32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Warga Dua Kelurahan Bakar Kafe Esek-esek

Binjai Kian Memanas

BINJAI- Aksi massa terus terjadi di Kota Binjai. Belum tuntas persoalan perang saudara di Desa Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai, yang menewaskan seorang warga, muncul konflik berdarah di Kelurahan Sumber Karya, Kecamatan Binjai Timur antar dua kelompok pemuda yang saling bacok hingga mengakibatkan dua dua pemuda mengalami luka bacok.

Minggu malam (13/5) sekira pukul 21.30 WIB, sedikitnya 300 massa dari Kelurahan Limau Sundai dan Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat, membakar sejumlah kafe esek-esek yang diduga kerab dijadikan tempat mabuk-mabukan dan prostitusi di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, warga yang berang karena pemilik warung Zoelfan Nasution (59), tidak mengindahkan permintaan warga untuk menutup kafe. Malah, aksi house musik terus dikumandangkan pengelola kafe hingga dini hari setiap malamnya.

Kemarahan warga pun kian memuncak ketika house musik tetap berbunyi ketika kumandang azan atau waktu salat tiba. Karena lokasi kafe hanya berjarak 500 meter dari Masjid Al Hikma, tempat warga sekitar menjalankan ibadah.

“Bagaimana kita tidak berang. Masak menghidupkan musik dari pagi hinga pagi lagi. Sudah itu, jika azan tiba pemilik warung tidak memperdulikannya. Apalagi pemilik kafe bukan orang tempatan,” kata H Ali, salah seorang warga yang melakukan aksi.

Aksi massa ini bermula, saat dibangunnya kafe esek-esek sekitar dua bulan lalu. Selama berdirinya kafe esek-esek di kampung mereka, sejak itupula tidur malam dan pelaksanaan ibadah mereka terganggu.  Beberapa warga pun sempat mendatangi kafe esek-esek ini meminta para pengelolanya untuk mengindahkan waktu istirahat warga dan waktu beribadah. Namun kafe tersebut tetap tak menggubris.

Lantas, warga memberitahukan kerasahan ini ke Polsek Binjai Barat untuk menindak lanjuti permohonan warga ini. Setelah menunggu berapa lama, sampai saat ini laporan lisan itu tak kunjung direspon petugas kepolisian, hingga terjadi pergearakan massa.

“Baru dua minggu lalu kami mengadakan pertemuan dengan pihak kepolisian, dan pemilik usaha untuk menutup tempat itu, tapi, tampaknnya pemilik tidak bergeming sedikitpun dan polisi tidak merespon permintaan warga,” tambah H Ali.

Tak ingin kampungnya dikotori kafe esek-esek, warga dari dua kelurahan ini sepakat untuk bertindak sendiri dengan membakar kafe. Tanpa ada komando, warga langsung menyulut kafe semi permanen berukuran 4 X5 meter itu dengan api.

Alhasil, pengunjung yang sedang menikmati minuman beralkohol di dalam kafe pontang panting menyelamatkan diri. Beruntung, keganasan warga tidak pada pengunjung kafe, sehingga belasan pengunjung kafe dibiarkan lari dari lokalisasi. Tapi, pemilik kafe harus menerima amukan massa yang kesal dengan menghajarnya hingga babak belur. Setelah menghajar pemilik kafe, warga langsung membawanya beserta 4 unit sepeda motor pengunjung ke Polsek Binjai Barat. Lantas, mereka meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak pemilik kafe esek-esek tersebut.

“Bagaimana kita nggak berang. Saat kita datang  mereka  (pengunjung kafe, Red) asik menenggak minuman keras ditemani wanita. Ya, kita bakar saja biar sekalian publik tahu, jika hukum rimba sudah berjalan. Karena, sudah bagus-bagus kita minta tak dindahkan, polisi juga tak ada tindakan, jadi mau diapain lagi kalau kita tidak bertindak, apa kita biarkan saja maksiat di kampung kita?” geram Wati (37) sesaat setelah melakukan aksi.  Wati juga mengaku terkejut melihat massa yang datang begitu banyak. Soalnya, aksi ini hanya dari mulut ke mulut tanpa ada komando. “Wah, ramai kali masyarakat yang turun. Seluruh masyarakat dari dua kelurahan turun semua untuk menghanguskan tempat itu,” tandasnya.

Tindakan warga ini sontak mengusik Kapolresta Binjai. Orang nomor satu di Polresta Binjai ini langsung turun ke lokasi guna menentramkan masyarakat yang sudah emosi. Akhirnnya, setelah didata dan pemilik warung berjanji tidak membuka warung itu lagi, barulah warga yang tadinnya memadati Polsek Binjai Barat berangsur-angsur meninggalkan kantor polisi dan pulang ke rumah masing-masing.

“Pemilik warung memang bukan orang sini. Mereka kalau nggak salah warga Jalan Salak, Kelurahan Umar Baki, Binjai Barat,. Namun, beberapa bulan lalu pemilik warung meminta izin kepada saya untuk mendirikan rumah di lokasi tersebut. Karena saya pikir hanya untuk tempat tinggal, jadi saya perbolehkan,” ungkap Lurah Limau Sundai Samoel Lombantoruan.

Sementara kafe esek-esek yang dibakar warga, rata dengan tanah dan terdapat drum serta botol minuman keras di lokasi itu. Tidak hanya itu, di lokasi juga ditemukan sebuah celana dalam wanita yang diduga milik wanita penghibur di kafe esek-esek tersebut. Kasat Reskrim Polresta Binjai AKP Aris Fianto ketika dihubungi membenarkan peristiwa itu. “Memang benar dibakar, tapi bukan kafe melainkan warung tuak. Lebih jelasnya tanya ke Polsek Binjai barat saja, karena kami cuma back up,” ujarnya. (ndi)

Binjai Kian Memanas

BINJAI- Aksi massa terus terjadi di Kota Binjai. Belum tuntas persoalan perang saudara di Desa Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai, yang menewaskan seorang warga, muncul konflik berdarah di Kelurahan Sumber Karya, Kecamatan Binjai Timur antar dua kelompok pemuda yang saling bacok hingga mengakibatkan dua dua pemuda mengalami luka bacok.

Minggu malam (13/5) sekira pukul 21.30 WIB, sedikitnya 300 massa dari Kelurahan Limau Sundai dan Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat, membakar sejumlah kafe esek-esek yang diduga kerab dijadikan tempat mabuk-mabukan dan prostitusi di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, warga yang berang karena pemilik warung Zoelfan Nasution (59), tidak mengindahkan permintaan warga untuk menutup kafe. Malah, aksi house musik terus dikumandangkan pengelola kafe hingga dini hari setiap malamnya.

Kemarahan warga pun kian memuncak ketika house musik tetap berbunyi ketika kumandang azan atau waktu salat tiba. Karena lokasi kafe hanya berjarak 500 meter dari Masjid Al Hikma, tempat warga sekitar menjalankan ibadah.

“Bagaimana kita tidak berang. Masak menghidupkan musik dari pagi hinga pagi lagi. Sudah itu, jika azan tiba pemilik warung tidak memperdulikannya. Apalagi pemilik kafe bukan orang tempatan,” kata H Ali, salah seorang warga yang melakukan aksi.

Aksi massa ini bermula, saat dibangunnya kafe esek-esek sekitar dua bulan lalu. Selama berdirinya kafe esek-esek di kampung mereka, sejak itupula tidur malam dan pelaksanaan ibadah mereka terganggu.  Beberapa warga pun sempat mendatangi kafe esek-esek ini meminta para pengelolanya untuk mengindahkan waktu istirahat warga dan waktu beribadah. Namun kafe tersebut tetap tak menggubris.

Lantas, warga memberitahukan kerasahan ini ke Polsek Binjai Barat untuk menindak lanjuti permohonan warga ini. Setelah menunggu berapa lama, sampai saat ini laporan lisan itu tak kunjung direspon petugas kepolisian, hingga terjadi pergearakan massa.

“Baru dua minggu lalu kami mengadakan pertemuan dengan pihak kepolisian, dan pemilik usaha untuk menutup tempat itu, tapi, tampaknnya pemilik tidak bergeming sedikitpun dan polisi tidak merespon permintaan warga,” tambah H Ali.

Tak ingin kampungnya dikotori kafe esek-esek, warga dari dua kelurahan ini sepakat untuk bertindak sendiri dengan membakar kafe. Tanpa ada komando, warga langsung menyulut kafe semi permanen berukuran 4 X5 meter itu dengan api.

Alhasil, pengunjung yang sedang menikmati minuman beralkohol di dalam kafe pontang panting menyelamatkan diri. Beruntung, keganasan warga tidak pada pengunjung kafe, sehingga belasan pengunjung kafe dibiarkan lari dari lokalisasi. Tapi, pemilik kafe harus menerima amukan massa yang kesal dengan menghajarnya hingga babak belur. Setelah menghajar pemilik kafe, warga langsung membawanya beserta 4 unit sepeda motor pengunjung ke Polsek Binjai Barat. Lantas, mereka meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak pemilik kafe esek-esek tersebut.

“Bagaimana kita nggak berang. Saat kita datang  mereka  (pengunjung kafe, Red) asik menenggak minuman keras ditemani wanita. Ya, kita bakar saja biar sekalian publik tahu, jika hukum rimba sudah berjalan. Karena, sudah bagus-bagus kita minta tak dindahkan, polisi juga tak ada tindakan, jadi mau diapain lagi kalau kita tidak bertindak, apa kita biarkan saja maksiat di kampung kita?” geram Wati (37) sesaat setelah melakukan aksi.  Wati juga mengaku terkejut melihat massa yang datang begitu banyak. Soalnya, aksi ini hanya dari mulut ke mulut tanpa ada komando. “Wah, ramai kali masyarakat yang turun. Seluruh masyarakat dari dua kelurahan turun semua untuk menghanguskan tempat itu,” tandasnya.

Tindakan warga ini sontak mengusik Kapolresta Binjai. Orang nomor satu di Polresta Binjai ini langsung turun ke lokasi guna menentramkan masyarakat yang sudah emosi. Akhirnnya, setelah didata dan pemilik warung berjanji tidak membuka warung itu lagi, barulah warga yang tadinnya memadati Polsek Binjai Barat berangsur-angsur meninggalkan kantor polisi dan pulang ke rumah masing-masing.

“Pemilik warung memang bukan orang sini. Mereka kalau nggak salah warga Jalan Salak, Kelurahan Umar Baki, Binjai Barat,. Namun, beberapa bulan lalu pemilik warung meminta izin kepada saya untuk mendirikan rumah di lokasi tersebut. Karena saya pikir hanya untuk tempat tinggal, jadi saya perbolehkan,” ungkap Lurah Limau Sundai Samoel Lombantoruan.

Sementara kafe esek-esek yang dibakar warga, rata dengan tanah dan terdapat drum serta botol minuman keras di lokasi itu. Tidak hanya itu, di lokasi juga ditemukan sebuah celana dalam wanita yang diduga milik wanita penghibur di kafe esek-esek tersebut. Kasat Reskrim Polresta Binjai AKP Aris Fianto ketika dihubungi membenarkan peristiwa itu. “Memang benar dibakar, tapi bukan kafe melainkan warung tuak. Lebih jelasnya tanya ke Polsek Binjai barat saja, karena kami cuma back up,” ujarnya. (ndi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/