25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Literasi Digital, Membangun Daerah dengan Digital Platform

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Literasi Digital bertujuan agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital. Kemudian bermanfaat bagi putra-putri bangsa dalam membangun daerahnya masing-masing melalui digital platform.

Hal itu dikatakan Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga SH dalam sambutannya saat menjadi Keynote Speaker pada Webinar Literasi Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Selasa (6/7) lalu.

Kegiatan ini menggunakan platform di 77 kabupaten/kota Area Sumatera II, mulai dari Aceh hingga Lampung. Sebanyak 600 peserta dari PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagianya.

Kegiatan ini berguna untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform. Adapun empat kerangka digital yang akan diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.

Narasumber pertama, Willy Wasno Sidauruk SH MSI (Advokat/Ketua LBH Poros) dalam sesi Etika Digital memaparkan tentang bahaya berita hoax. Menurutnya, dalam hitungan menit, informasi yang disebarluaskan di internet dapat dengan mudah diakses oleh pemilik ponsel cerdas di seluruh penjuru dunia.

Penyebaran berita atau informasi hoax menjadi isu yang berbahaya dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat. Isu suku, agama, ras dan antar golongan (sara) hingga ujaran kebencian menjadi topik berbahaya dalam penyebaran berita hoax.

Willy menyatakan pentingnya peran serta pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi dan mengantisipasi bahaya hoax dengan melakukan klarifikasi berita yang benar kepada masyarakat. Muncul Cyber Troops atau Cyber Army sebagai komponen penting dalam perang komunikasi, dan masyarakat menjadi mudah larut, tersentuh emosi dan terlibat perang komunikasi. “Golongan paling besar dari pembagian hoax adalah misinformasi, disinformasi dan malinformasi,” ujarnya.

Sedangkan Dr Jannus Timbo Halomoan MA MSi (Praktisi Kehumasan, Penulis dan Akademisi) mengangkat tema Internet Addiction: How Much Is It Much? Jannus memberikan contoh aktifitas digital antara lain penyediaan kelas virtual, berkomunikasi antar warga sekolah menggunakan teknologi digital, pengarsipan digital, menyimpan foto, data, atau file/ berkas soft document di Cloud, media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahaan dan sebagainya.

Manfaat dari digital diantaranya menghemat waktu, lebih hemat biaya, memperoleh informasi terkini dengan cepat dan memperluas jaringan. Sedangkan pengaruh negatif menurut Jannus yaitu bertebarannya hoaks, kebebasan berpendapat yang kebablasan, krisis identitas dan karakter Bangsa dan lain lain.

Dalam Sesi Kecakapan Digital, Drs Rusmanto MM (Wakil Ketua Komite Penyelaras TIK) mengangkat tema Digital Skill and Online Learning. Rusmanto menjelaskan secara singkat, keterampilan digital yang berkembang pesat. Kelebihan dari online learning salah satunya, belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja menggunakan smartphone atau laptop, online learning dapat menjangkau seluruh Indonesia dengan kualitas yang sama.

Sementara narasumber terakhir, Wisnu Ponco (Master Mentor Kementerian Koperasi & UMKM RI) mengangkat tema Menganalisa Kasus Bulliying dan Cara Menghentikannya. Menurut Wisnu Cyberbullying dianggap valid jika pelaku dan korban berusia dibawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Apabila di atas 18 tahun maka disebut Cybercrime atau Cyberstalking.

Jenis jenis cyberbulliying antara lain Flaming menghina, menghujat), Harrasment (pelecehan), Denigration (pencemaran nama baik), Impersonation (meniru), Esclusion (penngucilan) dan Cyberstalking (menguntit). Dampak korban cyberbulliying menurut Wisnu antaranya depresi, merasa terkucilkan, menarik diri dari lingkungan dan sebagainya.

Untuk mencegahnya jelas Wisnu tidak terlalu sering posting, tidak sembarang curhat. Sementara untuk menghadapi cyberbulliying yaitu jangan membalas komentar, blok komentar mereka, dan sebagainya.

Webinar diakhiri oleh Kevin Nguyen, seorang influencer & Co-Founder Cetak Kreator mengatakan telah banyak korban cyberbulliying dan berita hoax karena tidak memahami dunia digital. Makanya disarankan oleh Kevin untuk meningkatkan skill dalam ilmu digital agar dapat aman dan terlindungi dari segala pengaruh hoax, penipuan di media sosial dan menjadi korban cyberbulliying. (rel/dek)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Literasi Digital bertujuan agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital. Kemudian bermanfaat bagi putra-putri bangsa dalam membangun daerahnya masing-masing melalui digital platform.

Hal itu dikatakan Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga SH dalam sambutannya saat menjadi Keynote Speaker pada Webinar Literasi Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Selasa (6/7) lalu.

Kegiatan ini menggunakan platform di 77 kabupaten/kota Area Sumatera II, mulai dari Aceh hingga Lampung. Sebanyak 600 peserta dari PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagianya.

Kegiatan ini berguna untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform. Adapun empat kerangka digital yang akan diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.

Narasumber pertama, Willy Wasno Sidauruk SH MSI (Advokat/Ketua LBH Poros) dalam sesi Etika Digital memaparkan tentang bahaya berita hoax. Menurutnya, dalam hitungan menit, informasi yang disebarluaskan di internet dapat dengan mudah diakses oleh pemilik ponsel cerdas di seluruh penjuru dunia.

Penyebaran berita atau informasi hoax menjadi isu yang berbahaya dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat. Isu suku, agama, ras dan antar golongan (sara) hingga ujaran kebencian menjadi topik berbahaya dalam penyebaran berita hoax.

Willy menyatakan pentingnya peran serta pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi dan mengantisipasi bahaya hoax dengan melakukan klarifikasi berita yang benar kepada masyarakat. Muncul Cyber Troops atau Cyber Army sebagai komponen penting dalam perang komunikasi, dan masyarakat menjadi mudah larut, tersentuh emosi dan terlibat perang komunikasi. “Golongan paling besar dari pembagian hoax adalah misinformasi, disinformasi dan malinformasi,” ujarnya.

Sedangkan Dr Jannus Timbo Halomoan MA MSi (Praktisi Kehumasan, Penulis dan Akademisi) mengangkat tema Internet Addiction: How Much Is It Much? Jannus memberikan contoh aktifitas digital antara lain penyediaan kelas virtual, berkomunikasi antar warga sekolah menggunakan teknologi digital, pengarsipan digital, menyimpan foto, data, atau file/ berkas soft document di Cloud, media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahaan dan sebagainya.

Manfaat dari digital diantaranya menghemat waktu, lebih hemat biaya, memperoleh informasi terkini dengan cepat dan memperluas jaringan. Sedangkan pengaruh negatif menurut Jannus yaitu bertebarannya hoaks, kebebasan berpendapat yang kebablasan, krisis identitas dan karakter Bangsa dan lain lain.

Dalam Sesi Kecakapan Digital, Drs Rusmanto MM (Wakil Ketua Komite Penyelaras TIK) mengangkat tema Digital Skill and Online Learning. Rusmanto menjelaskan secara singkat, keterampilan digital yang berkembang pesat. Kelebihan dari online learning salah satunya, belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja menggunakan smartphone atau laptop, online learning dapat menjangkau seluruh Indonesia dengan kualitas yang sama.

Sementara narasumber terakhir, Wisnu Ponco (Master Mentor Kementerian Koperasi & UMKM RI) mengangkat tema Menganalisa Kasus Bulliying dan Cara Menghentikannya. Menurut Wisnu Cyberbullying dianggap valid jika pelaku dan korban berusia dibawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Apabila di atas 18 tahun maka disebut Cybercrime atau Cyberstalking.

Jenis jenis cyberbulliying antara lain Flaming menghina, menghujat), Harrasment (pelecehan), Denigration (pencemaran nama baik), Impersonation (meniru), Esclusion (penngucilan) dan Cyberstalking (menguntit). Dampak korban cyberbulliying menurut Wisnu antaranya depresi, merasa terkucilkan, menarik diri dari lingkungan dan sebagainya.

Untuk mencegahnya jelas Wisnu tidak terlalu sering posting, tidak sembarang curhat. Sementara untuk menghadapi cyberbulliying yaitu jangan membalas komentar, blok komentar mereka, dan sebagainya.

Webinar diakhiri oleh Kevin Nguyen, seorang influencer & Co-Founder Cetak Kreator mengatakan telah banyak korban cyberbulliying dan berita hoax karena tidak memahami dunia digital. Makanya disarankan oleh Kevin untuk meningkatkan skill dalam ilmu digital agar dapat aman dan terlindungi dari segala pengaruh hoax, penipuan di media sosial dan menjadi korban cyberbulliying. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/