SUMUTPOS.CO – Sudah hampir setahun lamanya Mustina Sinaga (38) hidup dalam belenggu di gubuk 2×2 meter, dipasung, di sebuah ladang yang sunyi, di Desa Ladang Tengah, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Orangtuanya melakukan itu karena Mustina mengalami gangguan jiwa.
Ibu dua orang anak ini terpaksa dikurung dan dipasung orangtuanya, Kamma. Gangguan kejiwaan ini dialami pasca melahirkan anaknya yang kedua. Menurut pengakuan Ompung Parulian Simatupang (67), seorang warga sekitar, sewaktu pertama kali mengunjungi tempat Mustina dikurung, mengatakan, ia dan istrinya, Katarina Sigalingging pada saat itu, tidak sanggup melihat kondisi Mustina.
“Hati saya miris melihatnya, karena ia (Mustina) selalu minta tolong agar gembok kurungannya dibuka. Karena ia tidak tahan lagi di dalam. Ia mengaku tidak sakit dan tidak gila,” kata Ompung Parulian menirukan perkataan Mustina.
Sesuai penuturan orangtua Mustina dan keluarganya kepada Ompung Parulian, Mustina merupakan tamatan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Barus Tapteng. Sesudah tamat, ia berangkat merantau ke Medan. Tidak berapa lama merantau langsung menikah dengan suaminya, Suhery. Dari hasil pernikahan tersebut, pasangan ini memiliki seorang anak.
“Setelah 20 hari melahirkan anak pertamanya, ada masalah dalam rumah tangga mereka. Suaminya pergi kerja satu harian tidak pulang-pulang tanpa memberi kabar dan pesan. Hal itu membuat Mustina terpukul mentalnya. Dari situlah awalnya Mustina tidak sadarkan diri,” terangnya.
Melihat kondisi tersebut, Mustina sempat dibawa berobat dan sehat kembali. Menyusul pulangnya kembali suami Mustina. Dan, setelah melahirkan anak keduanya, penyakit Mustina kambuh kembali dan kelakuannya menjadi aneh. Terkadang, Mustina mau memaki orang, jalan-jalan ke kampung tetangga hingga bermalam di rumah orang lain.
“Karena takut terjadi yang tidak diinginkan, maka keluarganya, termasuk orangtuanya mengurung Mustina,” ungkapnya.
Lanjut diungkapkan Ompung Parulian, melihat kondisi Mustina mengalami gangguan kejiwaan, suaminya pun pergi meninggalkannya dan membawa kedua anak mereka.
“Kondisi itulah yang membuat Mustina semakin terpukul, tidak bisa ketemu dengan kedua anaknya. Karena kedua orangtua Mustina adalah orang miskin, tidak sanggup membawa berobat ke rumah sakit jiwa, satu cara mereka adalah dengan mengurungnya dalam ruangan kecil itu. Kedua orangtua Mustina sangat mengharapkan dukungan dari dermawan yang mau membawa putri pertamanya berobat ke rumah sakit jiwa,” pungkas Simatupang. (ts/ara/jpg/saz)