30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Atasi Stunting dengan Intervensi Spesifik dan Sensitif

bambang/sumu tpos
REMBUK: Kepala Bappeda Langkat H Sujarno dan Kadis Kesehatan dr Sadikun Winato menggelar rembuk stunting di Aula Kantor Bappeda Langkat, Senin (15/4).

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Bappeda dan Dinas Kesehatan menggelar rembuk Stunting di Aula Kantor Bappeda Langkat, Senin (15/4).

Kepala Bappeda Langkat, H Sujarno SSos MSi dalam sambutannya menegaskan, Pemkab Langkat berkomitmen mengatasi permasalahan Stunting melalui Intervensi Spesifik dan Sensitif penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi.

“Sedangkan Intervensi Sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalah dan sifatnya jangka panjang,” terangnya.

Untuk itu, kata Sujarno, melalui rembuk stunting ini, Pemkab Langkat mengajak keterlibatan seluruh pemangku kepentingan yang ada di Langkat, untuk bersama-sama mencegah dan menurunkan Prevalensi Stunting. Sehingga menjadikan momentum mencanangkan intervensi penurunan stunting terintegrasi, dan memperluas lokasi intervensi secara bertahap.

Melalui penguatan komitmen dan kordinasi antar lintas sektor, melalui dana APBN, APBD, DD, CSR dan sumber lainnya. “Sehingga mampu membawa sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan proaktif,” harapnya.

Kadis Kesehatan dr Sadikun Winato, menerangkan, saat ini Indonesia masih dihadapkan masalah stunting, yakni 37 persen (hampir 9 juta) anak balita mengalami Stunting. Untuk seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.

Sedangkan Kabupaten Langkat, sebut dr Sadikun, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, prevalensi stunting mencapai 55,48 persen.

“Namun pada tahun 2018 setelah dilakukan revaluasi dan verifikasi oleh Dinkes Langkat di Lokus stunting terhadap 8 kecamatan dan 10 desa, menunjukan penurunan prevalensi stunting sebesar 23,20 persen,” paparnya.

Meskipun ada penurun tersebut, kata Kadis Kesehatan, upaya untuk menurunkan angka stunting di Langkat harus terus dilakukan. Mengingat Langkat salah satu daerah dari 100 kabupaten/kota, intervensi percepatan penurunan stunting.

Adapun yang dilakukan Pemkab Langkat, sebut dr Sadikun, untuk menekan angka stunting antara lain.

Pertama pendataan stunting melalui survey gizi di Lokus 10 desa. Kedua, monitoring dan pendataan ulang stunting melalui survey gizi di Lokus 10 desa diperoleh data anak stunting yang lengkap (by name by address). Ketiga peningkatan kapasitas petugas terkait penanggulangan stunting dan pemantauan tumbuh kembang abak, melalui pola pengasuhan anak, seperti pemberian makan bayi, PMT BUMIL bayi dan balita suplementasi vitamin. Keempat, intervensi gizi sensitif berupa peningkatan akses air bersih dan lingkungan yang sehat bekerjasama dengan OPD lainnya. (bam/han)

bambang/sumu tpos
REMBUK: Kepala Bappeda Langkat H Sujarno dan Kadis Kesehatan dr Sadikun Winato menggelar rembuk stunting di Aula Kantor Bappeda Langkat, Senin (15/4).

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Bappeda dan Dinas Kesehatan menggelar rembuk Stunting di Aula Kantor Bappeda Langkat, Senin (15/4).

Kepala Bappeda Langkat, H Sujarno SSos MSi dalam sambutannya menegaskan, Pemkab Langkat berkomitmen mengatasi permasalahan Stunting melalui Intervensi Spesifik dan Sensitif penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi.

“Sedangkan Intervensi Sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalah dan sifatnya jangka panjang,” terangnya.

Untuk itu, kata Sujarno, melalui rembuk stunting ini, Pemkab Langkat mengajak keterlibatan seluruh pemangku kepentingan yang ada di Langkat, untuk bersama-sama mencegah dan menurunkan Prevalensi Stunting. Sehingga menjadikan momentum mencanangkan intervensi penurunan stunting terintegrasi, dan memperluas lokasi intervensi secara bertahap.

Melalui penguatan komitmen dan kordinasi antar lintas sektor, melalui dana APBN, APBD, DD, CSR dan sumber lainnya. “Sehingga mampu membawa sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan proaktif,” harapnya.

Kadis Kesehatan dr Sadikun Winato, menerangkan, saat ini Indonesia masih dihadapkan masalah stunting, yakni 37 persen (hampir 9 juta) anak balita mengalami Stunting. Untuk seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.

Sedangkan Kabupaten Langkat, sebut dr Sadikun, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, prevalensi stunting mencapai 55,48 persen.

“Namun pada tahun 2018 setelah dilakukan revaluasi dan verifikasi oleh Dinkes Langkat di Lokus stunting terhadap 8 kecamatan dan 10 desa, menunjukan penurunan prevalensi stunting sebesar 23,20 persen,” paparnya.

Meskipun ada penurun tersebut, kata Kadis Kesehatan, upaya untuk menurunkan angka stunting di Langkat harus terus dilakukan. Mengingat Langkat salah satu daerah dari 100 kabupaten/kota, intervensi percepatan penurunan stunting.

Adapun yang dilakukan Pemkab Langkat, sebut dr Sadikun, untuk menekan angka stunting antara lain.

Pertama pendataan stunting melalui survey gizi di Lokus 10 desa. Kedua, monitoring dan pendataan ulang stunting melalui survey gizi di Lokus 10 desa diperoleh data anak stunting yang lengkap (by name by address). Ketiga peningkatan kapasitas petugas terkait penanggulangan stunting dan pemantauan tumbuh kembang abak, melalui pola pengasuhan anak, seperti pemberian makan bayi, PMT BUMIL bayi dan balita suplementasi vitamin. Keempat, intervensi gizi sensitif berupa peningkatan akses air bersih dan lingkungan yang sehat bekerjasama dengan OPD lainnya. (bam/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/