KARO, SUMUTPOS.CO – Dampak erupsi Gunung Sinabung yang terjadi selama tiga hari terakhir, menyebabkan petani di Kecamatan Naman Teran, Merdeka, Berastagi dan Kecamatan Dolat Rayat mengalami kerugian sebesar Rp41,8 miliar lebih. Setidaknya, 23 komoditi hortikultura di atas areal 1.483 hektar mengalami kerusakan ringan, sedang, dan parah.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Ir Metehsa Karo-karo saat meninjau lahan pertanian yang terdampak erupsi Gunung Sinabung di perladangan Sukatepu Kecamatan Naman Teran. Menurutnya, berdasarkan laporan kerugian sektor pertanian dampak erupsi Gunung Sinabung.
sebanyak 23 jenis jenis komuditi pertanian mengalami kerusakan level ringan, sedang dan berat. “Kerusakan ringan 69,2 persen, sedang 2,2, persen, dan rusak berat mencapai 28,6 persen,” ujar Kadis Pertanian Kabupaten Karo, Metehsa Karo-Karo, Selasa (11/8/2020).
Menurutnya, erupsi yang terjadi pada, Senin (10/8) kemarin, tidak menambah luas areal paparan. Hanya saja menambah volume debu vulkanik di atas tanaman warga. Terkait penambahan areal yang mengalami kerusakan pasca erupsi kemarin, sesuai keterangan Kadis Pertanian pihaknya masih melakukan pendataan lapangan.
Metehsa juga mengungkapkan, Dinas Pertanian Karo merekomendasikan penggunaan blower untuk menyingkirkan debu yang melekat pada daun-daun dan batang tanaman. “Selanjutnya dilakukan penyiraman dengan air bersih dan penyemprotan fungisida dan zat daun agar tunas muda muncul kembali agar tidak terhalang proses fotosintesis,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provsu Ir H Dahler Lubis MMA menyebutkan, sebagai tahap awal bantuan yang disalurkan dari Provinsi Sumut adalah blower dan fungisida, secepatnya akan di kirim ke Karo. “Kemudian, kita akan menginventarisir kebutuhan petani paskaerupsi, terutama yang paling mendesak. Dinas Pertanian Provinsi sudah programkan di musim Covid-19 ada tanaman jagung, tetapi tanaman jagung tak kena di sini. Tomat dan Cabai juga ada. Tetapi yang jelas, dalam meringankan beban petani Karo, kita akan ada di sana. Tetapi yang tertutama kita berharap turun hujan untuk membersihkan tanaman petani, “ jelasnya.
Menyikapi erupsi ini, seorang petani dari Desa Sukatepu menyebutkan, pengalamannya selama bertanam kentang sejak 2010, 2013 hingga 2020, tanaman kentang yang terdampak paparan material debu vulkanik masih bisa diselamatakan dengan perlakuan khusus, tetapi biayanya cukup lumayan tinggi.
Udara di Medan Normal
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumut tengah mencermati lebih detil dampak erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, terhadap pencemaran udara bahkan kerusakan lingkungan di wilayah ini. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada DLH Sumut, Fauzi Ibsa Tarigan mengatakan, meski penyebaran abu vulkanik Gunung Sinabung pada Senin kemarin kabarnya sampai ke negara tetangga, Malaysia, untuk Kota Medan sendiri yang notabene ibukota Provinsi Sumut, justru tidak tercemar.
“Medan tidak tercemar, malah angkanya normal rata-rata. Alat kami bilang tak ada. Kami kan ada alat yang online, normal angkanya,” katanya kepada Sumut Pos, Selasa (11/8).
Amatan Sumut Pos pada siang kemarin, udara Kota Medan diselimuti kabut ringan. Namun DLH Sumut menyebutkan, kabut tersebut bukan akibat abu vulkanik dari erupsi Sinabung. “Kalau biasanya sudah di atas tertutup matahari udara menjadi dingin lalu besoknya kabut. Namanya kan sudah di atas debu-debunya. Tapi dari alat kami bilang (Medan) tidak tercemar kabut,” katanya lagi.
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat siang hari kemarin mengguyur Kota Medan dan sekitarnya, justru membantu kualitas udara dari kabut dampak erupsi Gunung Sinabung. “Berkabut, tapi hari ini tidak ada yang meletus kan? Kalau menurut BMKG hari ini tidak ada yang meletus. Sinabung karakternya begitu, jika sudah meletus akan terus erupsi. Tapi letusan yang besar itu, ya semalam itu. Ditambah lagi hujan hari ini, terbantu sekali, jadi udara kita di Medan ini aman,” ungkapnya.
Sesuai laporan dari kabupaten dan kota usai semburan awan panas Sinabung, lanjut Fauzi, dampak pencemaran udara akibat debu vulkanik tersebut justru paling signifikan terjadi di Kota Tebingtinggi.
“Kalau di Karo sendiri sudah pastilah ya, karena merupakan sumber dari letusan gunung. Namun pada hari itu kita hanya mendapat laporan dari Tebingtinggi saja, bahwa abunya sampai ke sana terbawa angin. Untuk daerah lain, selain menunggu laporan, juga sedang kami lakukan persiapan pengamatan dengan kabupaten dan kota secara detil. Sedang kita setting bagaimana ngepungnya. Pada prinsipnya seluruh daerah mesti meningkatkan kewaspadaan,” pungkasnya.
Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis mengaku tengah berada di Karo untuk memantau perkembangan erupsi Gunung Sinabung. “Nanti ya saya info perkembangannya,” katanya.
Pihaknya tetap meminta warga tak melakukan aktivitas di radius 5 km dari Gunung Sinabung. Warga juga diminta selalu memakai masker untuk mencegah bahaya abu vulkanik. “Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh,” tuturnya.
Pasca letusan Sinabung, Dinkes Sumut pun sebelumnya telah mengimbau seluruh warga memakai masker. “Diimbau kepada masyarakat agar memakai masker dikarenakan abu vulkanik tersebut berbahaya mengandung belerang, kaca dan racun dan ada efek kepada saluran pernafasan atau paru-paru. Dua jam ke depan abu mengarah ke Medan-Langkat,” demikian isi imbauan Dinkes Sumut yang beredar, Senin (10/8). Sekretaris Dinkes Sumut, Aris Yudhariansyah, membenarkan imbauan dimaksud. Dia berharap warga patuh demi menjaga kesehatan. (bbs/prn)