25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Pengungsi Sinabung Gantung Diri

SUMUTPOS.CO – Letusan Gunung Sinabung terus menerus terngiang di telinga Sabar Menanti Br Sitepu (48). Merasa diteror, Pertua (Pt) GBKP yang tinggal di Desa Guru Kinayan Kecamatan Payung memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri di tiang pintu kamar rumah kakaknya di Kec. Pancur Batu, Deli Serdang, Selasa (12/11) pukul 13.00 Wib.

Kondisi Gunung Sinabung hingga belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan aktifitas. Semburan abu vulkanik masih terus terjadi. Hal itu membuat warga sekitar mengungsi ke lokasi penampungan yang disediakan pemerintah. Ada pula yang mengungsi ke rumah keluarganya menjauh dari Gunung Sinabung.

Sabar Menanti beru Sitepu merupakan salah satu dari warga yang mengungsi. Hanya saja, meski telah menjauh dari lokasi gunung, suara letusan masih sering terdengar di telinga wanita paruh baya itu.

Letusan gunung yang kerap terdengar di telinga, dianggap Sabar Menanti Beru Sitepu sebagai sebuah teror. Hal itu bahkan sempat dikeluhkannya pada kakaknya, namun sang kakak merasa hal itu hanya kecemasan adikanya saja.

“Kenapa selalu berdengung suara gemuruh letusan Gunung Sinabung itu ya. Mulai letusan pertama sampai sekarang nggak tenang aku terus. Dan seolah-olah di kuping ku ini terus ada suaranya?” keluh Sabar Menanti.

Menanggapi pertanyaan itu, sang kakak yang merasa kalau lokasi mereka sudah jauh dari Gunung Sinabung dan ia sendiri tak pernah mendengar suara letusan Gunung Sinabung dari Pancur Batu, mencoba menenangkan Sabar Menanti.

“Ya sudah tak usah kam (kamu) pikirkan lagi itu. Sekarang kam istirahat dulu ya. Bagaimana supaya bisa kita sehat, tenang dan berkumpul lagi dengan keluarga kita di kampung, aku mau nyuci sebentar ke belakang,” ujar kakak korban diutarakan oleh salah seorang keluarganya, Timbul Sembiring disaat acara adat di Jambur Adil Makmur Kabanjahe.

Usai menjemur pakaian, si kakak tadi kembali ke dalam rumah. Saat berada di ruang tamu ia memanggil Sabar Menanti. “Oi..ngapaian kam berdiri, duduklah nanti pening kepala kam. Oi..nggak dengar kam,” tegur sang kakak.

Lantaran tak menyahut, si Kakak mencoba menyentuh badan korban. Ternyata korban menggantung di pintu kamar rumahnya menghadap ke ruang tamu. Begitu melihat korban tak bernyawa lagi, kakaknya menjerit histeris sembari minta tolong. Suara jeritannya sontak didengar para tetangga dan jelang beberapa menit tiba petugas Polsek Pancur Batu menuju TKP. Oleh keluarga dibantu petugas Polsek Jasad langsung di bawa ke Kabanjahe.

Sekira pukul 10.30 Wib, Rabu (13/11) Bp Peri yang ditemani beberapa sanak keluarga bernama Soleh dan Anak Beru warga Guru Kinayan di sela-sela Gendang Penguburan secara Adat Karo lanjutnya meneruskan perkataan kakak korban.

“Setau mereka korban semasa hidup tak sakit dan terlihat segar. Namun belakangan hari ini memang nampaknya lesu, bahkan di gereja juga terlihat lemas seperti orang linglung, kami ngungsi di gereja GBKP Simpang Enam kabanjahe, sedangkan dia (almarhum-red) 3 orang bersama anak serta anak berunya pergi ke rumah famili kita yang di Pancur Batu 4 hari lalu, tiba-tiba sekarang kami di kejutkan bahwa Bibik meninggal, setelah acara adat ini nanti rencana Jenazah kami antarkan ke tempat peristirahatan selama-lamanya di desa Guru Kinayan,” ucap mereka. (marko/bud)

SUMUTPOS.CO – Letusan Gunung Sinabung terus menerus terngiang di telinga Sabar Menanti Br Sitepu (48). Merasa diteror, Pertua (Pt) GBKP yang tinggal di Desa Guru Kinayan Kecamatan Payung memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri di tiang pintu kamar rumah kakaknya di Kec. Pancur Batu, Deli Serdang, Selasa (12/11) pukul 13.00 Wib.

Kondisi Gunung Sinabung hingga belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan aktifitas. Semburan abu vulkanik masih terus terjadi. Hal itu membuat warga sekitar mengungsi ke lokasi penampungan yang disediakan pemerintah. Ada pula yang mengungsi ke rumah keluarganya menjauh dari Gunung Sinabung.

Sabar Menanti beru Sitepu merupakan salah satu dari warga yang mengungsi. Hanya saja, meski telah menjauh dari lokasi gunung, suara letusan masih sering terdengar di telinga wanita paruh baya itu.

Letusan gunung yang kerap terdengar di telinga, dianggap Sabar Menanti Beru Sitepu sebagai sebuah teror. Hal itu bahkan sempat dikeluhkannya pada kakaknya, namun sang kakak merasa hal itu hanya kecemasan adikanya saja.

“Kenapa selalu berdengung suara gemuruh letusan Gunung Sinabung itu ya. Mulai letusan pertama sampai sekarang nggak tenang aku terus. Dan seolah-olah di kuping ku ini terus ada suaranya?” keluh Sabar Menanti.

Menanggapi pertanyaan itu, sang kakak yang merasa kalau lokasi mereka sudah jauh dari Gunung Sinabung dan ia sendiri tak pernah mendengar suara letusan Gunung Sinabung dari Pancur Batu, mencoba menenangkan Sabar Menanti.

“Ya sudah tak usah kam (kamu) pikirkan lagi itu. Sekarang kam istirahat dulu ya. Bagaimana supaya bisa kita sehat, tenang dan berkumpul lagi dengan keluarga kita di kampung, aku mau nyuci sebentar ke belakang,” ujar kakak korban diutarakan oleh salah seorang keluarganya, Timbul Sembiring disaat acara adat di Jambur Adil Makmur Kabanjahe.

Usai menjemur pakaian, si kakak tadi kembali ke dalam rumah. Saat berada di ruang tamu ia memanggil Sabar Menanti. “Oi..ngapaian kam berdiri, duduklah nanti pening kepala kam. Oi..nggak dengar kam,” tegur sang kakak.

Lantaran tak menyahut, si Kakak mencoba menyentuh badan korban. Ternyata korban menggantung di pintu kamar rumahnya menghadap ke ruang tamu. Begitu melihat korban tak bernyawa lagi, kakaknya menjerit histeris sembari minta tolong. Suara jeritannya sontak didengar para tetangga dan jelang beberapa menit tiba petugas Polsek Pancur Batu menuju TKP. Oleh keluarga dibantu petugas Polsek Jasad langsung di bawa ke Kabanjahe.

Sekira pukul 10.30 Wib, Rabu (13/11) Bp Peri yang ditemani beberapa sanak keluarga bernama Soleh dan Anak Beru warga Guru Kinayan di sela-sela Gendang Penguburan secara Adat Karo lanjutnya meneruskan perkataan kakak korban.

“Setau mereka korban semasa hidup tak sakit dan terlihat segar. Namun belakangan hari ini memang nampaknya lesu, bahkan di gereja juga terlihat lemas seperti orang linglung, kami ngungsi di gereja GBKP Simpang Enam kabanjahe, sedangkan dia (almarhum-red) 3 orang bersama anak serta anak berunya pergi ke rumah famili kita yang di Pancur Batu 4 hari lalu, tiba-tiba sekarang kami di kejutkan bahwa Bibik meninggal, setelah acara adat ini nanti rencana Jenazah kami antarkan ke tempat peristirahatan selama-lamanya di desa Guru Kinayan,” ucap mereka. (marko/bud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/