MEDAN- Bandara Kualanamu yang terletak di Deliserdang, nantinya akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara. Bagaimana tidak, Kualanamu merupakan bandara terbesar kedua setelah Soekarno-Hatta. Pembangunannya menelan danaberkisar Rp5,5 triliau. Namun dana ini masih terbilang murah dibanding negara lain.
Kepala Proyek Kualanamu atau Project Implementation Unit (PIU) AP II Joko Wasito mengatakann
dana pembangunan Kualanamu ini dianggap biasa untuk sebuah bandar udara internasional. Walaupun begitu, biaya tersebut bisa dikatakan murah bila dibandingkan dengan biaya pembangunan bandara-bandara di negara lain. “Saya misalkan dengan bandara internasional KUL (Kuala Lumpur) yang diperkirakan mencapai Rp30 T. Singapura hampir Rp100 T, dan Thailand yang mencapai Rp50 T. Jadi, kita bisa dikatakan murah,” ujarnya.
Dijelaskannya, perbedaan dana ini banyak alasannya. Salah satunya gaji dari para pekerjanya. Seperti, insiyur, dan buruh. “Kalau disana, gaji insiyur nyakan mencapai Rp50 juta. Kalau kita, itu sudah yang sangat senior. Gaji buruh juga, bisa dikatakan kita cukup murah,” jelasnya.
Selain upah yang berbeda, material dalam bangunan juga berbeda. Misalnya, di beberapa bandara internasional di luar negeri menggunakan material dari emas, perak, dan lainnya. “Kalau kita cukup stainless steel saja. Yang penting aman untuk penerbangan,” lanjut Joko.
Hal lain misalnya, dalam berbagai aksesoris yang tersedia di bandara. Seperti karpet misalnya, di bandara Kuala Lumpur, karpetnya berasal dari Arab. Sedangkan untuk Indonesia, karpetnya masih yang terbuat dari Cina dan lainnya.
Joko menyatakan, bagian yang paling mahal di Kualanamu adalah landasa, yang menghabiskan uang sekitar Rp1 T. Kemudian terminal, dan bagian alat navigasi seperti radar, dan ILS. “Biaya untuk semuanya masing-masing Rp1 T. Dengan kata lain, permeternya, bandara Kualanamu dibangun dengan biaya sebesar Rp11 juta.” tambahnya.
Bila dibandingkan dengan bandara internasional lainnya, jelas Kualanamu kalah. Tetapi nilai lebih dari Kualanamu ada, luas bandara yang menjadi daya tarik. “Kalau untuk standar Indonesia, nilai pembangunan Kualanamu itu wajar. Yang penting sama kita kan, keselamatan penerbangan,” pungkasnya. (ram)