30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tak Terganggu Ambil-alih, Tetap Maksimalkan Produksi

Jalan-jalan ke Pabrik Peleburan Aluminum PT Inalum di Kuala Tanjung Batubara

Menjelang berakhirnya kontrak PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) di Tanjung Gading, Batubara pada Oktober 2013, disebut-sebut perusahaan tersebut akan diambil alih Pemerintah Indonesia. Di tengah isu itu, perusahaan tetap berproduksi.

Syaifullah/Triadi, BATUBARA

Ditemani Staf Humas, Julian Faisal, Sumut Pos menuju pabrik yang jaraknya sekitar 17 Km dari Komplek Perumahan Karyawan PT Inalum di Tanjung Gading. Tepat, Selasa (10/1) Pukul 09.00 WIB berangkat. Di pabrik, Sumut Pos disambut Senior Manager Humas Ir H Subagiyo Ibnoe dan Manager Humas Moranta Simanjuntak.

Dari keduanya mengalir sejumlah kisah. Bahwa 12 perusahaan yang mendirikan PT Inalum bersama pihak Indonesia sepakat membentuk usaha bersama di Jakarta. Nama usaha itu adalah Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo, yang sah berdiri pada 25 November 1975.
Setahun kemudian, tepatnya 6 Januari 1976 NAA bersama Indonesia sepakat mendirikan PT Inalum.  Pada pendiriannya mayoritas saham PT Inalum sebesar 90 persen dipegang Jepanng. Tapi, pada akhirnya saham berevolusi pada 1998, pembagian saham menjadi 58,88 persen (Jepang) dan 41,12 persen (Indonesia).

Tak lama di ruangan bidang Humas PT Inalum, Sumut Pos diajak keliling oleh Julian Faisal. Helm dan kemeja lengan panjang wajib dikenakan. Saftey Firts. Darinya didapat ‘wisata pabrik aluminium’ yang dilakoni dengan antusias. Awalnya Sumut Pos menjelejah bagian luar pabrik. Yang mayoritas terlihat disana adalah instalasi listrik. Ada juga tabung-tabung berukuran besar.

Pabrik yang dibangun menghadap Selat Malaka. Sumut Pos berkeliling menumpangi mobil, karena luas area mencapai 200 hektar. Itupun tak semua dijelajahi. Bahkan ada titik-titik yang kurang bersahabat dengan barang elektronik, bahkan Sumut Pos enggan turun di titik tersebut.

Dalam paparannya, pabrik yang berdiri sejak 36 tahyun lalu mampu  menghasilkan rata-rata 225.000 ton aluminium per tahun. Jadi, tugas utama pabrik adalah mereduksi alumina (serbuk aluminium) menjadi aluminium dengan menggunakan alumina, karbon, dan listrik.

Pabrik ini memiliki tiga pabrik utama yakni pabrik karbon, pabrik reduksi dan pabrik penuangan.

Yang ingin Sumut Pos lihat tentu saja proses pembuatan hingga tercipta ingot aluminium. Ditemani Rahmad salah satu pengawas peleburan, Sumut Pos berkesempatan melihat-lihat ingot aluminium yang siap diekspor.  Adapun berap ingot per batang mencapai 22,7 kg.

Ngomong-ngomong, perusahaan ini bakal ‘free’ pada 2013. Kontrak jangka panjang pihak Jepang dan Indonesia tadi bakal berakhir tahun depan. Proses ambil-alih tadilah yang kini jadi isu nasional. Semua pihak, apalagi karyawan pasti tahu soal ini meskipun pada kenyataannya mereka tak begitu terganggu. Geber hasil produksi maksimal; hanya itulah yang ada di benak karyawan. (habis)

Jalan-jalan ke Pabrik Peleburan Aluminum PT Inalum di Kuala Tanjung Batubara

Menjelang berakhirnya kontrak PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) di Tanjung Gading, Batubara pada Oktober 2013, disebut-sebut perusahaan tersebut akan diambil alih Pemerintah Indonesia. Di tengah isu itu, perusahaan tetap berproduksi.

Syaifullah/Triadi, BATUBARA

Ditemani Staf Humas, Julian Faisal, Sumut Pos menuju pabrik yang jaraknya sekitar 17 Km dari Komplek Perumahan Karyawan PT Inalum di Tanjung Gading. Tepat, Selasa (10/1) Pukul 09.00 WIB berangkat. Di pabrik, Sumut Pos disambut Senior Manager Humas Ir H Subagiyo Ibnoe dan Manager Humas Moranta Simanjuntak.

Dari keduanya mengalir sejumlah kisah. Bahwa 12 perusahaan yang mendirikan PT Inalum bersama pihak Indonesia sepakat membentuk usaha bersama di Jakarta. Nama usaha itu adalah Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo, yang sah berdiri pada 25 November 1975.
Setahun kemudian, tepatnya 6 Januari 1976 NAA bersama Indonesia sepakat mendirikan PT Inalum.  Pada pendiriannya mayoritas saham PT Inalum sebesar 90 persen dipegang Jepanng. Tapi, pada akhirnya saham berevolusi pada 1998, pembagian saham menjadi 58,88 persen (Jepang) dan 41,12 persen (Indonesia).

Tak lama di ruangan bidang Humas PT Inalum, Sumut Pos diajak keliling oleh Julian Faisal. Helm dan kemeja lengan panjang wajib dikenakan. Saftey Firts. Darinya didapat ‘wisata pabrik aluminium’ yang dilakoni dengan antusias. Awalnya Sumut Pos menjelejah bagian luar pabrik. Yang mayoritas terlihat disana adalah instalasi listrik. Ada juga tabung-tabung berukuran besar.

Pabrik yang dibangun menghadap Selat Malaka. Sumut Pos berkeliling menumpangi mobil, karena luas area mencapai 200 hektar. Itupun tak semua dijelajahi. Bahkan ada titik-titik yang kurang bersahabat dengan barang elektronik, bahkan Sumut Pos enggan turun di titik tersebut.

Dalam paparannya, pabrik yang berdiri sejak 36 tahyun lalu mampu  menghasilkan rata-rata 225.000 ton aluminium per tahun. Jadi, tugas utama pabrik adalah mereduksi alumina (serbuk aluminium) menjadi aluminium dengan menggunakan alumina, karbon, dan listrik.

Pabrik ini memiliki tiga pabrik utama yakni pabrik karbon, pabrik reduksi dan pabrik penuangan.

Yang ingin Sumut Pos lihat tentu saja proses pembuatan hingga tercipta ingot aluminium. Ditemani Rahmad salah satu pengawas peleburan, Sumut Pos berkesempatan melihat-lihat ingot aluminium yang siap diekspor.  Adapun berap ingot per batang mencapai 22,7 kg.

Ngomong-ngomong, perusahaan ini bakal ‘free’ pada 2013. Kontrak jangka panjang pihak Jepang dan Indonesia tadi bakal berakhir tahun depan. Proses ambil-alih tadilah yang kini jadi isu nasional. Semua pihak, apalagi karyawan pasti tahu soal ini meskipun pada kenyataannya mereka tak begitu terganggu. Geber hasil produksi maksimal; hanya itulah yang ada di benak karyawan. (habis)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/