lalu lintas sempat macet.
Usai dari Siantar, Ganjar Pranowo melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Simalungun. (mag-7/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/