25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Limbah Penggilingan Padi Ganggu Warga Seirampah

Abu Berterbangan Ganggu Pernapasan dan Kulit Gatal-gatal

SERGAI-Kilang penggilingan padi milik Wiliam alias Ayen di Pasar Baru Desa Firdaus Kecamatan Seirampah Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) mengganggu kehidupan warga. Hampir setiap hari warga yang tinggal di sekitar kilang berhadapan dengan debu. Dampaknya, udara tercemat sehingga menggangu pernapasan dan kulit warga gatal-gatal. Tidak cuma itu saja, abu sisa dari penggilingan padi itu berterbangan hingga menutupi rumah warga di sekitar kilang.

Sudarso (45), warga setempat kepada Sumut Pos, Kamis sore (11/10) menuturkan bahwa abu sisa penggilingan padi itu terbang dibawa angin dari kilang ke pemukiman warga di sekitarnya.

Kata Sudarso, itu terjadi karena dinding pada kilang tidak mampu menghalau abu hasil penggilingan padi itu.

“Aduh, apabila kilang melakukan aktivitasnya, warga semua terganggu, mulai dari jemuran pakaian kotor semua dan bahkan atap dan di dalam rumah selalu berisi abu bekas penggilingan padi, setiap jam kami harus menyapu untuk membersihkannya,” keluh Sudarso.

Masih kata Sudarso untuk kejadian tersebut, warga sudah melaporkannya kepada pemilik penggilingan padi, namun sang pemilik seolah tidak menggubris permasalahan warga. Kepada Pemerintah setempat, warga berharap Bapak Bupati Sergai mengambil sikap dengan permasalahan ini, karena polusi dari kilang padi tersebut sangat berbahaya.

“Masyarakat di sini hampir seluruhnya mengeluh akibat debu abu bekas penggilingan padi itu mencemri lingkungan warga, diharapakan Pemkab setempat cepat merespon keinginan kami di sini,” harap Sudarso.

Hal senada diungkapkan Misni (24), warga yang tinggal tepat di belakang bangunan kilang padi itu. Kata wanita itu, dia sangat resah dan kebingungan untuk mengatasi abu sekam padi yang hampir setiap hari terbang ke rumahnya.

Dampak yang ditimpulkan dari abu padi itu, katanya, anaknya sering menderita gatal-gatal pada kulit serta sesak napas.

“Yang terpenting kami meminta agar kilang padi harus dibangun dengan tembok pembatas yang lebih tinggi agar abunya tidak berterbangan ke luar. Ini orang yang enak-enak mendapatkan keuntungan, warga yang kesusahan dan menderita,” keluh Misni.

Sementara Ayen pemilik kilang dengan nada kecil mengatakan bahwa tak pernah warga sekitar yang komplen dengan kilang padi ini. Bahkan pihaknya sudah melakukan survei langsung ke masyarakat. “Jangan dipermalukan, warga sekitar juga tahu dengan saya,” kata Ayen.

Camat Seirampah, Drs Pajar Simbolon mengaku belum mendapat laporan dari warga akibat dampak abu yang ditimbulkan oleh kilang penggilingan padi tersebut. “Nanti kita cek dampak yang ditimbulkan,” kata Pajar. (mag-3)

Abu Berterbangan Ganggu Pernapasan dan Kulit Gatal-gatal

SERGAI-Kilang penggilingan padi milik Wiliam alias Ayen di Pasar Baru Desa Firdaus Kecamatan Seirampah Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) mengganggu kehidupan warga. Hampir setiap hari warga yang tinggal di sekitar kilang berhadapan dengan debu. Dampaknya, udara tercemat sehingga menggangu pernapasan dan kulit warga gatal-gatal. Tidak cuma itu saja, abu sisa dari penggilingan padi itu berterbangan hingga menutupi rumah warga di sekitar kilang.

Sudarso (45), warga setempat kepada Sumut Pos, Kamis sore (11/10) menuturkan bahwa abu sisa penggilingan padi itu terbang dibawa angin dari kilang ke pemukiman warga di sekitarnya.

Kata Sudarso, itu terjadi karena dinding pada kilang tidak mampu menghalau abu hasil penggilingan padi itu.

“Aduh, apabila kilang melakukan aktivitasnya, warga semua terganggu, mulai dari jemuran pakaian kotor semua dan bahkan atap dan di dalam rumah selalu berisi abu bekas penggilingan padi, setiap jam kami harus menyapu untuk membersihkannya,” keluh Sudarso.

Masih kata Sudarso untuk kejadian tersebut, warga sudah melaporkannya kepada pemilik penggilingan padi, namun sang pemilik seolah tidak menggubris permasalahan warga. Kepada Pemerintah setempat, warga berharap Bapak Bupati Sergai mengambil sikap dengan permasalahan ini, karena polusi dari kilang padi tersebut sangat berbahaya.

“Masyarakat di sini hampir seluruhnya mengeluh akibat debu abu bekas penggilingan padi itu mencemri lingkungan warga, diharapakan Pemkab setempat cepat merespon keinginan kami di sini,” harap Sudarso.

Hal senada diungkapkan Misni (24), warga yang tinggal tepat di belakang bangunan kilang padi itu. Kata wanita itu, dia sangat resah dan kebingungan untuk mengatasi abu sekam padi yang hampir setiap hari terbang ke rumahnya.

Dampak yang ditimpulkan dari abu padi itu, katanya, anaknya sering menderita gatal-gatal pada kulit serta sesak napas.

“Yang terpenting kami meminta agar kilang padi harus dibangun dengan tembok pembatas yang lebih tinggi agar abunya tidak berterbangan ke luar. Ini orang yang enak-enak mendapatkan keuntungan, warga yang kesusahan dan menderita,” keluh Misni.

Sementara Ayen pemilik kilang dengan nada kecil mengatakan bahwa tak pernah warga sekitar yang komplen dengan kilang padi ini. Bahkan pihaknya sudah melakukan survei langsung ke masyarakat. “Jangan dipermalukan, warga sekitar juga tahu dengan saya,” kata Ayen.

Camat Seirampah, Drs Pajar Simbolon mengaku belum mendapat laporan dari warga akibat dampak abu yang ditimbulkan oleh kilang penggilingan padi tersebut. “Nanti kita cek dampak yang ditimbulkan,” kata Pajar. (mag-3)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/