LONDON, SUMUTPOS.CO – Meski belum tertular virus HIV/AIDS, namun pria yang menyukai sesama jenis atau gay disarankan mengonsumsi pil antiretroviral (ARV). Pil itu biasanya diberikan pada penderita HIV/AIDS untuk diminum seumur hidup. Tujuannya mencegah virusnya berkembang.
Bukan tanpa alasan WHO menyarankan orang gay minum ARV sebelum tertular virus HIV/AIDS. Sebab berdasar penelitian WHO, dengan menenggak ARV, kemungkinan mereka tertular penyakit tersebut tersebut juga bakal berkurang. Gerakan gay mengkonsumsi ARV ini ditengarai mampu mencegah jutaan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) baru selama lebih dari 10 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dini tersebut mampu mengurangi kemungkinan tertular HIV hingga 92 persen. Dan jika program tersebut berjalan, maka kasus HIV/AIDS di seluruh dunia juga bisa berkurang sebanyak 25 persen.
“Bagaimanapun juga, kami perlu untuk terus mengevaluasi seberapa efektif treatment ini untuk mencegah HIV pada pria gay,” ujar dr Rosemary Gillespie dari Terrence Higgins Trust. Saat ini metode tersebut sedang diujicobakan di Inggris.
Selama ini kemungkinan gay tertular HIV/AIDS memang tinggi. Yaitu 19 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang melakukan hubungan seks secara normal. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut pada pekerja seksual yang “hanya” 14 kali lebih tinggi dari orang normal.
Meski begitu, para aktivis takut bahwa kampanye penggunaan ARV ini akan membuat para gay ini tak lagi menggunakan kondom. Padahal selama ini kondom dianggap sebagai pencegah utama penularan HIV/AIDS. Terkait hal ini, para peneliti meminta agar penggunaan kondom tetap dilakukan ditambah dengan konsumsi ARV. (BBC/sha/dos)
LONDON, SUMUTPOS.CO – Meski belum tertular virus HIV/AIDS, namun pria yang menyukai sesama jenis atau gay disarankan mengonsumsi pil antiretroviral (ARV). Pil itu biasanya diberikan pada penderita HIV/AIDS untuk diminum seumur hidup. Tujuannya mencegah virusnya berkembang.
Bukan tanpa alasan WHO menyarankan orang gay minum ARV sebelum tertular virus HIV/AIDS. Sebab berdasar penelitian WHO, dengan menenggak ARV, kemungkinan mereka tertular penyakit tersebut tersebut juga bakal berkurang. Gerakan gay mengkonsumsi ARV ini ditengarai mampu mencegah jutaan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) baru selama lebih dari 10 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dini tersebut mampu mengurangi kemungkinan tertular HIV hingga 92 persen. Dan jika program tersebut berjalan, maka kasus HIV/AIDS di seluruh dunia juga bisa berkurang sebanyak 25 persen.
“Bagaimanapun juga, kami perlu untuk terus mengevaluasi seberapa efektif treatment ini untuk mencegah HIV pada pria gay,” ujar dr Rosemary Gillespie dari Terrence Higgins Trust. Saat ini metode tersebut sedang diujicobakan di Inggris.
Selama ini kemungkinan gay tertular HIV/AIDS memang tinggi. Yaitu 19 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang melakukan hubungan seks secara normal. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut pada pekerja seksual yang “hanya” 14 kali lebih tinggi dari orang normal.
Meski begitu, para aktivis takut bahwa kampanye penggunaan ARV ini akan membuat para gay ini tak lagi menggunakan kondom. Padahal selama ini kondom dianggap sebagai pencegah utama penularan HIV/AIDS. Terkait hal ini, para peneliti meminta agar penggunaan kondom tetap dilakukan ditambah dengan konsumsi ARV. (BBC/sha/dos)