31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Proyek Bendungan Lau Simeme, Pelepasan Lahan di 5 Desa Jadi Kendala

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Pembangunan Bendungan Lau Simeme, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, masih mengalami kendala terkait penyediaan lahan. Sebab, lokasi proyek bersinggungan dengan lahan yang masuk dalam kawasan hutan berstatus hutan produksi tetap (HPT).

TINJAU: Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, meninjau perkembangan pembangunan Bendungan Lau Simeme yang merupakan Proyek Strategis Nasional, di Desa Kuala Dekah Lau, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Rabu (16/6).

“Untuk melanjutkan pengerjaan, kawasan hutan itu akan dilepaskan, pelepasannya melalui Kementerian Kehutanan. Syarat-syaratnya, sudah dipenuhi dan berkasnya sudah di Jakarta,” ungkap Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset, dan SDA Setdaprov Sumut, Agus Tripriyono, Kamis (15/7).

Agus menjelaskan, luas lahan yang masuk dalam kawasan hutan tersebut mencapai 437 hektare. Persoalan lain yang menjadi kendala, menurutnya, karena pada areal tersebut juga sudah terdapat 5 desa yang sudah eksis. “Nah, kalau mau bayar ganti rugi, itu kawasan, bisa salah. Makanya dikonsultasikan ke Jakarta. Mudah-mudahan bisa cepat selesai,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, bendungan yang dibangun tersebut memiliki daya tampung hingga 21,7 juta kubik. Dan 7 juta kubik dapat dipakai secara efektif, seperti untuk air baku PDAM Tirtanadi, pembangkit listrik mini hydro, dan berbagai kebutuhan lain, termasuk kontrol banjir di Kota Medan. “Dari keseluruhan progres yang ada, bendungan ini bisa beroperasi di 2023 mendatang,” kata Agus.

Manajer Proyek dari PT Wijaya Karya, untuk Bendungan Lau Simeme, Untung Tri Uripto mengatakan, saat ini pengerjaan fisik masih terus berjalan. Pengerjaan ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni paket 1 untuk pembangunan bendungan, sedangkan paket 2 untuk pembangunan terowongan.

“Kalau paket 1 itu sudah 18 persen. Sedangkan pengerjaan paket 2 sudah 40 persen,” bebernya.

Medio Juni 2021 lalu, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, meninjau perkembangan pembangunan Bendungan Lau Simeme yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Ijeck, sapaan karib Musa Rajekshah, mengatakan, akan banyak manfaat yang diperoleh dari Bendungan Lau Simeme tersebut. Antara lain, sebagai alternatif mengatasi permasalahan banjir di Kota Medan, dan bermanfaat sebagai pembangkit tenaga listrik. “Kemudian debit airnya juga bisa dimanfaatkan jadi sumber air baru bagi PDAM Tirtanadi ataupun Tirta Deli. Selain itu, di area-area tertentu tempat ini, juga dapat dimanfaatkan sebagai satu tempat wisata,” jelasnya.

Walau telat memulai pengerjaanya, dia berharap, Bendungan Lau Simeme bisa selesai tepat waktu. Sehingga dapat segera difungsikan dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.

“Ada keterlambatan dalam memulai pembangunan bendungan ini, seharusnya akan selesai 2022. Keterlambatan tersebut karena permasalahan pembebasan lahan. Saat ini, laporan yang saya terima, proses pembebasan lahan sudah mencapai 60 persen. Semoga saja dapat selesai tidak terlalu lama dari waktu yang telah ditentukan,” harap Ijeck.

Seperti diketahui, Bendungan Serbaguna Lau Simeme merupakan satu alternatif untuk mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Deliserdang dan Kota Medan, yang disebabkan besarnya debit air Sungai Percut dan Sungai Deli. Bendungan ini juga diketahui mampu menyediakan air baku sebanyak 3.000 liter per detik. (prn/saz)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Pembangunan Bendungan Lau Simeme, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, masih mengalami kendala terkait penyediaan lahan. Sebab, lokasi proyek bersinggungan dengan lahan yang masuk dalam kawasan hutan berstatus hutan produksi tetap (HPT).

TINJAU: Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, meninjau perkembangan pembangunan Bendungan Lau Simeme yang merupakan Proyek Strategis Nasional, di Desa Kuala Dekah Lau, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Rabu (16/6).

“Untuk melanjutkan pengerjaan, kawasan hutan itu akan dilepaskan, pelepasannya melalui Kementerian Kehutanan. Syarat-syaratnya, sudah dipenuhi dan berkasnya sudah di Jakarta,” ungkap Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset, dan SDA Setdaprov Sumut, Agus Tripriyono, Kamis (15/7).

Agus menjelaskan, luas lahan yang masuk dalam kawasan hutan tersebut mencapai 437 hektare. Persoalan lain yang menjadi kendala, menurutnya, karena pada areal tersebut juga sudah terdapat 5 desa yang sudah eksis. “Nah, kalau mau bayar ganti rugi, itu kawasan, bisa salah. Makanya dikonsultasikan ke Jakarta. Mudah-mudahan bisa cepat selesai,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, bendungan yang dibangun tersebut memiliki daya tampung hingga 21,7 juta kubik. Dan 7 juta kubik dapat dipakai secara efektif, seperti untuk air baku PDAM Tirtanadi, pembangkit listrik mini hydro, dan berbagai kebutuhan lain, termasuk kontrol banjir di Kota Medan. “Dari keseluruhan progres yang ada, bendungan ini bisa beroperasi di 2023 mendatang,” kata Agus.

Manajer Proyek dari PT Wijaya Karya, untuk Bendungan Lau Simeme, Untung Tri Uripto mengatakan, saat ini pengerjaan fisik masih terus berjalan. Pengerjaan ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni paket 1 untuk pembangunan bendungan, sedangkan paket 2 untuk pembangunan terowongan.

“Kalau paket 1 itu sudah 18 persen. Sedangkan pengerjaan paket 2 sudah 40 persen,” bebernya.

Medio Juni 2021 lalu, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, meninjau perkembangan pembangunan Bendungan Lau Simeme yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Ijeck, sapaan karib Musa Rajekshah, mengatakan, akan banyak manfaat yang diperoleh dari Bendungan Lau Simeme tersebut. Antara lain, sebagai alternatif mengatasi permasalahan banjir di Kota Medan, dan bermanfaat sebagai pembangkit tenaga listrik. “Kemudian debit airnya juga bisa dimanfaatkan jadi sumber air baru bagi PDAM Tirtanadi ataupun Tirta Deli. Selain itu, di area-area tertentu tempat ini, juga dapat dimanfaatkan sebagai satu tempat wisata,” jelasnya.

Walau telat memulai pengerjaanya, dia berharap, Bendungan Lau Simeme bisa selesai tepat waktu. Sehingga dapat segera difungsikan dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.

“Ada keterlambatan dalam memulai pembangunan bendungan ini, seharusnya akan selesai 2022. Keterlambatan tersebut karena permasalahan pembebasan lahan. Saat ini, laporan yang saya terima, proses pembebasan lahan sudah mencapai 60 persen. Semoga saja dapat selesai tidak terlalu lama dari waktu yang telah ditentukan,” harap Ijeck.

Seperti diketahui, Bendungan Serbaguna Lau Simeme merupakan satu alternatif untuk mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Deliserdang dan Kota Medan, yang disebabkan besarnya debit air Sungai Percut dan Sungai Deli. Bendungan ini juga diketahui mampu menyediakan air baku sebanyak 3.000 liter per detik. (prn/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/