33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

PGN Hanya Bisa Memasok 6,5 Juta Meter Kubik

General Manager PGN SBU III Sumbagut Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.
General Manager PGN SBU III Sumbagut, Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasokan gas untuk industri di Sumatera Utara belum juga terpenuhi sesuai kebutuhan. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk SBU III Sumbagut hanya bisa menyalurkan 6,5 juta meter kubik per bulan, sementara kebutuhan industri Sumut lebih besar.

”Saat ini, PGN hanya bisa menyalurkan 6,5 juta meter kubik per bulan. Sementara gas yang dibutuhkan dibutuhkan kalangan industri mencapai 3 kali lipat. Gas yang disalurkan PGN masih hanya untuk 49 pelanggan industri. Itupun belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan mereka,” kata General Manager PGN SBU III Sumbagut Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.

Ia mengatakan, krisis gas di Sumut sudah sangat lama terjadi sehingga penambahan pasokan gas sangat mendesak. ”PGN sudah ada di Medan sejak tahun 1985. Medan merupakan kota kedua setelah Cirebon untuk penyaluran gas, disusul Jakarta. Selama ini, kita mendapat pasokan gas dari Pertamina. Dan pasokan yang kita terima belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” katanya.

PGN sendiri, lanjutnya, memiliki pelanggan dari kalangan rumah tangga. Jumlahnya mencapai 19 ribu pelanggan. ”Hanya saja, rumah tangga hanya mengonsumsi gas 1-2 persen saja, dengan harga langganan hanya 30 ribu sebulan. Untuk rumah tangga, harga disubsidi, hanya dikenakan Rp2.700 per meter kubik. Tidak ada untungnya. Makin banyak pelanggan rumah tangga, makin rugi,” jelasnya.

Sementara untuk industri dikenakan harga Rp6.500 per meter kubik. Sayang, pasokan gas tidak mencukupi.

Meski pelanggan rumah tangga dinilai tidak menguntungkan, PGN tetap melayani bahkan menggelar Program ’Sayang Ibu’ dengan target sejuta pelanggan di Indonesia. ”Tujuannya lebih untuk melayani,” terangnya.

Apa solusi dari PGN mengatasi kurangnya pasokan gas di Sumatera Utara ini? Yos menjelaskan, PGN Tbk SBU III Sumbagut menargetkan pembangunan kilang gas alam cair (LNG) mini dimulai tahun ini.Rencananya pembangunan dilakukan tiga anak perusahaan PGN yang sekaligus melakukan kajian detail proyek ini. Ketiganya yakni PT PGN Solution, PT PGN LNG Indonesia, dan PT Gagas Energi. Selain mengkaji rencana pembangunan, ketiga anak perusahaan ini juga ditunjuk sebagai operator pembangunan LNG mini di Sumut. “Besar kemungkinan pembangunan akan kami mulai pada tahun ini. Mengenai detail pembangunan, seperti alokasi anggaran, kami masih menunggu hasil kajian,” katanya.

Selain dari sisi konstruksi, PGN juga akan mengkaji lebih detail mengenai sumber gas apakah berasal dari Floating Storage Receiving Terminal (FRSU) di Lampung atau Batam. Yang pasti, PGN akan mencari ke daerah yang lebih dekat dengan Sumut sehingga harga ritel pada hilir atau sampai ke pengusaha tidak terlalu mahal dan memberatkan pengusaha.

“Yang pasti kami menginginkan paling efisien agar harga gas di hilir bisa bersaing dan tidak terlalu tinggi sehingga tidak memberatkan industri,” ujarnya. (mea)

General Manager PGN SBU III Sumbagut Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.
General Manager PGN SBU III Sumbagut, Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasokan gas untuk industri di Sumatera Utara belum juga terpenuhi sesuai kebutuhan. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk SBU III Sumbagut hanya bisa menyalurkan 6,5 juta meter kubik per bulan, sementara kebutuhan industri Sumut lebih besar.

”Saat ini, PGN hanya bisa menyalurkan 6,5 juta meter kubik per bulan. Sementara gas yang dibutuhkan dibutuhkan kalangan industri mencapai 3 kali lipat. Gas yang disalurkan PGN masih hanya untuk 49 pelanggan industri. Itupun belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan mereka,” kata General Manager PGN SBU III Sumbagut Yosviandri, dalam acara berbuka puasa bersama insan pers, akhir pekan kemarin.

Ia mengatakan, krisis gas di Sumut sudah sangat lama terjadi sehingga penambahan pasokan gas sangat mendesak. ”PGN sudah ada di Medan sejak tahun 1985. Medan merupakan kota kedua setelah Cirebon untuk penyaluran gas, disusul Jakarta. Selama ini, kita mendapat pasokan gas dari Pertamina. Dan pasokan yang kita terima belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” katanya.

PGN sendiri, lanjutnya, memiliki pelanggan dari kalangan rumah tangga. Jumlahnya mencapai 19 ribu pelanggan. ”Hanya saja, rumah tangga hanya mengonsumsi gas 1-2 persen saja, dengan harga langganan hanya 30 ribu sebulan. Untuk rumah tangga, harga disubsidi, hanya dikenakan Rp2.700 per meter kubik. Tidak ada untungnya. Makin banyak pelanggan rumah tangga, makin rugi,” jelasnya.

Sementara untuk industri dikenakan harga Rp6.500 per meter kubik. Sayang, pasokan gas tidak mencukupi.

Meski pelanggan rumah tangga dinilai tidak menguntungkan, PGN tetap melayani bahkan menggelar Program ’Sayang Ibu’ dengan target sejuta pelanggan di Indonesia. ”Tujuannya lebih untuk melayani,” terangnya.

Apa solusi dari PGN mengatasi kurangnya pasokan gas di Sumatera Utara ini? Yos menjelaskan, PGN Tbk SBU III Sumbagut menargetkan pembangunan kilang gas alam cair (LNG) mini dimulai tahun ini.Rencananya pembangunan dilakukan tiga anak perusahaan PGN yang sekaligus melakukan kajian detail proyek ini. Ketiganya yakni PT PGN Solution, PT PGN LNG Indonesia, dan PT Gagas Energi. Selain mengkaji rencana pembangunan, ketiga anak perusahaan ini juga ditunjuk sebagai operator pembangunan LNG mini di Sumut. “Besar kemungkinan pembangunan akan kami mulai pada tahun ini. Mengenai detail pembangunan, seperti alokasi anggaran, kami masih menunggu hasil kajian,” katanya.

Selain dari sisi konstruksi, PGN juga akan mengkaji lebih detail mengenai sumber gas apakah berasal dari Floating Storage Receiving Terminal (FRSU) di Lampung atau Batam. Yang pasti, PGN akan mencari ke daerah yang lebih dekat dengan Sumut sehingga harga ritel pada hilir atau sampai ke pengusaha tidak terlalu mahal dan memberatkan pengusaha.

“Yang pasti kami menginginkan paling efisien agar harga gas di hilir bisa bersaing dan tidak terlalu tinggi sehingga tidak memberatkan industri,” ujarnya. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/