29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tertinggi di Indonesia Kedua di Dunia

Soal Hari Raya Nyepi di Sumatera Utara memang cenderung biasanya saja, tidak seperti Bali maupun Lombok. Tapi, siapa bilang bilang kalau Sumut tidak memiliki monumen penting bagi umat Hindu?

TERTINGGI: Patung Dewa Murugan setinggi 17 meter  berada   sisi Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovildi Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.//M AFFANDI/SUMUT POS
TERTINGGI: Patung Dewa Murugan setinggi 17 meter yang berada di sisi Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovildi Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.//M AFFANDI/SUMUT POS

Cobalah kunjungi kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil. Kuil yang terletak sekitar 35 Km dari Kota Medan ini, tepatnya di Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat cukup menarik untuk dikunjungi. Dibangun pada 1824, kuil ini memang tidak begitu besar, hanya sekitar 5×8 meter persegi dengan berbagai macam arca dewa di sekeliling dinding kuil Namun ratusan pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri sudah menginjakkan kakinya di kuil ini. Nah, apa yang menarik dari kuil hingga wisatawan berbondong-bondong mengunjungi tempat ibadah agama Hindu ini?

Bila melihat bangunan kuil, memang tidak ada yang istimewa. Bangunan kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil sama seperti kuil-kuil lain yang ada di Indonesia. Namun yang menarik dan menjadi pusat perhatian masyarakat yaitu patung Dewa Murugan setinggi 55 kaki atau sekitar 17 meter menjulang ke langit di sisi kiri kuil.

Patung yang diresmikan Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr. IBG. Yudha Triguna pada 28 Oktober 2012 silam ini, sangat menawan. Letaknya yang hanya sekitar 20 meter di pinggir jalan utama Binjai-Bahorok, membuat semua mata selalu memandanginya acap kali melintas.

Lebih dari itu, dengan warna keemasan yang mengkilap di seluruh lapisan tubuh arca, membuat patung tersebut seperti hidup dan memanggil setiap pengguna jalan yang melintas di depan kuil. Sehingga setiap kali melihat patung, pengguna jalan atau wisatawan selalu berdecak kagum.

Menurut pemilik kuil sekaligus arca Dewa Murugan, RK Sanggere Linggam Thevar, saat ditemui di lokasi kuil, bangunan patung ini termotivasi dari niat orangtuanya yang semasa hidup banyak mendapat petunjuk dan bantuan dari Dewa Murugan.

“Saya bangun sendiri pakai uang pribadi, karena saya sangat mengagumi dan percaya dengan Dewa Murugan yang selalu memberikan banyak keberkatan bagi saya,” ungkapnya.

Selain itu, ungkapnya, pembangunan patung dewa Murugan ini awalnya datang dari putra sulungnya yang bekerja di India. Saat itu, dia membawa seorang temannya dan sangat mengagumi kuil yang dibangunnya. Kemudian, dia berinisiatif membangun arca Dewa Murugan dan mendapt respon dari warga India tadi.

Berkat dukungan warga India tadilah, pembangunan arca Dewa Murugan mulai dikerjakan dengan mendatangkan langsung arsitek dari tanah kelahiran Mahatma Gandhi tersebut. “Semula arsitek yang datang dua orang, kemudian ditambah lagi tujuh orang, jadi sembilan orang arsitek India yang membangun arca ini sejak 2011,” jelasnya.

Dipilihnya arsitek dari India, kata Sanggere, untuk menyesuaikan wajah dan karakter dari seluruh arca yang ada di kuil dan arca Dewa Murugan seperti aslinya yang berasal dari tanah Delhi.

“Bukan kita nggak mau pakai arsitek lokal karena pernah kita coba arsitek dari Bali, tapi bentuk wajah arca yang dibuat cendrung ke wajah orang Bali, sementara yang kita inginkan wajah orang India asli,” sebutnya.

Untuk pondasinya saja, sambungnya, sampai kedalaman 6 meter. Sehingga patung nampak kokoh dan dirancang agar tahan terhadap gempa yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Karena patung Shri Murugan ini, merupakan patung terbesar kedua di Dunia setelah patung Murugan di Malaysia dan nomor satu tertinggi di Indonesia saat ini.

“Ya, untuk membangun patung ini, kita menghabiskan dana Rp1,5 miliar dan hasilnya cukup memuaskan. Saat ini patung Murugan di kuil kita menjadi patung Murugan tertinggi di Indonesia dan nomor dua dunia setelah Malaysia,” terangnya.

Selain tempat peribadatan, lokasi kuil juga terbuka bagi siapa saja yng ingin berkunjung untuk melihat atau mengabadikan dari dekat patung Shri Murugan. Sehingga tak jarang, turis asing yang berkunjung ke objek wisata Bukit Lawang, Bahorok, menyempatkan diri untuk melihat keindahan patung tersebut.

“Kalau turis asing sudah banyak yang berkunjung kemari, mulai dari India, Malaysia, Singapura bahkan turis asal Eropa sengaja berhenti di kuil ini untuk melihat dari dekat patung dewa kesejahteraan ini,” sebutnya.

Sayangnya, meski terbuka untuk umum, patung Dewa Murugan ini berada di dalam komplek kuil, sehingga untuk masuk ke dalam, harus terlebih dahulu meminta izin dari penghuni atau penjaga komplek yang juga termasuk keluarga RK Sanggere Linggam Thevar. Karena komplek kuil, dikelilingi tembok batu berwarna merah putih.

“Saya ada maksud untuk membeli lagi lahan di depan kuil untuk memperluas arealnya, tapi sampai saat ini belum ada yang menjual. Kuil ini terbuka untuk umum, tidak ada dibatasi baik untuk orang yang sembahyang maupun sekedar melihat patung Shri Murugan saja, tembok ini hanya untuk pembatas lahan atau tanah saya saja,” ungkapnya.

Ke depannya, dia hanya merawat dan memperbaiki patung dan kuil tanpa menambah lagi koleksi patung raksasanya. “Sudah, saya rasa cuma satu patung ini saja yang kita bangun, tidak ada lagi patung lain,” pungkasnya.

Nyepi, Jalanan Medan Lengang
Sementara itu, sejumlah ruas jalan di Kota Medan masih terlihat lengang pada Selasa (12/3). Kebetulan, hari tersebut merupakan peringatan Hari Raya Nyepi bagi yang menganut agama Hindu dan juga hari libur nasional.

Menurut pantuan Sumut Pos di Jalan Setia Budi, Jalan Sudirman, Jalan Patimura, Jalan Diponegoro, Jalan Gajah Mada dan jalan-jalan lainnya, arus lalu lintas terlihat minim. Bahkan, kendaraan yang melintas pun satu per satu. Meski traffict light di persimpangan Jalan Iskandar Muda dengan Jalan Gajah Mada sempat padam, tidak menyebabkan kemacetan seperti biasa.

Di beberapa lokasi Kota Medan, saat melintas di daerah itu tercium aroma kemenyaan dan dupa yang dibakar saat melakukan sembahyang peringatan umat Hindu di Medan. Sebelumnya umat Hindu telah mengikuti prosesi Bhutayadnya atau Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Raksa Bhuana Jalan Polonia No 216 Medan.

Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 diawali dengan Upacara Bhutayadnya atau Tawur Agung Kesanga yang bertujuan untuk membina hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan), manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Salah seorang pengendara bernama Johan (30) mengatakan, kondisi jalan yang sepi membuat dirinya merasa nyaman dalam berkendara. Hal ini sulit didapatkan pada hari-hari biasa. “Kondisi ini membuat saya merasa nyaman berkendara. Jarang terjadi seperti ini,” katanya.

Kondisi kontras terjadi dengan mall-mall di Kota Medan. Sejumlah mall di Medan terlihat ramai, seperti Medan Plaza dan Madan Fair Plaza. Kedua mall yang berdekatan tersebut terlihat dipenuhi pengunjung.

“Ini kesempatan jalan-jalan bersama keluarga, karena hari ini libur. Liburnya kan hanya satu hari, jadi tidak bisa ke luar kota,” kata, Sugiono (45), seorang pengunjung Medan Plaza yang datang bersama keluarganya. (ndi/mag-7)

Soal Hari Raya Nyepi di Sumatera Utara memang cenderung biasanya saja, tidak seperti Bali maupun Lombok. Tapi, siapa bilang bilang kalau Sumut tidak memiliki monumen penting bagi umat Hindu?

TERTINGGI: Patung Dewa Murugan setinggi 17 meter  berada   sisi Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovildi Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.//M AFFANDI/SUMUT POS
TERTINGGI: Patung Dewa Murugan setinggi 17 meter yang berada di sisi Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovildi Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.//M AFFANDI/SUMUT POS

Cobalah kunjungi kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil. Kuil yang terletak sekitar 35 Km dari Kota Medan ini, tepatnya di Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat cukup menarik untuk dikunjungi. Dibangun pada 1824, kuil ini memang tidak begitu besar, hanya sekitar 5×8 meter persegi dengan berbagai macam arca dewa di sekeliling dinding kuil Namun ratusan pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri sudah menginjakkan kakinya di kuil ini. Nah, apa yang menarik dari kuil hingga wisatawan berbondong-bondong mengunjungi tempat ibadah agama Hindu ini?

Bila melihat bangunan kuil, memang tidak ada yang istimewa. Bangunan kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil sama seperti kuil-kuil lain yang ada di Indonesia. Namun yang menarik dan menjadi pusat perhatian masyarakat yaitu patung Dewa Murugan setinggi 55 kaki atau sekitar 17 meter menjulang ke langit di sisi kiri kuil.

Patung yang diresmikan Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr. IBG. Yudha Triguna pada 28 Oktober 2012 silam ini, sangat menawan. Letaknya yang hanya sekitar 20 meter di pinggir jalan utama Binjai-Bahorok, membuat semua mata selalu memandanginya acap kali melintas.

Lebih dari itu, dengan warna keemasan yang mengkilap di seluruh lapisan tubuh arca, membuat patung tersebut seperti hidup dan memanggil setiap pengguna jalan yang melintas di depan kuil. Sehingga setiap kali melihat patung, pengguna jalan atau wisatawan selalu berdecak kagum.

Menurut pemilik kuil sekaligus arca Dewa Murugan, RK Sanggere Linggam Thevar, saat ditemui di lokasi kuil, bangunan patung ini termotivasi dari niat orangtuanya yang semasa hidup banyak mendapat petunjuk dan bantuan dari Dewa Murugan.

“Saya bangun sendiri pakai uang pribadi, karena saya sangat mengagumi dan percaya dengan Dewa Murugan yang selalu memberikan banyak keberkatan bagi saya,” ungkapnya.

Selain itu, ungkapnya, pembangunan patung dewa Murugan ini awalnya datang dari putra sulungnya yang bekerja di India. Saat itu, dia membawa seorang temannya dan sangat mengagumi kuil yang dibangunnya. Kemudian, dia berinisiatif membangun arca Dewa Murugan dan mendapt respon dari warga India tadi.

Berkat dukungan warga India tadilah, pembangunan arca Dewa Murugan mulai dikerjakan dengan mendatangkan langsung arsitek dari tanah kelahiran Mahatma Gandhi tersebut. “Semula arsitek yang datang dua orang, kemudian ditambah lagi tujuh orang, jadi sembilan orang arsitek India yang membangun arca ini sejak 2011,” jelasnya.

Dipilihnya arsitek dari India, kata Sanggere, untuk menyesuaikan wajah dan karakter dari seluruh arca yang ada di kuil dan arca Dewa Murugan seperti aslinya yang berasal dari tanah Delhi.

“Bukan kita nggak mau pakai arsitek lokal karena pernah kita coba arsitek dari Bali, tapi bentuk wajah arca yang dibuat cendrung ke wajah orang Bali, sementara yang kita inginkan wajah orang India asli,” sebutnya.

Untuk pondasinya saja, sambungnya, sampai kedalaman 6 meter. Sehingga patung nampak kokoh dan dirancang agar tahan terhadap gempa yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Karena patung Shri Murugan ini, merupakan patung terbesar kedua di Dunia setelah patung Murugan di Malaysia dan nomor satu tertinggi di Indonesia saat ini.

“Ya, untuk membangun patung ini, kita menghabiskan dana Rp1,5 miliar dan hasilnya cukup memuaskan. Saat ini patung Murugan di kuil kita menjadi patung Murugan tertinggi di Indonesia dan nomor dua dunia setelah Malaysia,” terangnya.

Selain tempat peribadatan, lokasi kuil juga terbuka bagi siapa saja yng ingin berkunjung untuk melihat atau mengabadikan dari dekat patung Shri Murugan. Sehingga tak jarang, turis asing yang berkunjung ke objek wisata Bukit Lawang, Bahorok, menyempatkan diri untuk melihat keindahan patung tersebut.

“Kalau turis asing sudah banyak yang berkunjung kemari, mulai dari India, Malaysia, Singapura bahkan turis asal Eropa sengaja berhenti di kuil ini untuk melihat dari dekat patung dewa kesejahteraan ini,” sebutnya.

Sayangnya, meski terbuka untuk umum, patung Dewa Murugan ini berada di dalam komplek kuil, sehingga untuk masuk ke dalam, harus terlebih dahulu meminta izin dari penghuni atau penjaga komplek yang juga termasuk keluarga RK Sanggere Linggam Thevar. Karena komplek kuil, dikelilingi tembok batu berwarna merah putih.

“Saya ada maksud untuk membeli lagi lahan di depan kuil untuk memperluas arealnya, tapi sampai saat ini belum ada yang menjual. Kuil ini terbuka untuk umum, tidak ada dibatasi baik untuk orang yang sembahyang maupun sekedar melihat patung Shri Murugan saja, tembok ini hanya untuk pembatas lahan atau tanah saya saja,” ungkapnya.

Ke depannya, dia hanya merawat dan memperbaiki patung dan kuil tanpa menambah lagi koleksi patung raksasanya. “Sudah, saya rasa cuma satu patung ini saja yang kita bangun, tidak ada lagi patung lain,” pungkasnya.

Nyepi, Jalanan Medan Lengang
Sementara itu, sejumlah ruas jalan di Kota Medan masih terlihat lengang pada Selasa (12/3). Kebetulan, hari tersebut merupakan peringatan Hari Raya Nyepi bagi yang menganut agama Hindu dan juga hari libur nasional.

Menurut pantuan Sumut Pos di Jalan Setia Budi, Jalan Sudirman, Jalan Patimura, Jalan Diponegoro, Jalan Gajah Mada dan jalan-jalan lainnya, arus lalu lintas terlihat minim. Bahkan, kendaraan yang melintas pun satu per satu. Meski traffict light di persimpangan Jalan Iskandar Muda dengan Jalan Gajah Mada sempat padam, tidak menyebabkan kemacetan seperti biasa.

Di beberapa lokasi Kota Medan, saat melintas di daerah itu tercium aroma kemenyaan dan dupa yang dibakar saat melakukan sembahyang peringatan umat Hindu di Medan. Sebelumnya umat Hindu telah mengikuti prosesi Bhutayadnya atau Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Raksa Bhuana Jalan Polonia No 216 Medan.

Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 diawali dengan Upacara Bhutayadnya atau Tawur Agung Kesanga yang bertujuan untuk membina hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan), manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Salah seorang pengendara bernama Johan (30) mengatakan, kondisi jalan yang sepi membuat dirinya merasa nyaman dalam berkendara. Hal ini sulit didapatkan pada hari-hari biasa. “Kondisi ini membuat saya merasa nyaman berkendara. Jarang terjadi seperti ini,” katanya.

Kondisi kontras terjadi dengan mall-mall di Kota Medan. Sejumlah mall di Medan terlihat ramai, seperti Medan Plaza dan Madan Fair Plaza. Kedua mall yang berdekatan tersebut terlihat dipenuhi pengunjung.

“Ini kesempatan jalan-jalan bersama keluarga, karena hari ini libur. Liburnya kan hanya satu hari, jadi tidak bisa ke luar kota,” kata, Sugiono (45), seorang pengunjung Medan Plaza yang datang bersama keluarganya. (ndi/mag-7)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/