KISARAN-Terungkap sudah motif yang melatar belakangi perbuatan sadis Khairul Azmi alias Mimi alias Bayi Ajaib menyerang Briptu M Riduan Efendi alias Iwan Caiya-caiya, personel Subden 3/B Brimob Tanjungbalai. Tersangka mengaku, perbuatannya itu dilatarbelakangi dendam. Korban disebutkannya, kerap melontarkan pernyataan bernada mengintimidasi terhadap dirinya.”Mentang–mentang aku orang kecil, miskin, jadi sepele kali dia (korban,red). Suka-suka hatinya sama ku Pak!” aku si Bayi Ajaib, saat diwawancarai Metro Asahan (Grup Sumut Pos), di sela-sela temu pers, pemaparan pengungkapan kasus tersebut di Mapolres Asahan, Minggu (12/5).
Menurut tersangka, rasa dendamnya terhadap tersangka, sudah mulai memuncak dalam beberapa waktu terakhir. Konon kata dia, hal itu disebabkan sikap korban, yang dianggapnya terlalu berlebihan.
Statusnya sebagai aparat hukum, menurut tersangka, kerap membuat korban berbuat semena-mena di kawasan Kampung Tengah, khususnya terhadap dirinya.
“Tiap kali ketemu atau sekadar papapasan, aku selalu diogapnya. Diancam mau ditangkapkan lah, diancam mau dihabisilah Pak. Aku heran, nggak tahu apa salahku sama dia! Aku sadar memang Pak, aku belakangan cuma kerja serabutan, miskin pula,” keluh tersangka, dengan mata berkaca-kaca.
Selasa silam, persis dua hari sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, sambil terus mencucurkan air mata, tersangka mengaku kembali di intimidasi oleh korban sebanyak dua kali. Pertama, ketika mereka bertemu di sebuah pondok tempat pemuda kawasan Kampung Tengah biasa nongkrong, dan kali keduaa, saat mereka berpapasan di Gang Rukun. “Kau – kau aja jumpa ku bah ! Awas kau nanti ya, kalau dapatku selahmu,”katanya.(sus/smg)
selesai kau ku buat,” ancam korban, sebagaimana ditirukan tersangka.
Saat malam nahas itu tiba, ayah dari empat orang anak, yang baru beberapa minggu berhenti dari pekerjaanya sebagai buruh bongkar muat di salahsatu gudang pupuk di Kota Kisaran ini mengaku melihat korban memasuki kawasan Kampung Tengah. Tak ingin kembali diintimidasi, tersangka pun memilih pulang. Namun, saat melintasi gudang botot di kawasan itu, dia menemukan sebilah parang berkarat sepanjang 1 meter lebih. Seketika itu juga kata tersangka, parang itu diraihnya. “Pas mau pulang, dapat parang di depan gudang botot. Langsung ku ambil, aku balik ngejar dia. Waktu itu, posisinya mau nyagakkan keretanya, langsung ku babat aja. Lupa berapa kali, tapi sampai jatuh. Sempat dia lari, ku kejar, terus ku teriakin maling. Warga berdatangan, aku langsung cabut,” kata tersangka, yang mengaku menyesal telah melakukan perbuatan tersebut.
Motif dendam terhadap korban, hingga memicu tersangka berbuat nekat juga diamini Kapolres Asahan AKBP Yustan Alpiani, didampingi Kasat Reskrim AKP Fahrizal, dan Kanit Resum, Iptu Triyatno Pamungkas, SH. Menurut mereka, dalam pemeriksaan, tersangka dengan jujur telah mengakui perbuatannya, dan mengaku, nekat melakukan tindakan itu karena kerap digertak oleh korban.
“Motifnya dendam. Tersangka mengaku sering mendapatkan tekanan dari korban, hingga membuat dirinya merasa terpojok,” tegas Yustan.(sus)