TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Rumah adat melayu dan kerajinan tenun songket adalah bagian budaya yang sedari dulu sudah ada di Kota Tebingtinggi. Hanya saja dikarenakan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang cukup cepat membuat budaya tersebut terlupakan oleh masyarakat Kota Tebingtinggi.
Melalui kegiatan peresmian rumah adat Melayu dan pembukaan pelatihan tenun kain songket, Pemko Tebingtinggi menginginkan masyarakat Tebingtinggi agar tidak melupakan budaya yang pernah ada di Kota Tebingtinggi.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Tebingtinggi Zunaidi Hasibuan pada persemian rumah adat Melayu, sekaligus pembukaan pelatihan menenun kain songket di Rumah Adat Melayu, Jalan Badak, Kelurahan Bandar Utama, Rabu (14/7).
“Kami teringat kalau yang kita kerjakan saat sekarang ini, meneruskan pekerjaan yang sudah ada, yang sempat hilang, yang harus kita bangkitkan untuk Kota Tebingtinggi. Sejalan ini kami nyatakan, kita ingin agar budaya tak kita tinggalkan,” jelas Umar Zunaidi.
Ditambahkan Umar, agar rumah adat Melayu dan kerajinan tenun songket dapat menjadi ikon baru Kota Tebingtinggi, dimana nantinya hal tersebut dapat menarik wisatawan.
“Kita tampilkan kebersihan, senyuman dan kekhasan kita, jadikan ini sebagai icon Kota Tebingtinggi dan salah satu tujuan kota wisata. Inovasi kreatifitas bisa tumbuh dan berlanjut. Terimakasih kepada warga sekitar, mudah-mudahan mendukung kegiatan budaya kita dan investasi lain akan terus tumbuh di Kota Tebingtinggi,” harap Umar.
Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Idham Khalid, selaku Ketua Panitia menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan rangkaian hari jadi Kota Tebingtinggi ke 104 tahun, dimana hal tersebut menjelaskan kembali identitas Kota Tebingtinggi.
“Acara dalam rangka hari jadi Kota Tebingtinggi ke 104 yang berhubungan dengan kebudayaan, menjelaskan kembali identitas Kota Tebing Tinggi, bahwa Kerajaan Negeri Padang ada disini,” ujar Idham.
Habibi Mardika Putra selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Hasyimiah dan cucu pemilik rumah adat Melayu Ahli Waris, menyampaikan bahwa produk kain tenun yang dihasilkan memiliki corak dari Melayu Tebingtinggi, sehingga ada pembeda dengan songket lain. (ian)