29 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Bayi tanpa Anus Meninggal

LUBUK PAKAM- Perjuangan warga Dusun IV Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubukpakam pupus sudah. Bayi perempuan tanpa anus yang dilahirkan Rapina boru Simamora (30) ini meninggal setelah 11 jam mendapat perawatan sejak Kamis (11/10). Meninggalnya bayi perempuan itu membuat kebahagian Rapina boru Simamora yang berprofesi sebagai tukang cuci pakaian ini kandas. Isak tangis menyelimuti ibu- ibu yang berada di lingkungan itu, tentu saja Rapina ibu si bayi yang sejak bulan April lalu itu ditinggalkan suaminya Monang Siahaan yang merantau di Pekanbaru, Riau.

Disebutkannya semenjak menikah dengan Monang beberapa tahun silam, kehidupan ekonomi Rapina sangat sulit. Untuk menopang biaya hidup, Rapina terpaksa bekerja serabutan yakni mencari upahan dengan bekerja di sawah orang lain hingga terpaksa menjadi tukang cuci. Melihat situasi makin sulit, Monang mengajak Rapina dan anak pertamanya bernama Fami (1,7 tahun) mengadu nasib di Pekanbaru, Riau.

Ternyata mencari hidup di Pekanbaru tidak seperti yang dibayangkannya. Setahun lebih berada di Pekanbaru, ekonomi rumah tangga Rapina tidak langsung berubah kearah lebih baik. Entah apa penyebabnya, sekitar bulan April tahun 2012 lalu, walaupun sudah berbadan dua (hamil) Rapina kembali ke kampung halamannya di Dusun IV Desa Pagar Jati, Lubukpakam.

Kehadiran Rapina kembali di kampung halamannya itu sempat membuat warga sekitar heran karena Rapina datang tanpa anak pertama dan suaminya. Akhirnya, pasangan keluarga F Manullang dan E boru Pakpahan menawarkan Rapina untuk tinggal di rumah yang disewa mereka. Jadilah Rapina tinggal di rumah permanen tanpa diplester itu.

Seiring waktu, kandungan Rapina kian hari kian membesar. Upah hasil mencuci pakaian yang tidak seberapa itu hanya cukup untuk biaya sehari-harinya saja. Sehingga Rapina sangat jarang melakukan pemeriksaan kandunganya akibat keterbatasan dana. Saat untuk melahirkan tiba bagi Rapina. Dengan dibantu bidan boru Sihite, Rapina melahirkan bayi tanpa anus. Mengetahui bayi perempuannya memiliki kejanggalan itu, Rapina hanya pasrah. Niat mau membawa ke rumah sakit diurungkannya karena tidak memiliki dana. Jumat (12/10) malam, Rapina mau menyerahkan bayinya kepada seseorang yang berencana mengadopsinya. Entah mengapa dan tanpa alasan yang jelas, bayi itu gagal diadopsi.

Dibantu beberapa warga yang simpatik akan nasib Rapina, Jumat (12/10) tengah malam, bayinya diboyong ke Rumah sakit Adam Malik. Tim medis rumah sakit milik Pemprovsu itu langsung menangani bayi itu dengan intensif. Namun nasib berkata lain, Sabtu (13/10) sekira pukul 10.00 WIB, bayi malang itu meninggal dunia.(btr)

LUBUK PAKAM- Perjuangan warga Dusun IV Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubukpakam pupus sudah. Bayi perempuan tanpa anus yang dilahirkan Rapina boru Simamora (30) ini meninggal setelah 11 jam mendapat perawatan sejak Kamis (11/10). Meninggalnya bayi perempuan itu membuat kebahagian Rapina boru Simamora yang berprofesi sebagai tukang cuci pakaian ini kandas. Isak tangis menyelimuti ibu- ibu yang berada di lingkungan itu, tentu saja Rapina ibu si bayi yang sejak bulan April lalu itu ditinggalkan suaminya Monang Siahaan yang merantau di Pekanbaru, Riau.

Disebutkannya semenjak menikah dengan Monang beberapa tahun silam, kehidupan ekonomi Rapina sangat sulit. Untuk menopang biaya hidup, Rapina terpaksa bekerja serabutan yakni mencari upahan dengan bekerja di sawah orang lain hingga terpaksa menjadi tukang cuci. Melihat situasi makin sulit, Monang mengajak Rapina dan anak pertamanya bernama Fami (1,7 tahun) mengadu nasib di Pekanbaru, Riau.

Ternyata mencari hidup di Pekanbaru tidak seperti yang dibayangkannya. Setahun lebih berada di Pekanbaru, ekonomi rumah tangga Rapina tidak langsung berubah kearah lebih baik. Entah apa penyebabnya, sekitar bulan April tahun 2012 lalu, walaupun sudah berbadan dua (hamil) Rapina kembali ke kampung halamannya di Dusun IV Desa Pagar Jati, Lubukpakam.

Kehadiran Rapina kembali di kampung halamannya itu sempat membuat warga sekitar heran karena Rapina datang tanpa anak pertama dan suaminya. Akhirnya, pasangan keluarga F Manullang dan E boru Pakpahan menawarkan Rapina untuk tinggal di rumah yang disewa mereka. Jadilah Rapina tinggal di rumah permanen tanpa diplester itu.

Seiring waktu, kandungan Rapina kian hari kian membesar. Upah hasil mencuci pakaian yang tidak seberapa itu hanya cukup untuk biaya sehari-harinya saja. Sehingga Rapina sangat jarang melakukan pemeriksaan kandunganya akibat keterbatasan dana. Saat untuk melahirkan tiba bagi Rapina. Dengan dibantu bidan boru Sihite, Rapina melahirkan bayi tanpa anus. Mengetahui bayi perempuannya memiliki kejanggalan itu, Rapina hanya pasrah. Niat mau membawa ke rumah sakit diurungkannya karena tidak memiliki dana. Jumat (12/10) malam, Rapina mau menyerahkan bayinya kepada seseorang yang berencana mengadopsinya. Entah mengapa dan tanpa alasan yang jelas, bayi itu gagal diadopsi.

Dibantu beberapa warga yang simpatik akan nasib Rapina, Jumat (12/10) tengah malam, bayinya diboyong ke Rumah sakit Adam Malik. Tim medis rumah sakit milik Pemprovsu itu langsung menangani bayi itu dengan intensif. Namun nasib berkata lain, Sabtu (13/10) sekira pukul 10.00 WIB, bayi malang itu meninggal dunia.(btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/